Ulang Tahun Keana, Kejutan Untuk Shila

1 0 0
                                    

Hani berjalan memasuki rumahnya dengan langkah ceria, moodnya sedang bagus hari ini. Pergi bersama teman - temannya berhasil membuat stress-nya sedikit berkurang, setidaknya gadis itu tak merasa seputus asa kemarin.

Namun, langkah kakinya berubah pelan ketika melihat sang Mama tengah duduk di sofa ruang tengah dengan tatapan lurus ke depan.

"Ma?" panggilnya pelan.

Rosi, sang Mama menoleh dengan raut wajah datarnya membuat Hani mengernyitkan keningnya bingung.

"Kenapa, Ma?"

Mama Rosi bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Hani yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk tadi.

"Mama kecewa."

Hani semakin mengernyitkan keningnya, "Maksud Mama?"

"Ini apa?" tanya sang Mama seraya memperlihatkan hasil pemeriksaan juga beberapa testpack dengan hasil yang sama.

Hani membeku di tempatnya, jantungnya berdetak tidak karuan. Bagaimana bisa Mamanya mendapatkan barang itu. Oh, Hani bahkan hanya meletakkannya di laci nakas yang berada di dalam kamarnya, tentu saja sang Mama akan dengan mudah mengetahuinya.

Sementara Mama Rosi mengusap wajahnya dengan kasar. Awalnya, dirinya hanya ingin mengambil barang titipannya yang di belikan oleh Hani beberapa hari yang lalu, namun yang dia dapat malah sesuatu yang begitu mengejutkannya.

"Mama gagal menjadi seorang Ibu," ujar Mama Rosi setelah kembali mendudukkan dirinya di sofa.

"Ma, Hani minta maaf. Hani nggak bermaksud bikin Mama kecewa," gadis itu menghampiri sang Mama lalu bersimpuh di hadapannya dengan air mata yang sudah mengalir deras.

"Dua bulan? Kamu sembunyiin ini selama dua bulan, hebat kamu."

Hani menundukkan kepalanya, isakannya semakin keras ketika melihat Mamanya yang begitu terluka  karena kelakuannya.

"Kamu kemanain harga diri kamu sebagai perempuan, hah? Di kasih apa kamu sama laki - laki itu sampai mau ngelakuin hal rendahan kayak gini?!"

"Apa kamu udah gila? Jadi, kebebasan yang Mama kasih buat kamu selama ini, kamu salah gunain, iya?!"

Hani masih setia menundukkan kepalanya, tidak cukup berani untuk menatap wajah sang Mama yang di penuhi raut amarah itu, apalagi untuk membuka mulutnya.

"Siapa ayahnya?"

Pertanyaan itu, akhirnya keluar juga dari mulut Mamanya.

"Jawab Mama, Hani siapa ayahnya?!" tanya Mama lagi seraya mengguncang bahu Hani cukup keras.

Hani menggelengkan kepalanya, Mama Rosi yang di penuhi amarah adalah sosok yang paling dia hindari selama ini.

"Kamu masih nggak mau jawab?"

Hani masih setia menutup mulutnya, isak tangisnya semakin keras dan hal itu membuat dirinya kesulitan untuk bicara.

"Hani, Mama tanya sekali lagi, siapa ayahnya?" tanya Mama Rosi penuh penekanan.

"Arka." jawabnya pelan setelah terdiam cukup lama.

Mama Rosi memandang Hani tidak habis pikir, dirinya tentu saja mengenal Arka karena keluarga lelaki itu pernah beberapa kali memesan baju dari butik miliknya. Meskipun tidak sering, namun Mama Rosi tentu hafal dengan para pelanggannya.

"Arka?"

Hani mengangguk pelan, lalu tanpa ragu melanjutkan, "Pacarnya Shila."

Plakk

Dear SMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang