Sakit

6.6K 228 5
                                    

Setelah makan malam, keadaan Rendi dan Dinda masih canggung. Walaupun tadi sedikit mencair karna ada bibi tapi mereka berdua kembali canggung kala memasuki kamar.

Dinda yang sudah menyikat gigi dan mencuci muka dikejutkan dengan Rendi yang berdiri didepan pintu kamar mandi.

"Ma..mau sikat gigi?" Tanya Dinda.

"Iya."

Dinda menggeser badannya mempersilahkan Rendi untuk masuk kedalam.

Setelah Rendi masuk kedalam, Dinda duduk dikursi meja rias nya dan mengaplikasikan skincare malamnya.

Beberapa menit kemudian Rendi keluar kamar mandi dan mendapati istrinya yang sedang melakukan perawatan kulit dimalam hari.

Dengan jail Rendi mendekati Dinda dan memeluknya dari belakang.

"M..mas." Ucap Dinda.

"Hmm?"

Sejujurnya Rendi ingin tertawa melihat wajah gugup istrinya tapi dia menikmati, Dinda bereaksi seperti itu berarti belum pernah ada yang melakukan hal intens padanya.

"M..mas sedang a..apa?" Ucap Dinda.

"Memeluk istri mas."

"T..tapi."

"Ssttt.. sebentar saja sayang." Mata Dinda melotot mendengarnya.

Dinda diam, gugup tentu saja.

Tanpa diduga Rendi membangunkan Dinda dari duduknya dan dibaliknya tubuh Dinda kearahnya. Ditatap nya wajah cantik istrinya seraya mengelus pipi sang istri. Dinda terhanyut dalam tatapan Rendi.

"Cantik." Gumam Rendi.

Dia memajukan wajahnya serta memiringkan kepalanya, Dinda yang melihat itu reflek menutup matanya.

Rendi semakin mendekat dan

'Cup'

Kecupan itu lembut, Rendi mengecupnya pelan, tidak ada gerakan bibir, hanya menempel saja.

Dinda sudah meremaa baju sampingnya, berdiri dengan kaku. Rendi menekan tengkuk istrinya agar kecupan nya tidak lepas.

Selama beberapa menit kecupan itupun terlepas, Rendi yang tau jika istrinya menahan nafas pun takut jika istrinya kehabisan nafasnya.

"Bernafas sayang." Ucap Rendi.

Dinda menghembuskan nafasnya pelan.
Setelahnya Rendi terkekeh melihat wajah memerah milik Dinda.

"Jangan tertawa mas." Kesal Dinda.

"Kamu lucu."

Mereka akhirnya tertawa bersama, tak lama ponsel milik Rendi berdering.

Rendi mengambilnya dan mengenyit kala nomor tak dikenalnya menelpon dia.

"Siapa mas?" Tanya Dinda.

"Tidak tau, nomornya tidak mas kenal."

"Angkat saja, siapa tau penting."

Rendi mengangguk. Dia mengangkat telpon itu.

"Halo."

"..."

"Anda siapa?"

"..."

"Ada apa?"

"..."

"APA?!"

"..."

"Saya akan kesana."

Duda Tampan Itu Suamiku (Kookmin GS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang