28-2

25 19 0
                                    


Adrian yang menerima informasi dari Brian bahwa ada yang mengikutinya, membuat ia memaksa Tian untuk merubah rencana. Mereka yang seharusnya pergi ke villa milik keluarganya, harus berhenti ke kantor polisi terlebih dahulu. Membuat Nadia dan Felicia bertukar tempat.

Sepanjang perjalanan, tidak ada yang berani membuka mulutnya. Terlebih Tian yang memilih untuk fokus menyetir. Adrian duduk di sebelah Tian, menemani temannya untuk menyetir. Jeffano dan Nadia kini duduk di kursi tengah. Menyisakan Felicia dan Janendra di kursi belakang.

Tian mengarahkan mobilnya ke kantor polisi. Sebelum ia turun, lelaki itu memastikan kesiapan Nadia.

Jeffano membuka pintu tengah mobil itu, menemani gadisnya untuk masuk.

Saat dua sosok itu keluar. Felicia yang tidak tahu-menahu dengan apa yang terjadi, menoleh pada Janendra. Ia dapati khawatir yang tersorot pada matanya. Mata lelaki itu terus mengikuti langkah Nadia dan juga Jeffano.

Ia meredam pikirannya. Rasanya bukan waktu yang tepat untuk bertanya sekarang.

Tangannya terus mengelus bulu lembut Zee. Beruntung makhluk berbulu putih itu tengah terlelap di pangkuannya.

"Macan, dimana?" tanya Felicia. Ia tidak tahan dengan ketegangan yang menyeruak dari ketiga lelaki di mobil ini.

"Aku titipkan pada Bunda. Tenang."

"Maaf, akan kujelaskan nanti." Tangan kekar milik Janendra menepuk pelan punggung tangannya. Lelaki itu mencoba membuatny lebih tenang.

Dari kejauhan, sepasang mata telah memperhatikan mereka. Terlebih sejak Nadia dan Jeffano turun dan masuk ke dalam.

"Nadia dan Jeffano sudah masuk. Hanya Tian dan Adrian yang ada di mobil." ujar sosok itu, menyampaikan hasil pantauannya pada orang di ujung telepon.

Setelah mendapati mobil milik Brian memasuki area parkir kantor polisi, Tian lalu menyalakan kembali mobilnya. Membawa mereka berempat pergi dari sana.

Kursi tengah itu masih kosong. Berulang kali Felicia bertanya mengapa meninggalkan Jeffano dan Nadia di sana. Ia pikir, mereka akan menunggu hingga kedua orang itu kembali.

"Di sana terlalu berbahaya. Terlebih untuk Janendra." jawaban dari Adrian membuatnya semakun bingung. Rasanya kesal. Ia seperti dibiarkan dengan ketidak tahuannya. Namun genggaman tangan Janendra menahannya untuk bertanya lebih lanjut.

"Sabar. Aku janji. Aku yang akan menjelaskannya."

===

Into : You will come again!

Into : You [Proses Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang