Serangkaian persyaratan untuk mendaftar sebagai seorang mahasiswa, membuat Seokjin cukup kewalahan. Pasalnya dengan usia Seokjin saat ini, pihak universitas memberikan beberapa tes tambahan guna menilai apakah calon mahasiswa masih layak untuk ikut melakukan pendidikan di universitas tersebut.
Beruntungnya Seokjin masih menyimpan beberapa buku-buku pelajaran kesukaannya di dalam rak tersendiri. Jadi ia masih bisa mempelajari beberapa bab yang diyakini akan muncul dalam tesnya kali ini.
Hubungan Internasional. Salah satu jurusan yang sangat diminati oleh Seokjin dan tentu saja keinginannya yang begitu gigih mampu membuatnya lolos dalam serangkaian tes yang ia jalani. Walaupun ia sendiri tak menyangka bahwa akan masuk dalam deretan mahasiswa cadangan. Seokjin sempat berpikir bahwa ia tak akan lolos namun namanya masih disebut di daftar cadangan. Bisa dibilang itu luar biasa.
Lalu di minggu selanjutnya, sungguh sebuah keajaiban saat pihak universitas mengumumkan bahwa ada dua mahasiswa di bangku cadangan akan dipilih untuk memenuhi kuota. Dan disitulah nama Seokjin disebut.
**
"Kak."
Jungkook mengusap lembut rambut hitam si tampan agar terbangun tanpa kejut. Ia paham sekali bahwa suaminya ini pasti terlampau lelah. Masa orientasi perkuliahan memang yang terburuk. Ingin rasanya Jungkook menghubungi pihak universitas agar memberi sedikit keringanan untuk suaminya namun Seokjin bersikeras menolak. Ia tak ingin menjadi bahan perbincangan di antara teman-temannya.
Huft...
Padahal Jungkook hanya ingin para anggota BEM tau bahwa suaminya ini bukan lagi remaja. Mereka harusnya sedikit lebih sungkan dengan Seokjin.
"Kookie udah buatin sarapan dan semua keperluan yang kemarin diminta sama kakak tingkat juga udah Kookie siapin. Bangun yuk!"
"Hmm..."
"Nanti telat loh kak. Bangun ya!"
"Bentar lagi boleh?"
Seokjin menjawab dengan suara beratnya. Ia lelah. Lelah sekali. Rasanya tubuh tak nyaris tak dapat digerakkan.
"Gak boleh! Nanti telat terus dihukum. Ayo bangun kakak sayangg.."
Seokjin semakin menyamankan tidurnya. Wajahnya juga ia tenggelamkan di sela bantal yang empuk. "Cwiwyum dwuwu!" (Cium dulu)
Kalau kemarin-kemarin Jungkook yang mendadak manja dengan seokjin, saat ini berkebalikan. Semenjak sibuk dan jarang bertemu, Seokjin menjadi semakin bergantung pada Jungkook.
Dengan senang hati Jungkook pun menuruti permintaan sang suami. Kalau tak dituruti, bisa jadi Seokjin tak akan mau bangun. Toh menjadi seorang mahasiswa juga bukan keinginan Seokjin sepenuhnya kan?
"Udah."
"Lagi.."
Pipi kanan sudah, pucuk kepala sudah, pelipus sudah. Mana lagi?
"Hmmmm!"
Seokjin menunjuk ke arah bibirnya yang manyun khas bangun tidur. Terkejut? Ya silakan. Aku sendiri terkejut mengapa tiba-tiba karakter Seokjin menjadi seperti ini.
Cup..
"Udah ah ayo bangun! Cepat berangkat karena aku juga ada kerjaan hari ini kak."
"Sibuk banget sayangnya kakak? Jangan kecapaian ya, nanti kambuh lagi pusing sama mualnya."
"Iyaaa."
Beginilah keseharian Seokjin dan Jungkook. Keduanya yang amat sibuk hingga sering membuat mereka jarang bertemu kecuali saat bangun tidur. Sebenarnya Jungkook selalu berusaha menunggu sang suami hingga pulang dari bekerja. Namun yang terjadi adalah, ia tertidur pulas di atas spons tipis depan televisi setiap menjelang pukul sepuluh malam. Pekerjaannya sebagai model iklan saja sudah membuatnya kewalahan. Belum lagi ia masih harus sering pulang pergi kantor agency untuk mengurus beberapa surat-surat yang harus ditandatangani sebab ia sudah mendapatkan ijin untuk resign dari sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With You ✅️
أدب المراهقينKisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang menemukan Jungkook kecil tengah menangis sendirian di taman dekat panti asuhan tempatnya tinggal. Lalu ia membawa bocah kelinci itu pulang dan...