Hanya Kiara dan Giana yang asyik berbincang di sana sementara kedua anaknya asyik menunduk merasakan suasana canggung. Janendra merutuki kenapa sang ibu tidak memberi tahunya lebih awal, sedangkan Felicia merutuki sang ibu karena merahasiakan tempat yang dituju.
Sebenarnya hanya satu alasan dari keduanya, agar sang anak dapat berpakaian lebih kasual. Toh, ini bukan lah acara formal yang mengharuskan mereka berdandan lebih.
Suara dentingan alat makan lebih sering terdengar. Nampaknya Giana dan Kiara pun sudah kehabisan topik pembicaraan.
Saat makanan di meja makan itu habis, Janendra memberanikan diri mengajak Felicia untuk pergi ke halaman rumahnya. Giana dan Kiara saling melempar senyum melihat keduanya yang diam-diam menyingkir dari sana.
"Ah, boleh kita bicara di tempat yang lebih tertutup?" Setelah kedua anaknya hilang dari pandangan, Giana meminta izin kepada Kiara. Sebenarnya, ia ingin membicarakan hal ini tidak hanya dengan Kiara saja, namun dengan sang suami juga. Ia berharap dengan adanya dukungan mereka, kasus yang selama dia tahun diketahui sebagai kelalaian anaknya dapat dibuka kembali.
Janendra memilih mengajak Felicia untuk duduk di teras rumahnya. Ia pikir, ini lebih baik dari pada membawa gadis itu ke dalam kamarnya.
"Jadi, bagaimana kamu dan Kak Nadia?" Pertanyaan gadis itu sedikit membuatnya bingung. "Kudengar, Kak Nadia sedang sendiri." Gadis itu memilih menatap langit daripada netra lelaki di sebelahnya.
"Maksudmu?"
"Kurasa, kamu tidak perlu menyembunyikannya lagi. Bahkan Kak Adrian pun tahu."
Lelaki itu terdiam sebentar. Memikirkan maksud dari ucapan gadis di sebelahnya.
"Ah, kita cukup dekat." Felicia menutup matanya. Tangannya menggenggam erat bajunya.
Janendra mati-matian menahan tawa saat melihat ekspresi gadis itu. "Aku juga masih menyukainya."
Felicia semakin merasakan sesak. Ia menyesal sudah memancing lelaki itu. Rasanya ingin ia membiarkan dirinya mundur perlahan, tanpa coba mengulik apapun dari lelaki di sebelahnya.
Kisah yang bahkan belum sempat ia mulai, mana bisa berakhir begitu saja?
"Nadia merupakan sosok sahabat yang baik." Lanjut Janendra yang sukses membuat mata Felicia terbelalak. Saat ia menolehkan kepalanya, ia dapati lelaki itu tengah menertawainya.
Saat itu, ia ingin sang ibu keluar dan membawanya pulang. Sudah hancur harga dirinya dibuat lelaki itu.
"Maaf." Janendra perlahan meredakan tawanya. Ia lalu meraih tangan Felicia. Menggenggamnya.
"Mungkin kamu belum tahu, tapi Praga menjodohkanmu denganku."
***
Kiara masih belum percaya dengan apa yang dikatakan oleh Giana. Walaupun memang ia tidak tahu latar belakang teman-teman Janendra, yang ia tahu adalah Nadia anak yang baik.
Gadis itu sangat ramah, tidak hanya padanya, bahkan pada orang-orang yang membantunya di rumah.
"Untuk saat ini, saya masih belum mendapatkan bukti yang jelas." ujar Giana. Ia menghela nafasnya. Ia berharap ini adalah langkah pasti untuk menguak semuanya.
"Giana, saya harap ini salah. Anak itu tidak mungkin melakukannya. Akan saya buktikan jika Nadia tidak bersalah."
===
Into : You will come again!
KAMU SEDANG MEMBACA
Into : You [Proses Terbit]
Romance[BELUM DIEDIT] Felicia yang baru saja kehilangan sang kakak dipertemukan dengan sebuah sosok tembus pandang. Sosok yang selalu menemaninya ke mana pun ia pergi. Takut tentu ia rasakan saat awal kemunculannya. Namun perlahan, siapa sangka jika ia aka...