4. Sah

1.9K 107 6
                                    

Pernikahan Mehan dan Zeya hari ini adalah puncak dari perjalanan panjang keduanya. Diadakan di Jepang, pernikahan ini berlangsung sederhana namun penuh makna. Situasi ini terjadi karena Mehan masih terikat kewajiban di luar negeri, sementara Zeya memiliki keleluasaan waktu untuk mengurus tugas akhir perkuliahannya.

Ketika Mehan mengucapkan ijab kabul dengan mantap, ruangan serasa berhenti sejenak. "Saya terima nikah dan kawinnya Zeya Salshabilla Ellena dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai!" Diikuti oleh persetujuan saksi, suasana seketika berubah menjadi haru dan lega. Pasangan ini telah sah menjadi suami istri.

Zeya, yang masih terkejut dengan kenyataan baru tersebut, tampak termenung sejenak sebelum tersadar oleh panggilan lembut suaminya. "Dek," suara Mehan memecah lamunannya. Zeya menoleh dan tersenyum, meskipun perasaan tak percaya masih menggelayuti hatinya—ia kini adalah istri dari seorang Mehan Pratama Agaskar, pria yang selama ini begitu dikagumi banyak wanita.

"Salam suaminya, Ze," bisik ibunya. Zeya menuruti nasihat itu, ia mencium tangan suaminya dengan penuh hormat. Mehan, dengan khidmat, meletakkan tangannya di kepala Zeya, berdoa dalam hati agar rumah tangga mereka selalu dilimpahi kebahagiaan.

“Kamu cantik,” ujar Mehan pelan, penuh kekaguman. Zeya tersipu malu, membalas dengan ucapan pelan, "Makasih, Mas." Senyumnya tak dapat ditutupi, dan hal itu membuat Mehan semakin terpesona.

Saat mereka diarahkan menuju pelaminan, Zeya masih tampak canggung, sementara Mehan dengan senyum lebarnya menggenggam erat tangannya. “Hati-hati, gandeng tangan mas sini, Sayang,” katanya penuh perhatian. Zeya pun patuh, melangkah bersama suaminya, dan dalam hatinya, ia tahu betapa beruntungnya memiliki Mehan di sisinya.

Di tengah suasana, Mehan mencoba mencairkan suasana yang masih terasa canggung bagi Zeya. "Dek," panggilnya lagi. "Mas itu suka banget sama Harry Potter."

Zeya, yang tak menduga topik itu, menoleh penasaran. "Serius, Mas?"

Mehan mengangguk antusias. "Tapi, ada yang lebih mas suka daripada Harry Potter."

"Apa tuh, Mas?" Zeya bertanya, alisnya terangkat. Mehan tersenyum, mendekat sedikit, lalu dengan nada main-main dia menjawab, "Mas lebih suka harry-harry bersamamu."

Zeya langsung tersipu malu, menutupi wajahnya dengan kedua tangan. "Masss, ihh."

Mehan tertawa kecil, puas melihat istrinya begitu salah tingkah. "Otak mas ini isinya cuma kamu terus, Dek."

Namun, obrolan ringan mereka terhenti saat sahabat Zeya, Lula, tiba-tiba datang dan memeluknya dengan heboh. "Gila, sahabat gue udah jadi istri orang!" teriak Lula. Mehan, yang menyaksikan adegan itu, hanya tersenyum sembari menenangkan. "Jangan teriak-teriak, Lula."

Zeya, yang merasa heran karena belum pernah memperkenalkan Lula pada suaminya, langsung bertanya, "Mas kok kenal Lula?"

Mehan dengan tenang menjawab, "Dia itu adik tingkat mas di SMA dulu."

Zeya hanya bisa mengangguk pelan, menyimpan pertanyaan lebih lanjut untuk nanti. Setelah itu, datang Marsel dan Alfan, teman-teman Mehan, yang turut memberikan selamat. "Selamat ya, Ze. Mehan ini benar-benar sayang sama kamu. Tolong jaga dia baik-baik, ya," kata Alfan penuh harapan.

Momen haru itu kemudian diwarnai oleh canda dan tawa ketika Marsel bergabung, mengerjai Mehan seperti biasa. "Selamat, Bang! Titip keponakan lucu, ya," canda Marsel, membuat suasana kembali ceria.

Setelah para tamu meninggalkan pelaminan, Mehan dan Zeya duduk berdua, menikmati momen kebersamaan yang terasa intim di tengah kesibukan acara. "Dek," panggil Mehan lembut sambil menatap Zeya dalam-dalam, "Seindah senja yang memerah, lebih indah senyummu yang merekah."

Zeya menunduk malu, namun tak bisa menahan senyumnya. Hatinya berdebar lebih kencang dari biasanya setiap kali Mehan berbicara dengan kata-kata manis. “Orang-orang pernah nanya sama mas, kenapa mas mencintaimu,” lanjut Mehan. “Sungguh, mereka bodoh karena seolah bertanya kepada mas untuk apa mas bernapas.”

Zeya hanya bisa menunduk semakin dalam, tak sanggup menahan kegugupannya. Ia sadar, kehidupannya kini telah berubah—menjadi istri seorang Mehan yang mencintainya dengan tulus dan tanpa batas. Cinta yang begitu besar dan penuh perhatian, membuat Zeya merasa bahagia dan siap menghadapi masa depan bersama suaminya, dalam suka maupun duka.

Hari itu berakhir dengan kebahagiaan yang terasa sempurna, namun di benak Zeya, satu hal tetap terlintas: kehidupan baru mereka baru saja dimulai, dan ia siap menjalani setiap detiknya dengan cinta yang tumbuh semakin besar.

Brosur Jodoh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang