Kota Semarang

1 0 0
                                    

Pagi ini pukul 05.30 pagi, halaman sekolah mereka sudah ramai di penuhi oleh siswa siswi yang akan berangkat ke Semarang. Mading sekolah adalah pusat dari keramaian itu, para murid berbondong - bondong ingin melihat di bus nomor berapa mereka nanti.

Shila menatap malas kerumunan di hadapannya, dalam hati menyalahkan pihak sekolah mengapa harus seluruh angkatan yang mengikuti kunjungan. Padahal satu angkatan saja ramainya bukan main.

"Kita di bus nomor berapa, ya."

Shila menggeleng pelan, "Mau liat sekarang?" tawarnya.

"Ayo!" ajak Najwa, kemudian keduanya berjalan ke arah mading yang sudah sedikit berkurang manusianya.

Keduanya masih harus berdesak - desakan meskipun tidak seramai tadi. Najwa berhasil masuk ke barisan paling depan dan dengan segera mencari nama kelasnya. Setelah berhasil menemukan, gadis itu memilih untuk memotretnya saja untuk dia beritahukan kepada Delfi dan Hani yang belum datang, juga pada Shila yang nampaknya malah terjebak di tengah - tengah.

Najwa keluar dari kerumunan dengan susah payah, netranya menangkap Shila yang berdiri dengan santai di belakang kerumunan.

"Lo kok di sini?" tanyanya bingung, setaunya tadi Shila ikut masuk ke dalam kerumunan.

"Karena gue liat lo udah sampe di depan, makanya gue balik lagi." jawab Shila.

Najwa mendengus, "Kita di bus 6, sama anak IPS 1."

Shila mengernyit, "Kelas?"

"11."

Shila menjatuhkan bahunya pasrah, mengapa pihak sekolah selalu menggabungkan dua kelas dalam satu bus. Bukannya tidak ingin, jika yang berada di bus yang sama dengan mereka adalah kelas dari jurusan yang sama Shila masih memaklumi. Namun ini, kenapa harus di campur seperti ini.

Biasanya ketika ada murid yang bertanya, para guru akan menjawab agar mereka dapat mengenal satu sama lain dan banyak bersosialisasi. Padahal kenyataannya tidak sedikit dari mereka yang merasa canggung dan tidak nyaman, berakhir dengan suasana yang menjadi awkward.

Beberapa menit berlalu, sampai akhirnya Delfi dan Hani datang dan berjalan menghampiri mereka. Setelah berbincang sebentar mereka memutuskan untuk masuk ke dalam bus.

"Mau duduk dimana?" tanya Delfi.

"Agak belakang aja, mumpung belum penuh." usul Shila.

Keempatnya memilih untuk duduk di bangku tengah - tengah, tidak terlalu di depan namun juga tidak terlalu ke belakang. Shila menyamankan duduknya dan melihat keluar jendela, masih banyak yang baru sampai rupanya. Gadis itu larut dalam lamunannya sampai tidak sadar seseorang berdiri di samping bangkunya, yang jelas bukan Najwa karena gadis itu pergi ke kantin bersama Hani untuk membeli sesuatu.

"Eh, lo ngapain di bus gue?" tanya orang itu membuat Shila sedikit tersentak lalu menoleh.

"Kapan lo belinya?"

"Wah, lo ngikutin gue ya?" tuduh Arka seenak jidat.

Mendengar itu tentu saja Shila tidak terima, "Enak aja! Yang masuk duluan siapa? Lo kali yang ngikutin gue!"

Baru saja Arka ingin membalas ucapan Shila, Delfi lebih dulu membuka suara.

"Heh, lo diem ya kalo nggak mau gue tendang keluar!" ujar Delfi membuat Arka tersadar bahwa banyak wajah asing yang dia lihat di dalam bus ini.

"Lo duluan yang gue tendang." balas Arka lalu duduk di samping Shila seenaknya.

"Ngapain lo duduk disini?"

"Suka - suka gue, lah. Emang ini kursi lo yang bawa dari rumah?" tanya Arka dengan nada menyebalkan.

"Daripada berisik mending lo kasih gue makanan, deh sini." ujar Delfi, tangannya sibuk bermain ponsel namun mulutnya aktif membalas ucapan Arka.

Dear SMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang