"Bekal utuh, sering pulang larut, ponsel gak aktif. Astaga Kookie kalau aku jadi kamu, aku pasti udah buntutin suami kamu itu."
"Gimana mau buntutin dia mini? Perut aku aja segede ini. Aku gak bisa."
"Kenapa kamu baru cerita? Aku bisa bantu kamu buntutin kak Seokjin. Aku siap jadi mata-mata kamu."
"Entahlah - tapi aku pikir itu terlalu berlebihan. Harusnya aku percaya sama suami aku mini."
"Tapi ini tanda awal dia 'jajan' di luar Kook. Sekarang aku mau tanya. Emmm- ini pertanyaan sensitive tapi aku harus tau. Apa kak seokjin masih rutin melakukan seks sama kamu?"
Jungkook hanya bisa menggeleng pasrah. Pasalnya semenjak kehamilan keduanya, Seokjin memang jarang sekali meminta hal itu pada Jungkook. Bahkan ia tahan sampai usia kandungan Jungkook berjalan enam bulan hingga sekarang memasuki delapan bulan, hanya dapat dihitung jari mereka melakukan kegiatan 'suami-istri' tersebut.
Jimin sendiri merasa lelah menjelaskan keadaan ini pada sahabatnya. Bukankah hal seperti ini adalah tanda-tanda keretakan rumah tangga? Setidaknya itu yang sering ia lihat dalam drama televisi.
"Kook, aku cuma bisa bilang kalau sampai kak Seokjin macam-macam di luar sana, kamu gak sendiri. Kamu masih punya aku dan suamiku."
"Apa maksudmu?"
"Entahlah, tapi kali ini aku rasa aku harus bantu kamu. Hari ini apa aja jadwal kak Seokjin?"
"Ke kampus cuma sampai siang, setelah itu biasanya dia mampir ke toko kueku buat ngecek keadaan disana. Kakak bilang kalau tokoku udah hampir jadi. Lalu, dia pasti pergi ke minimarket buat ngecek keuangan dan gantiin beberapa pegawai biar mereka istirahat."
"Kalau gitu aku mau ke tempat kak Seokjin sekarang. Kamu gak apa aku tinggal sendiri?"
"Jangan mini, kayaknya gak- "
"Ini perlu. Semua buat kebaikan kamu sama dedek. Dedek harus tau kelakuan ayahnya!"
"Tapi-"
"Percaya sama aku Kook. Kamu tunggu di rumah. Jangan banyak pikiran. Istirahat aja ya."
Jungkook lelah memikirkan semua ini. Ia biarkan sahabatnya berbuat semaunya. Toh jika memang benar Seokjin berselingkuh, itu sudah sewajarnya bukan? Jungkook sudah tak secantik dulu lagi. Dan soal ranjang, ia juga tak selincah saat sebelum mengandung. Bisa saja Seokjin bosan bermain dengannya bukan?
Ah, Jungkookie ku yang malang.
___
Tengah asyik meneguk sebotol air putih setelah mencoba menghabiskan bekal dari sang istri, Seokjin merasa perutnya sedikit mual. Di bangku taman, ia terlihat memegang ponsel dan mencoba menghubungi seseorang. Namjoon, sahabatnya itu tak terlihat sejak pagi. Padahal ada tuga akhir yang harus direvisi dan materinya ada pada pria bertubuh dempal tersebut.
Ingin rasanya Seokjin segera mengakhiri tugas-tugas yang belum terselesaikan sebab hatinya tak tenang. Sedari tadi ia terus memikirkan keadaan sang istri di rumah. Beberapa pesan bahkan tak satupun terbalaskan.
Wajah yang gelisah ditambah ponsel yang terus berada ditelinga membuat seorang yang kini sibuk bersembunyi dibalik pohon dengan kacamata hitamnya semakin yakin bahwa ada yang tak beres. Seorang yang selalu Jungkook panggil dengan sebutan 'mini' sangat antusias membantu sahabatnya untuk me'mata-mata'i seorang suami yang sebentar lagi menjadi seorang ayah.
"Pasti kak Seokjin lagi hubungi seseorang yang udah buat dia berpaling."
Beberapa saat setelahnya, Seokjin terlihat menutup ponselnya dan merapikan wadah bekal ke dalam ransel. Bak seorang detektif sungguhan, Jimin berjalan mengendap dari jarak yang cukup jauh. Terus berusaha membuntuti sosok pria tampan yang kini menjadi terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With You ✅️
Подростковая литератураKisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang menemukan Jungkook kecil tengah menangis sendirian di taman dekat panti asuhan tempatnya tinggal. Lalu ia membawa bocah kelinci itu pulang dan...