5. Kejujuran

2K 102 5
                                    

Zeya sering merasa kesepian saat di rumah sendirian, terutama ketika suaminya, Mehan, harus berlatih sepak bola hampir setiap hari. Perempuan berusia 21 tahun itu kemudian menemukan kebahagiaan melalui seekor kucing kecil berbulu halus yang diberi nama Lily. Kehadiran Lily, kucing betina yang menggemaskan, menjadi teman setia bagi Zeya, mengisi kekosongan saat Mehan tidak di rumah.

Suatu hari, Zeya sibuk membongkar mainan dan pakaian baru untuk Lily. Di sampingnya, Mehan dengan santai duduk dan memperhatikan dengan senyum lebar.

"Kamu kok beli mainan bola, Mas?" tanya Zeya dengan sedikit heran.

"Bagus, Sayang. Pasti Lily suka main bola," jawab Mehan sembari mengelus kepala istrinya. Raut wajahnya tampak yakin bahwa mainan tersebut akan menjadi favorit Lily.

Zeya menggeleng pelan, seolah tak habis pikir. "Anak perempuan nggak main bola, Mas. Lily itu cewek."

Mehan mengernyit heran, lalu berpura-pura cemberut. "Masa nggak boleh sih, Sayang? Cewek juga bisa main bola."

Zeya tersenyum kecil sambil merespons dengan suara manja, seolah berbicara dengan anak kecil. "Lily anak cewek, Ayah."

Seakan mengerti obrolan mereka, Lily mengeong pelan. "Miauww," suaranya terdengar lembut, membuat Zeya semakin gemas.

"Nah, tuh, anak kita juga setuju kalau dia nggak main bola," Zeya berseru dengan penuh kemenangan, sementara Mehan tertawa kecil.

"Ya udah deh, berarti Lily main boneka Barbie yang Bunda beli kemarin, ya?" ucap Mehan sambil mengelus kepala Lily dengan lembut.

Zeya terkikik mengingat reaksi suaminya saat ia pulang dari pusat perbelanjaan dengan membawa beberapa boneka Barbie untuk Lily. Mehan hanya menggelengkan kepala heran, namun tak berkata apa-apa, meski jelas terlihat bingung dengan pilihan istrinya.

Suasana rumah terasa hangat dengan tawa kecil mereka berdua. Namun, dalam hati Zeya, ia selalu khawatir tentang perasaannya saat ini terhadap suaminya karena cara mereka bersatu benar-benar unik.

Saat berada di luar rumah, cemburu Mehan terkadang muncul tak terduga. Suatu hari, ketika Zeya sedang berbelanja di minimarket, seorang pria tanpa sengaja menyentuh tangan Zeya saat membantu mengambil barang. Mehan, yang baru saja kembali dari toilet, langsung memperhatikan momen itu dengan ekspresi tak senang. Dengan langkah cepat, ia menghampiri mereka.

"Modus banget, ya, pegang tangan istriku?" gumam Mehan dengan nada rendah, tapi cukup terdengar oleh Zeya.

Zeya tersenyum dan berusaha tetap ramah pada pria itu. "Thank you for helping me," ucapnya sebelum pria itu pergi.

Namun, ekspresi wajah Mehan masih menunjukkan rasa cemburu yang jelas, meskipun ia berusaha menyembunyikannya dengan sikap tenang. "Tangan kamu itu cuma buat mas yang pegang, Sayang," ucapnya sambil menggenggam tangan Zeya erat.

Zeya tersenyum penuh pengertian. "Mas cemburu, ya?" tanyanya dengan nada menggoda.

Mehan hanya mengangguk sambil tersenyum malu. "Sedikit cemburu, tapi nggak apa-apa. Itu tandanya mas sayang banget sama kamu."

Setelah insiden kecil itu, Mehan berusaha mengajak Zeya ke tempat yang lebih romantis. Mereka menuju sebuah restoran di tepi pantai saat matahari terbenam. Suasana di sana begitu hangat, dengan lilin-lilin yang menyala lembut di atas meja, dan suara ombak yang menenangkan jiwa.

Mereka duduk berdua, saling menggenggam tangan, menikmati keindahan alam dan kebersamaan yang langka. Mehan menatap Zeya dalam-dalam, penuh cinta dan kelembutan.

"Sayang, kamu tahu nggak? Setiap momen yang kita habiskan bersama itu selalu terasa istimewa buat mas," bisik Mehan sambil tersenyum.

Zeya menatap suaminya dengan hangat. "Mas, aku juga merasa beruntung bisa bersamamu. Awalnya, aku sempat ragu waktu menerima kamu dari brosur jodoh itu. Tapi sekarang, aku yakin, bahagia aku ada di kamu."

Mehan tersenyum lebar, menggenggam tangan Zeya lebih erat. "Sebenarnya, brosur itu cuma akal-akalan mas aja, biar ada tantangan buat deketin kamu," Mehan mengaku, tertawa kecil sambil mengusap kepala Zeya.

Zeya terkejut mendengar pengakuan itu. "Jadi, kamu sama Lula kerja sama buat bikin aku nikah sama kamu?"

Mehan tertawa sambil mengangguk. "Iya, Dek. Tapi sekarang kamu udah jadi istri mas, dan itu yang terpenting. Mas janji bakal selalu bahagiain kamu."

Zeya mencubit lembut lengan suaminya. "Ih, ngeselin! Tapi ya udah, aku maafin. Yang penting, kamu harus tetap bikin aku bahagia, ya."

Dengan cahaya matahari yang mulai meredup di cakrawala, mereka menghabiskan malam itu dengan bercanda dan berbicara tentang masa depan mereka. Di bawah langit yang bertabur bintang, Mehan dan Zeya semakin erat terhubung oleh cinta yang tak tergoyahkan.

"I LOVE YOU, AZIZAH SALSHABILLA ELLENA!" seru Mehan di antara deburan ombak, membuat Zeya tertawa terbahak-bahak. Lelaki itu kemudian menggendong Zeya, berputar-putar, membuat mereka berdua tenggelam dalam kebahagiaan yang hangat dan abadi.

"I LOVE YOU TOO MAHEN PRATAMA AGASKAR."

Malam itu, di tepi pantai yang indah, cinta mereka bersemi seperti ombak yang tak pernah berhenti, mengalir tanpa henti, mengisi setiap ruang hati mereka dengan kasih sayang yang mendalam.

Brosur Jodoh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang