Narendra

6.1K 224 5
                                    

Dirumah mewah itu terdapat bocah kecil yang sedang meringkuk dibalik pintu kamar mandi, dia tidak tau apa salahnya. Bibir mungil itu bergetar karena merasa kedinginan.

"Ma..mama" Panggil bocah itu. Dia mengetuk pintu kamar mandi itu pelan.

"Dinin." Gumam Naren, iya bocah kecil kesayangan Rendi itu memang masih cadel.

Dia sudah duduk disana selama 20 menit, menunggu hukumannya selesai.

Tadi saat dia sedang bermain, mamanya datang lalu menyeretnya menuju kamar mandi, dia disiram air dingin dan dipukul, sampai kepalanya dibenturkan ditembok kamar mandi itu. Kata ampun yang keluar dari mulut mungil itu tidak diindahkan oleh sang mama, mamanya terus memukulinya, menyiram air dingin ditubuh mungilnya. Setelah selesai, mamanya keluar dari kamar mandi dan membentak Naren untuk tidak keluar sebelum hukumannya selesai.

"A..ayah..dinin." Ucap Naren.

Air matanya mengalir tanpa adanya suara isakkan yang terdengar.

"Ayah..cakit..mau denan ayah caja." Ucap Naren.

'Brak'

Pintu kamar mandi itu terbuka dan menampilkan mamanya dengan wajah datarnya. Naren terkejut dibuatnya.

"Berdiri." Ucap mamanya.

Naren menghapus air matanya dengan tangan mungilnya dan berusaha berdiri, kepalanya menunduk, bibirnya ia gigit pelan, tangannya memilin baju basahnya.

Dengan kasar pipi tembam itu di cengkram kasar oleh mamanya.
Naren hanya menutup matanya karna takut pada mamanya.

"Hukuman kamu sudah selesai, masuk ke kamar dan ganti bajunya." Ucap mamanya.

Naren mengangguk.

"Buka matanya!"

Naren membuka matanya perlahan, membalas tatapan mata tajam mamanya.

"Setelah ini jangan nakal! Mama tidak suka anak yang nakal." Ucap mamanya.

Naren mengangguk, walau tidak melakukan apapun mamanya selalu menyebutnya anak nakal.

"Sana." Ucap mamanya.

Dia melepas kasar cengkraman tangannya. Naren segera berjalan menuju kamarnya.

Membuka pintu kamar itu perlahan dan masuk kedalam. Segera mengganti bajunya karna sudah sangat dingin.

Dia duduk diam diatas ranjang seraya melihat keluar jendela dengan selimut yang menutupi pahanya.

"Kemalin ayah menikah, Nalen juda inin datang tapi da boleh cama mama." Ucap Naren. Tangannya memilin selimut yang ada diatas pahanya.

"Ayah, Nalen lindu ayah. Mama da bolehin temu ayah." Menangis lagi, hatinya sudah sangat rindu ayahnya, ingin memeluk ayah dengan erat.

"Hikss ayah. " Dia menidurkan dirinya dengan memeluk guling yang ada dihadapannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di ruang keluarga, mama Naren duduk anggun seraya membaca majalah. Tak lama datang perempuan paruh baya membawa teh hangat.

"Maaf nyonya, tadi ada tuan Rendi datang bersama istrinya." Ucap perempuan itu.

Dia meletakkan tehnya didepan majikannya.

"Bersama istrinya?" Tanya Anggi. Mama Naren bernama Anggita Dewi Hermantoro.

"Iya nyonya, tuan Rendi datang ingin bertemu tuan muda Naren." Ucap perempuan itu.

"Tapi mereka tidak bertemukan?" Ucap Anggi sedikit khawatir.

"Tidak nyonya, saya bilang kalau nyonya, tuan dan tuan muda sedang pergi." Ucap perempuan itu.

Duda Tampan Itu Suamiku (Kookmin GS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang