"HUWAA AYAH BUNDA CAKIT." Teriakan itu mengejutkan Dinda dan Rendi.
Naren masuk kekamar ayah dan bunda nya dengan bercucuran air mata, dirinya masih menggunakan handuk yang dipakai sampai kedada.
"Kenapa? Kenapa menangis?" Tanya Dinda, dia tentu khawatir mendengar teriakan anaknya. Dia mengelus wajah anaknya yang masih basah.
"Cakit hikss.. Nalen jatuh bunda hikss.." Ucap Naren.
"Jatuh? Jatuh dimana nak?" Tanya Rendi.
"Dikamal mandi ayah hikss.." Ucap Naren.
"Kok bisa jatuh?" Tanya Dinda.
"Nalen main hikss.. tapi da hati-hati telus pelecet." Ucap Naren. Dia menundukkan kepalanya. Takut ayahnya marah.
Sedangkan Rendi malah menahan tawanya. Dinda melotot melihat Rendi yang menahan tawa.
"Sudah, tidak apa-apa ya, Naren mandi dengan siapa?" Tanya Dinda.
"Bi Ijah, Nalen maap bunda." Ucap Naren.
"Iya tidak apa-apa sayang, ayo ganti baju." Ucap Dinda. Dia menggandeng tangan Naren menuju kamar bocah lucu itu.
Rendi mengikuti dari belakang.
Dinda mengambilkan baju santai untuk anaknya, Naren berdiri disamping ayahnya yang juga menatap sang istri.
"Ayo pakai baju." Ucap Dinda.
Naren mengangguk.
Dinda membantu anaknya untuk pakai baju, dia juga memberi minyak telon agar Naren tetap hangat.
"Sudah tampan." Ucap Dinda, Naren sudah bersih dan wangi membuat bundanya tersenyum.
"Sayang, ayah ingin bicara boleh?" Ucap Rendi pada Naren.
Naren mengangguk dan Rendi mengangkatnya untuk duduk diranjang bersama dengannya dan sang istri.
"Naren ingin punya adikkan?" Tanya Rendi.
"Iya ayah." Ucap Naren, dia masih setia mendengarkan ucapan ayahnya.
"Kalau adik bayi lahir, Naren akan sayang adik?" Tanya Rendi.
"Cayang cekali, nanti Nalen kacih cemua mainan Nalen untuk adik." Ucap Naren.
Rendi dan Dinda terkekeh mendengar ucapan polos anak mereka.
"Naren mau bantu ayah?" Ucap Rendi.
"Bantu apa?"
"Bantu ayah buat jaga bunda dan adik bayi." Ucap Rendi.
"Eh? Adik bayina cudah ada? Dimana ayah?" Tanya Naren, kepalanya bergerak kesana kemari untuk menemukan adiknya.
"Adik bayinya masih didalam perut bunda nak." Ucap Rendi.
"Huh?" Naren menatap perut bundanya.
"Tapi pelut bunda da dendam ayah, da ada adik bayina." Ucap Naren polos.
"Adik bayinya kan masih kecil, jadi perut bunda masih kecil." Ucap Rendi.
"Iya?" Tanya Naren masih tidak percaya.
"Iya nak, nanti perut bunda juga besar kalau adik sudah berkembang didalam perut bunda." Ucap Rendi.
"Cepelti aunty Deci?" Tanya Naren.
"Iya sayang, nanti perut bunda seperti perut aunty Desi." Ucap Dinda.
"Ouh, Nalen inin cepat-cepat main denan adik bayi bunda." Ucap Naren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan Itu Suamiku (Kookmin GS)
FanfictionRendi Mahendra Pratama, seorang duda tampan yang memiliki seorang putra yang manis. Rendi harus merasa puas kala pengadilan memutuskan bahwa mantan istrinya lah yang memenangkan hak asuh anak mereka. Rendi sempat menggugat lagi ke pengadilan namun d...