28 - 1

25 20 0
                                    

Tian berjalan menuju mobilnya dengan membawa rekaman cctv juga buku milik Nadia. Giana mempercayakannya untuk menyerahkan serta membawa Nadia ke kantor polisi. Wanita itu ingin Nadia yang menguak rahasia keluarganya sendiri. Giana juga sudah berjanji akan melindungi jika keluarga Prayoga berniat menyingkirkan mereka.

Keempat ban mobil itu mengarah menuju taman makam. Tempat peristirahatan terakhir Praga. Tempat ia mengajak Nadia bertemu.

Sesampainya di sana, netranya menangkap sosok gadis berpakaian serba hitam tengah bersimpuh di pusara itu. Samar terdengar kata maaf dan tangisan dari tempat ia berdiri.

Tangannya menepuk pelan pundak gadis itu saat kakinya telah berada tepat di samping si gadis.

"Tante Giana ingin kamu yang menyerahkannya." ujar Tian sembari mengeluarkan flash drive yang disimpannya dalam tas.

"Tenang. Jeffano terlalu buta untuk dapat meninggalkanmu."

***

Jeffano hanya seorang diri di rumah. Kedua orang tua serta adiknya tengah pergi ke luar kota. Lelaki itu memilih untuk tidak ikut dan mengurung dirinya di kamar. Ia masih merenungi sikapnya pada gadisnya belakangan ini.

Suara bel yang kini berganti dengan ketukan pintu, makin lama makin terdengar keras. Membuatnya menutup telinga dengan bantal.

Namun, belum selesai suara dari ketukan pintu itu, kini ponselnya yang berbunyi memanggilnya.

Nama 'Tian' terpampang di sana, membuatnya mengangkat panggilan itu dengan malas.

"Fano?" Suara itu membuatnya terkejut. Ia lalu mengintip dari balkon kamarnya. Mobil hitam milik Tian sudah terparkir di sana.

Dengan cepat ia lalu berlari membukakan pintu rumahnya.

***

Felicia tengah sibuk memasukkan baju-bajunya ke dalam tas ransel. Sang ibu menyuruhnya untuk kembali menginap di kediaman Adrian. Kali ini, gadis itu tidak tahu alasan mengapa ia harus ke sana. Sang ibu, jelas masih berada di rumah. Tidak memiliki jadwal pekerjaan di luar kota seperti biasanya.

Namun nada wanita itu yang dingin, membuatnya bergerak tanpa bisa memberikan sanggahan. Ia takut nada suara itu.

Saat ia keluar dari kamarnya, ia dapati sosok ibunya tengah berdiri. Kepalanya tertunduk. Dengan perlahan, ia masuk dalam pelukan sang ibu.

"Maaf. Tapi sampai semuanya selesai, Mama mohon untuk tetap ada di sana." lirih wanita itu. Tangannya dengan lembut mengelus punggungnya. Membuatnya memejamkan mata. Menikmati hangat perlakuannya.

"Saat semuanya selesai, seperti kata Mama. Berjanjilah untuk menjelaskannya padaku."

Giana mengangguk. Menyetujui perjanjian dengan anaknya.

Saat ia membuka pintu rumahnya. Ia pikir ia hanya cukup berjalan beberapa langkah untuk pergi ke kediaman Adrian. Namun ternyata, di depan gerbangnya sudah terparkir mobil hitam milik Tian, juga Adrian yang menunggu untuk membantunya memasukkan barang.

"Apa barang mu tidak kurang?" tanya Adrian. Wajahnya tampak santai. Namun Felicia mampu menangkap rasa takut yang lelaki itu coba sembunyikan.

"Kurasa tidak." Felicia lalu menyerahkan tas ranselnya juga persediaan untuk Zee pada Adrian. Ya, semoga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semuanya lebih singkat dari perkiraan sang ibu.

Tangan kanannya lalu membuka pintu mobil. Di sana, ia justru mendapati Nadia yang duduk di belakang bersama dengan Janendra. Ia bingung.

"Apa kita sedang rekreasi?"

===

Into : You will come again tomorrow!

Into : You [Proses Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang