Salah satu murid mengetuk-ngetuk kan pulpen nya di atas meja sekolah, matanya menyipit melihat ke arah jam dinding, mulutnya tak berhenti untuk menghitung angka, dirinya gelisah sampai-"Waktu sudah habis. Kalian lanjutkan tugas ini sebagai pekerjaan rumah" ucap guru itu yang berjalan melangkah kan kakinya keluar kelas.
Huftt- gadis yang sedari tadi tak tenang itu menghembuskan nafasnya. Ini yang dia tunggu, bel pulang sekolah. Dengan begitu ia langsung berlari ke area parkir.
Namun saat hendak memakai helm, air dari atas langit turun menandakan hujan.
Ia urungkan niatnya untuk pulang di saat murid lain lebih memilih hujan-hujanan atau memakai jas hujan, ketimbang harus menunggu lama di sekolah ini dengan keadaan langit yang mulai menghitam tanda akan ada hujan lebat.
Karna tak mungkin pulang saat ini. Gadis yang bernama lengkap Melvani Putri Darwis biasa di sebut Melvan atau Van, melangkah kan kakinya menuju kantin sekolah ini dengan wajah yang masam.
Kemudian dirinya terduduk dan membeli beberapa cemilan untuk menemaninya di tempat ini.
Bosan. Itu kata yang terus terucapkan di dalam hatinya. Suara derasnya hujan yang turun mengenai asbes kantin yang terbuka itu membuatnya sedikit pusing lantaran menimbulkan bisingan yang sedikit keras di telinga nya.
"Buat lo" lamunan nya terhenti saat seseorang memberikan sebuah minuman coklat panas, dan terduduk disebelahnya.
Kemudian Melvan melirik gadis di sebelahnya dengan tatapan yang sulit di artikan, alisnya ia naikan.
Gadis itu sadar "Ngapain lo liatin gue kayak gitu?" heran nya.
Di balas dengan gelengan. Kemudian Melvan kembali memakan roti yang ia beli tadi, dengan tatapan yang lurus memandang derasnya hujan yang mengguyur membasahi are lapangan sekolah nya.
"Kalo gue nebeng pulang nya bareng lo, boleh ga?" pinta gadis yang di sebelah itu tiba-tiba, dengan sedikit ragu.
Melvan mengangguk saja. Bilang aja ngasih coklat panas buat minta tebengan sama gue batinnya berkata demikian.
Ni cewe bisu atau apa? Kok balesnya cuma pake pala doang. Sekarang gadis itu membatin.
Setelah hampir setengah jam hujan mengguyur kota dan seisinya. Sekarang hujan itu berhenti tepat pukul lima sore, Melvan memberikan helm nya pada gadis didepan nya.
Gadis itu heran "Apa? buat gue?" tanya nya.
Lagi-lagi Melvan mengangguk acuh.
Lalu keduanya pergi meninggalkan sekolah untuk pulang, gadis yang tengah di bonceng oleh Melvan itu misuh-misuh aneh saja mengapa orang ini sedari tadi diam, tak bersuara sedikit pun.
Tiba di depan rumah Melvan. Mereka berdua turun dari kendaraan itu. Baru saja gadis itu membuka helmnya tapi Melvan sudah meninggalkan dirinya sendirian diluar dan masuk ke dalam rumahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Negatif Rain | Bbangsaz
Fiksi PenggemarSomething about Melvan & Retta dua gadis yang di pertemukan sama-sama tak menyukai hujan. Completed ✔ [ harsh word + action + kiss ] ⚠️ kkalvana. My 2nd book 📚 Photo : Pinterest 📍 Cover edit : Canva