Bunda

7.2K 264 3
                                    

Dinda duduk seraya menatap anak lelakinya, sedih sekali rasanya.

Anak sekecil itu mengalami hal yang sangat mengerikan, Dinda melihat banyak bekas luka, baik itu yang baru maupun luka yang sudah membekas lama.

"Berapa lama kamu mengalami ini nak?" Tanya Dinda.

Hatinya menangis, melihat Gibran yang terjatuh saat bermain perosotan dan menangis saja sudah membuat mata Dinda berkaca-kaca. Ini anak dari suaminya mengalami hal yang sangat menyakitnya, lebih sakit dari jatuh dari perosotan.

Dinda menangis tanpa suara, ya selembut itu hatinya. Mengelus tangan mungil itu lembut. Memastikan tidur anaknya nyaman.

15 menit berlalu, Dinda merasa tangannya digenggan erat oleh Naren.

"Ja..janan pu..pukul Nalen papa hikss.. mama hikss.. cakit hikss.. tolong hikss.. ayah hikss.. cakit janan pukul.. kepala Nalen cakit mama hikss.." Ucap Naren, matanya masih menutup namun gerakan tubuhnya berontak, dia bahkan menggenggam tangan Dinda erat.

"Sa..sayang hei.. ini bunda.. ini bunda.. hikss.."

Dinda segera memencet tombol merah yang ada dikepala ranjang itu, memencet nya brutal.

"Jangan begini sayang hikss.. bunda takut nak.. hikss.." Ucap Dinda, dia mengelus surai lepek milik Naren lembut.

Tak lama dokter datang, dia meminta Dinda untuk keluar namun tangan Naren dengan kencang menggenggam tangannya. Akhirnya dokter memeriksa Naren dengan Dinda yang menangis disisi sang putra.

"Sabar nak hikss.. bunda disini sayang, bunda disini." Gumam Dinda.

Setelah cukup tenang, dokter memberi tau jika Naren kembali tidur, dosis yang diberikan dokter tidak tinggi, Naren hanya akan tidur sekitar 20 menit saja.

Kini tinggal Dinda dengan sisa air matanya menatap Naren.

"Setelah ini Naren harus sehat ya anak baik." Ucap Dinda.

Tak lama mama, papa, ibu dan ayah datang. Mereka bergantian memberi kecupan hangat didahi cucunya.

"Aku.. aku takut sekali tadi ma." Dinda menangis dipelukan mamanya.

"Ssstt tidak apa-apa sayang, Naren anak yang kuat ok." Ucap mama. Dia mengelus kepala anaknya lembut.

"Tapi tadi badannya sedikit kejang hikss.."

Ibu dan ayah mertuanya melihat betapa sayangnya Dinda pada cucu mereka merasa bahagia, Naren sejak kecil kekurangan kasih sayang dari ibunya tapi sekarang mereka yakin tidak akan lagi, karna Dinda akan memberi kasih sayang yang melimpah untuk Naren.

"Iya sayang, apa yang dikatakan mama mu benar, Naren anak yang kuat, dia sebentar lagi pasti bangun." Ucap Ibu.

Dinda mengangguk lemah, melepaskan pelukannya dan kembali duduk di samping anaknya.

20 menit berlalu, Naren mulai membuka matanya, lagi dan lagi tangan Dinda menjadi pegangannya kala melihat banyak orang yang berkumpul di ruangannya.

Dinda melihat itu, bagaimana mata turunan Rendi itu terbuka, menatap panik pada semua orang. Dia membalas genggaman tangan Naren.

"Oh anak baik sudah bangun ya?" Tanya Dinda lembut.

Naren melihat Dinda, dia menahan tangisnya. Dinda sepertinya tau jika ada banyak orang di ruangan nya membuat Naren tidak nyaman.

"Itu nenek dan kakek sayang, mereka ingin menjenguk Naren lho." Ucap Dinda.

Naren menggeleng, dia menggigit bibirnya.

Duda Tampan Itu Suamiku (Kookmin GS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang