Setelah membereskan semuanya, Rendi dan Dinda sekarang ada di bandara dan akan pulang.
"Mau yang mana?" Tanya Rendi.
Mereka sedang ada di salah satu cafe disekitar bandara untuk sarapan.
"Aku mau makan roti saja ya." Ucap Dinda.
"Roti? Tidak lapar?" Tanya Rendi.
"Nanti saja mas, aku mau makan yang ringan dulu." Ucap Dinda.
"Baiklah."
Rendi akhirnya memesan 2 roti dan 2 teh hijau.
Mereka makan dengan tenang, penerbangannya masih 1 jam lagi jadi santai saja."Rindu sekali dengan Naren." Gumam Dinda.
"Nanti kamu peluk saja Naren seharian setelah sampai rumah." Ucap Rendi.
"Tentu, dia akan dipelukan ku satu hari penuh." Senyum Dinda.
Rendi tersenyum tipis, orang tuanya tidak salah memilih teman hidupnya dan ibu untuk anaknya.
Setelah selesai sarapan mereka masuk kedalam bandara untuk duduk-duduk dulu seraya menunggu pengumuman keberangkatan.
"Mas." Panggil Dinda.
"Hm?" Ponsel yang sedari tadi dimainkan oleh Rendi disimpannya didalam saku.
"Setelah pulang, mas langsung bekerja?" Tanya Dinda.
"Eum? Iya mungkin, memangnya kenapa?" Tanya Rendi.
Tanpa sadar bibir Dinda mencebik lucu.
"Kenapa tidak libur lagi?" Tanya Dinda.
"Kenapa hm? Bulan madunya kurang puas?" Tanya Rendi.
"Bukan begitu, aku.." Dinda menghentikan ucapannya dan itu membuat Rendi mengernyit, tapi tak lama seringai jahil terpampang dibibirnya.
"Kenapa hm? Yang tadi malam masih kurang?" Pertanyaan Rendi sontak membuat Dinda menatapnya tajam.
"Apa?" Ucapnya kaget.
"Eum? Masih kurangkah? Oh atau setelah sampai di Indonesia kita jangan pulang dulu? Ke hotel dulu tidak masalah sepertinya." Ucap Rendi.
"Mas! Ih tidak mau, aku mau pulang saja." Ucap Dinda.
"Kita ke hotel saja ya, sepertinya kamu tidak mau jauh dari mas." Ucap Rendi.
"Mas muka kamu seperti om pedo, aku takut lihatnya." Rengek Dinda, dia bahkan bergidik ngeri melihatnya.
"Om pedo nya hanya mau dengan Dinda saja." Ucap Rendi, dia memajukan wajahnya kearah wajah sang istri.
"Mas." Sentak Dinda, dia mundur ke belakang, hampir jatuh jika Rendi tidak menahan pinggangnya.
"Kenapa hm?" Tanya Rendi.
"Awas mas, ini dimuka umum." Ucap Dinda, dia sedikit mendorong pundak Rendi untuk menjauh. Dan Rendi bukannya menjauh malah dia semakin merapatkan tubuhnya dengan Dinda.
"Kalau bukan diumum berarti boleh?" Tanya Rendi.
"Mesum! Awas." Akhirnya Rendi mengalah, dia kembali duduk disamping istrinya.
"Wajah kamu merah." Ucap Rendi.
"Apa sih?! Sudah diam mas."
Rendi terkekeh melihat istrinya.
Tak lama pengumuman keberangkatan terdengar, mereka segera menuju ke pesawat yang akan membawa mereka pulang.
Sampai didalam pesawat, Dinda kembali asik dengan bukunya dan meninggalkan Rendi yang hanya diam menatap Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan Itu Suamiku (Kookmin GS)
Fiksi PenggemarRendi Mahendra Pratama, seorang duda tampan yang memiliki seorang putra yang manis. Rendi harus merasa puas kala pengadilan memutuskan bahwa mantan istrinya lah yang memenangkan hak asuh anak mereka. Rendi sempat menggugat lagi ke pengadilan namun d...