"Kalau kamu pengen tenangin diri, kamu bisa nginep di rumahku dulu Kook. Biar aku ngomong ke kak Yoongi terus minta ijin ke kak seokjin."
Jungkook menggeleng lemah. Ia masih setia bersandar pada kepala ranjang tidurnya bersama Jimin disaat suara gaduh masih terdengar di luar sana.
"Aku gak bisa ninggalin kakak sendirian Mini, nanti siapa yang urus kak Seokjin?"
Bukan suatu kebohongan jika Jungkook berkata seperti itu. Dulu memang Seokjin lah yang selalu mengurus keseharian Jungkook, tapi sekarang berbeda. Seokjin lah sosok suami yang harus dilayani. Belum lagi perubahan sikap Seokjin yang sangat bergantung pada Jungkook. Dari mulai ia bangun tidur hingga menjelang tertidur kembali.
Saat ini Jungkook memang ingin menenangkan diri. Tapi bukan dengan pergi dari rumah. Mungkin dengan mengunci diri di dalam kamar barang sebentar saja bisa membuat pikirannya kembali jernih. Isi kepalanya sungguh berantakan. Jika dibiarkan seperti ini tentu tak akan baik untuk hubungan Jungkook dan Seokjin.
"Mini, kalau aku suruh kamu pulang gimana? Kamu gak marah kan?"
"Kamu beneran gak mau aku temenin dulu Kook?"
Jungkook hanya bisa tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Benar sekali, ia hanya ingin sendiri dan mendinginkan kepalanya. Ia harus bersikap dewasa menghadapi masalah seperti ini.
"Ya udah kalau gitu aku pamit. Kamu kalau ada apa-apa jangan lupa langsung hubungi aku ya."
"Iya. Makasih."
Jimin berjalan meninggalkan kamar pasangan suami istri yang tengah bertengkar dan setelahnya ia mendengar suara knop pintu diputar dengan iringan bunyi - klik disana menandakan bahwa pintu kamar telah terkunci rapat padahal Jimin dapat melihat bahwa Seokjin masih ada di ruang tamu tengah melamun.
"Aku pamit dulu kak."
"Jimin. Kookie - "
"Kookie lagi pengen sendiri. Jangan diganggu dulu. Lebih baik kak Seokjin lakuin hal yang bisa rubah suasana hati Kookie jadi lebih baik nanti."
__
Hari mulai malam, tapi Jungkook masih enggan keluar dari kamar. Sementara di dapur, Seokjin tengah sibuk merapikan peralatan yang baru saja ia gunakan untuk membuat hidangan makan malam kesukaan sang istri.
Dari dalam lubuk hati Seokjin yang terdalam pun sebenarnya ia tak punya cukup nyali untuk mengetuk pintu kamar. Namun mau bagaimana lagi? Hari sudah malam dan Jungkook juga bayi diperutnya butuh makan.
Dengan langkah penuh ragu, Seokjin mengetuk pintu kamarnya. Sekali - dua kali tak terdengar sahutan ataupun suara langkah kaki dari dalam. Seokjin masih tak ingin menyerah. Ia pikir pasti Jungkook belum ingin membuka pintu katena masih emosi jika nanti harus bertatap muka dengannya. Lagi - lagi - dan lagi Seokjin mengetuk pintu. Semakin lama semakin tak sabaran sebab tak ada tanda kehidupan di dalam sana. Lalu cemas mulai menggerogoti perasaan Seokjin. Ia mencoba untuk mendobrak pintu kamar seorang diri namun tak berhasil. Beruntungnya ia ingat memiliki kunci cadangan walaupun ia tak begitu mengingat dimana Jungkook meletakkannya.
Hampir dua puluh menit sudah Seokjin mencari dimana keberadaan kunci-kunci cadangan itu berada namun tak kunjung ia temukan. Semakin panik lagi ditambah masih belum ada tanda-tanda Jungkook menyahuti panggilannya. Seokjin mencoba menenangkan diri dan berpikir lebih keras. Lalu ada sebuah tempat dimana Jungkook sering meletakkan benda-benda seperti parfum baru yang belum terpakai serta beberapa lotion perawatan wajah yang masih baru dibeli. Meski tak begitu yakin, namun tak ada salahnya Seokjin mencoba mencarinya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With You ✅️
JugendliteraturKisah manis dua anak yatim piatu penghuni panti asuhan yang saling jatuh cinta. Berawal dari Seokjin yang menemukan Jungkook kecil tengah menangis sendirian di taman dekat panti asuhan tempatnya tinggal. Lalu ia membawa bocah kelinci itu pulang dan...