"Kamu gak malu dilihat temen-temenmu? Cepet sana masuk. Nanti ketinggalan pesawatnya."
"Hiksss.... nanti langsung telepon ya kak."
"Iya nanti langsung telepon. Kalau perlu langsung video call. Kookie udah besar. Bener kata temen-temenmu Kook. Kamu butuh tau dunia luar tanpa kakak."
"Tapi nanti kangen."
"Gak apa. Demi cita-cita 'kan? Ayo sana cepet itu ditungguin temen-temenmu!"
"Kak Seokjin jangan lupa makan, banyakin istirahat ya kak... hiksss. Nanti kalau uang Kookie udah banyak, kakak gak perlu pergi kerja dari pagi sampai malem. Nanti kakak cukup kerja di tempat kak Yoongi aja."
"Iya sayang. Kerja tempat Yoongi aja. Udah sana cepet lepas peluknya. Sini kakak mau lihat muka gemes kelincinya kakak."
Seokjin mendorong bahu kelinci manisnya perlahan. Sugguh jika ia mampu, ia tak kan membiarkan Jungkook pergi jauh tanpa dirinya. Pemikiran yang tak lazim selalu menghantuinya setiap malam semenjak Jungkook mengatakan bahwa ia akan pergi jauh untuk beberapa waktu.
Mata bulat itu terlihat memerah. Air mata seakan bermain ricuh di pipi kanan kirinya yang licin. Meski terlihat begitu tenang, hati Seokjin sebenarnya menangis dalam diam. Panas dan tertekan, air itu perlahan ia telan kembali seiring berjalannya waktu yang semakin berkurang.
Entah seberapa kuat ia setelah Jungkooknya pergi. Bisa jadi Seokjinlah yang paling tak bisa menahan rindu.
Seokjin mengusap lembut setiap cucuran air mata yang masih enggan terbendung. Senyuman yang begitu hangat ia berikan untuk Jungkook, sebagai bekal delapan bulan kedepan.
"Kak. Kookie berangkat."
Sekali lagi, sebuah pelukan hangat Seokjin berikan dan Jungkook membalasnya tak kalah erat.
"Hati-hati di jalan ya."
"Kookie sayang kakak."
"Me too."
Lambaian tangan tak luput dari penglihatan Seokjin sampai punggung yang selama ini menjadi sandaran ternyaman kala dirinya lelah, berangsur menghilang di balik pintu kaca besar yang terhubung dengan lorong yang di sediakan untuk para penumpang berjalan menuju tangga pesawat.
Ia berbalik. Tangannya ia ayunkan lunglai, menyugar rambut hitamnya yang mulai memanjang. Hatinya kalut namun ribuan doa selalu ia panjatkan untuk keberhasilan Jungkook.
****
Beberapa bulan berlalu dan hubungan keduanya masih dan selalu berjalan dengan baik. Tak ada perbedaan waktu yang mencolok antara tempat tinggal keduanya. Hanya selisih satu hingga dua jam dan itu tak menyulitkan komunikasi antara Seokjin dan Jungkook.
"Kelihatannya capek banget ya?"
"Iyaaaaa. Baru sampai udah disuruh latihan."
"Semangat dong sayangnya kakak. Kurang empat negara kan ya?"
"Hu'um. Mau cepet pulang. Mau peluk-peluk, cium-cium, manja-manja."
"Hahahha. Sabar ya sayang."
Hari ini adalah bulan ke lima Jungkook berada jauh dari Seokjin. Rindu keduanya semakin tak terbendung namun beruntunglah teknologi canggih tak luput dari kemajuan jaman. Hampir setiap malam Seokjin menghubungi Jungkook. Bukan ia ingin mengganggu istirahat si manis namun itulah pemaksaan yang dilontarkan Jungkook padanya. Kelinci nakal itu mengatakan bahwa "Kalau sehari aja kakak gak telepon Kookie, awas aja! Kookie marah. Terus ini ya, kakak gak boleh selingkuh dari Kookie! Kalau sampai kakak diem-diem selingkuh dari Kookie, nanti Kookie doain kakak gak bisa kentut selama satu bulan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With You ✅️
Teen FictionKisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang menemukan Jungkook kecil tengah menangis sendirian di taman dekat panti asuhan tempatnya tinggal. Lalu ia membawa bocah kelinci itu pulang dan...