"Bagaimana?" Tanya papa pada anak perempuannya.
Anak perempuannya menatap calon suaminya itu yang duduk dihadapannya.
"Jawab sayang." Ucap mama pada anak perempuannya itu.
"Jawab saja sayang, tidak perlu ragu, kami semua menerima apapun keputusanmu." Ucap wanita yang menjadi ibu dari calon suaminya itu seraya tersenyum.
Semua orang menanti keputusan dengan wajah yang sedikit tegang.
"Baiklah, Dinda menerima perjodohan ini." Ucap perempuan itu.
"Syukurlah." Lega semua orang.
"Jadi acara pernikahannya akan diadakan 3 hari mulai dari sekarang." Ucap papa.
Lelaki yang akan menjadi suaminya itu mengangguk pelan, sedangkan Dinda hanya diam menunduk.
'Apa tidak terlalu cepat? Aku belum terlalu mengenalnya' batin Dinda.
"Nty." Panggil keponakan Dinda. Dia berjalan menuju aunty nya seraya melihat lelaki tampan yang duduk dihdapan aunty nya.
"Kenapa sayang?" Tanya Dinda.
"Iban nantuk." Gibran, namanya Gibran. Dia masih cadel jadi bicaranya masih sedikit susah.
Bocah itu mengucek matanya pelan, seraya tubuhnya dia jatuhkan kearah aunty nya.
"Iban ngantuk ya? Mau bobo?" Tanya Dinda.
Gibran mengangguk.
"Eh, tidur dengan mami saja ya, aunty masih ada acara sayang." Ucap kakak ipar Dinda, istri kakaknya.
"Da mau."
"Gibran, sama papi aja yuk." Ucap kakak Dinda.
"Aunty~." Rengek Gibran.
"Ya sudah ayo sama aunty ya." Ucap Dinda.
"Dinda." Ucap mama.
"Sebentar mah, nanti kalau Gibran sudah tidur Dinda kesini lagi." Ucap Dinda.
"Ya sudah."
Orang tua calon suaminya tersenyum lembut kala melihat dengan jelas bagaimana lembutnya calon menantu mereka.
"Eh, Rendi sana temani Dinda." Ucap ibu dari lelaki itu.
"..."
"Rendi, kamu dengar ibu tidak?!" Tanya ibu.
"Ayo." Ucap Rendi.
Dinda hanya diam, dia menggendong Gibran yang sudah terkantuk-kantuk.
"Permisi semua." Ucap Dinda.
Dinda dan Rendi akhirnya berjalan menuju kamar bocah kecil itu, memang acara perjodohan ini dilakukan di rumah Dinda.
"Aku jadi rindu cucuku, semoga cucuku bisa tinggal bersama lagi." Ucap ibu.
Suaminya hanya mengelus punggung istrinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Dinda menidurkan Gibran di ranjang Queen size itu. Menyelimuti tubuh kecil itu dan duduk disamping Gibran.
"Duduk mas." Ucap Dinda pada Rendi.
Rendi mendudukkan tubuhnya disofa kamar itu.
"Tidur ya sayang." Ucap Dinda.
Rendi melihat Dinda yang menyanyikan lullaby untuk keponakan nya, tanpa terasa dia tersenyum tipis. Kenapa dia yakin kalau Narennya nanti akan luluh dengan Dinda. Dia jadi membayangkan kalau Gibran itu adalah Narendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan Itu Suamiku (Kookmin GS)
FanfictionRendi Mahendra Pratama, seorang duda tampan yang memiliki seorang putra yang manis. Rendi harus merasa puas kala pengadilan memutuskan bahwa mantan istrinya lah yang memenangkan hak asuh anak mereka. Rendi sempat menggugat lagi ke pengadilan namun d...