Semester pertama tepatnya dibulan Juli, bagi sekolah memulai ajaran baru. Setelah 2 minggu sebelumnya kelas 10 melaksanakan masa pengenalan sekolah atau mpls, kini resmi menjadi murid baru di Chance High School.
Sekolah yang dikenal akan segudang prestasi serta para siswanya yang juga teladan, membuat sekolah ini layak mendapatkan Akreditasi A yang tidak pernah turun ataupun tercabut.
Setidaknya setiap bulan selalu ada siswa yang mengikuti lomba dan pastinya membawa pulang piala untuk di pajang di sekolah tentunya, bukan untuk dibawa pulang ke rumah.
Namun, dibalik semua prestasi itu, apakah sekolah ini benar baik-baik saja? Maksudnya apakah benar-benar tak pernah melakukan kejahatan yang biasanya siswa sekolah lain lakukan, sebut saja contohnya tawuran? Keributan? Demo? Pembullyan?.
Atau apa mungkin pihak sekolah menutupi itu semua dengan prestasinya agar sekolah ini tak tercoreng dan juga tak ingin Akreditasi nya turun.
Karna setiap tahun nya penerimaan siswa baru terus meningkat, padahal bayaran masuk nya tak kecil, bisa dibilang besar.
Bagaimana tidak? Ini merupakan sekolah swasta favorite di kota ini. Orang tua siswa rela melakukan berbagai cara untuk bisa anaknya memasuki sekolah yang terkenal di kota ini
---
Tepat pukul enam pagi, Melvan telah di area sekolah, dan memakirkan motor matic premium berwarna hitam kesayangan nya.Kemudian ia melangkah menuju kelas X Ips 1, dengan tubuh yang dibaluti seragam serta blazer, dan anehnya dirinya juga memakai jaket kulit hitam.
Intinya double double segala di pakai.Tiba di kelas, ia langsung mendudukan diri di bangku bagian tengah. Dan membuka bekal yang ibunya buat tadi. Dua buah sandwich yang dibuat dengan penuh rasa cita sang ibu.
Sepi, hanya dirinya saja yang ada di kelas itu. Tapi Melvan masih asik memakan sarapan pagi yang dibawanya.
Lima menit kemudian suara orang yang sedang berbicara masuk ke dalam kelasnya.
"Eh tapi lo tau ga? Geng itu udah dibubarin sama pihak sekolah"
"Tau dari mana lo?"
"Abang gue cerita kemarin"
Obrolan dua orang siswi yang tengah berjalan ke tempat duduknya itu terdengar jelas di telinga Melvan, sedikit mencuri atensinya, tapi kemudian dirinya acuh tak memperdulikan itu.
Dan menutup bekal sarapan nya, tersisa satu sandwich untuk di makan saat istirahat ke dua pukul 12.00 siang nanti.
Bel pelajaran pertama berbunyi.
"Melvani Putri Darwis" ucap sang guru yang tengah mengabsen siswa nya satu persatu. Kemudian Melvan hanya menaikkan tangan kanan nya ke atas.
Guru itu berhenti menulis dan masih membulak balikan halaman absensi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Negatif Rain | Bbangsaz
Hayran KurguSomething about Melvan & Retta dua gadis yang di pertemukan sama-sama tak menyukai hujan. Completed ✔ [ harsh word + action + kiss ] ⚠️ kkalvana. My 2nd book 📚 Photo : Pinterest 📍 Cover edit : Canva