Naren merengek pada bundanya untuk main disekitar kantor ayahnya, ingin jajan sebenarnya.
"Bunda, ayo main dikantol ayah." Ucap Naren.
"Main dimana sayang?" Tanya Dinda.
"Cekital caja."
"Izin ayah dulu." Ucap Dinda.
Naren mengangguk lalu berjalan kearah ayahnya yang tengah sibuk dengan berkasnya.
"Ayah, Nalen dan bunda mau main." Ucap Naren.
Rendi mengangkat anaknya kepangkuan dia.
"Main kemana?"
"Dikantol ayah."
"Baiklah, tapi jangan nakal ya, jangan buat bunda lelah, ok?" Ucap Rendi.
"Oke ayah."
Naren turun dari pangkuan ayahnya lalu berjalan kearah bunda nya.
"Ayo bunda, ayah cudah boleh."
"Baiklah, saya temani Naren dulu ya mas?" Ucap Dinda pada Rendi.
"Iya hati-hati ya, jika sudah segera kembali ya."
"Oke mas."
Dinda dan Naren akhirnya pergi dari ruangan Rendi.
Saat sudah dilantai bawah, Naren menjadi pusat perhatian karyawan dari ayahnya, karna lihat saja. Matanya menatap polos pada mereka, senyum lucu yang ditunjukkan Naren sangat manis ditambah tangan mungil itu menggandeng tangan sang bunda.
"Eh anak manis ini mau kemana hmm?" Tanya salah satu karyawan Rendi.
"Nalen mau jajan tante." Ucap Naren.
"Jajan?"
"Iya, denan bunda hehe."
Dinda yang melihat itu pun tau, jadi Naren mengajaknya keluar karna ingin jajan.
"Baiklah, jalan dengan hati-hati ya." Ucap karyawan itu.
"Oke tante."
Mereka pun melanjutkan jalannya menuju kantin yang ada dikantor itu.
"Jadi Naren mengajak bunda keluar karna ingin jajan?" Tanya Dinda.
"Hehehe iya bunda, Nalen mau itu lho yan ditenah-tenahnya bolong." Ucapnya.
"Ditengahnya bolong?" Tanya Dinda.
"Iya bunda, itu lho yan ada lasa coklat cama tobeli." Ucap Naren.
"Donat?" Tanya Dinda.
"Iya itu!" Peliknya senang.
"Baiklah ayo kita tanya ibu itu ada donat atau tidak." Ucap Dinda.
Naren mengangguk.
"Permisi, bu ada donat?" Tanya Dinda.
"Eh bu Dinda, ada-ada tunggu sebentar." Ibu kantin itu mengambil satu kotak donat dan diberikan pada Dinda. Dia sudah tau Dinda adalah istri dari pemilik perusahaan ini karna dia datang saat pernikahan mereka digelar.
"Mau yang mana sayang?" Tanya Dinda.
"Nalen da bica liat bunda." Dinda memang menggoda Naren, dia tidak menggendong Naren untuk melihat donat itu.
"Hahah sini sayang." Ucap Dinda, dia lantas menggendong anaknya.
"Oh ada Narendra juga ya." Ucap Ibu kantin itu, Naren tidak terlihat karna meja itu lebih tinggi dari badan Naren.
"Heheh halo bibi." Sapa Naren.
"Halo anak tampan."
"Jadi mau yang mana?" Tanya Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan Itu Suamiku (Kookmin GS)
Fiksi PenggemarRendi Mahendra Pratama, seorang duda tampan yang memiliki seorang putra yang manis. Rendi harus merasa puas kala pengadilan memutuskan bahwa mantan istrinya lah yang memenangkan hak asuh anak mereka. Rendi sempat menggugat lagi ke pengadilan namun d...