Sepenggal Kisah

1 0 0
                                    

"Ck. Bang Dio mana, sih. Hampir setengah jam, nih gue nunggu di sini." kesal Shila, sambil terus mengecek ponselnya, berharap pesan yang dia kirimkan sejak 10 menit yang lalu mendapat balasan dari sang kakak.

Pasalnya, tadi Dio mengirimkan pesan padanya, meminta Shila untuk menunggunya di dekat gerbang. Karena lelaki itu sedang ada pertemuan sebentar dengan rekan basketnya. Jika tahu selama ini, lebih baik Shila pulang lebih dulu dengan menebeng Delfi tadi.

"Woi!"

Shila terlonjak kaget mendengar teriakan itu, saat sedang fokus dengan ponselnya, tiba - tiba sebuah motor berhenti tepat di hadapannya. Shila mengernyit, merasa tidak mengenali seseorang di hadapannya ini, terlebih sosok itu menggunakan helm full face.

"Siapa lo?" tanyanya dengan wajah jutek.

Mendapat pertanyaan bernada menyebalkan, membuat cowok itu bergerak untuk membuka helmnya. Dan ternyata sosok itu adalah Arka.

"Mau bareng nggak?" tawar Arka setelah menyugar rambutnya ke belakang.

"Nggak, makasih." tolak Shila tanpa pikir panjang.

"Yang bener? Gue nggak mau maksa, loh." tutur Arka, tak lupa dengan senyum menyebalkannya.

"Lo pikir gue mau di paksa?"

Arka menghela napas panjang, gadis satu ini kenapa sinis sekali, sih. Beruntung dia bukan gadis terkenal seantero sekolah, jika sampai itu terjadi tidak dapat Arka bayangkan akan ada berapa banyak siswi yang tidak menyukai kesinisannya. Padahal jika di lihat - lihat, wajahnya terkesan kalem dan anggun. Entah hanya Arka yang dapat melihat kesinisan itu atau bagaimana, Arka tidak peduli.

"Lo nungguin siapa, sih?" tanya Arka pada akhirnya, tidak ingin memaksa gadis itu untuk ikut dengannya.

"Kakak gue,"

"Emang dia kemana?" tanyanya lagi.

"Katanya ada rapat bentar sama temen basketnya." jawab Shila, sesekali mengecek ponselnya. Namun nihil, Dio masih belum membalas pesannya.

Arka mengangguk mengerti, dia pikir Shila menunggu jemputan dari sang kakak.

"Eh, nama kakak lo siapa?" seolah teringat sesuatu, Arka kembali bertanya pada gadis itu.

Karena kebetulan, Deva ---kakaknya juga sedang ada pertemuan dengan rekan basketnya. Siapa tahu Arka dapat membantunya dengan meminta Deva menyampaikan pada kakak gadis itu jika adiknya sedang menunggu.

"Dio."

Arka sedikit terkejut mendengar nama yang familiar itu, ternyata sosok yang baru di kenal nya beberapa hari ini merupakan adik dari teman kakaknya.

"Oh, bang Dio. Mau gue bilangin kakak gue, biar di sampein ke dia?" tawar Arka seraya mengangkat ponsel miliknya.

Shila mengangguk antusias, "Boleh."

Lelaki itu mengangguk kemudian fokus pada ponselnya. Perlakuannya tentu saja tak lepas dari pandangan Shila, jika di pikir - pikir cowok itu baik juga.

"Lo kenal bang Dio?" tanya Shila, membuat Arka mendongak sebentar.

"Iya," jawabnya singkat lalu kembali sibuk dengan ponselnya.

"Dari mana?" gadis itu bertanya kembali dengan penasaran, dirinya memang tidak terlalu tahu lingkup pertemanan kedua kakaknya.

"Kebetulan dia temen kakak gue, namanya Deva." mendengar itu Shila mengangguk saja, meskipun tidak tahu siapa itu Deva.

"Btw, kata bang Deva handphone abang lo mati dan rapatnya masih lumayan lama." ujar Arka setelah selesai dengan urusannya.

Dear SMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang