Kota Semarang (2)

1 0 0
                                    

Pagi pertama di kota Semarang rasanya begitu menyenangkan. Hari ini mereka akan mengunjungi tempat wisata kuliner Jembatan Harapan Maerakaca, destinasi pertama yang akan menyambut kedatangan mereka. Tempat itu berupa gazebo yang di hubungkan dengan jembatan yang bisa di lalui sembari menikmati keindahan alam dan menyantap beragam menu yang menggugah selera. Namun, meskipun tempat ini di namakan Jembatan Harapan, bukan berarti dapat mengabulkan harapan yang para pengunjung inginkan.

Shila dan Arka kini berada di tengah jembatan, duduk saling berhadapan seraya menikmati semilir angin yang menyapu kulit mereka dengan lembut. Sebenarnya, Shila sudah menolak tadi, karena dari awal Arka sudah mengetahui bahwa Shila takut ketinggian, namun lelaki itu bersikeras untuk mengajak Shila ke tengah jembatan agar bisa menikmati pemandangan dengan leluasa.

"Shil, mau buat harapan bareng gue?" tanya Arka membuka pembicaraan.

Shila terkekeh pelan, "Buat harapan? Lo nggak inget kata Pak Azri sebelum kita masuk kesini tadi? Meskipun tempat ini namanya Jembatan Harapan, bukan berarti harapan yang kita buat bakalan terkabul."

"Tapi seenggaknya tempat ini jadi saksi dari harapan yang pernah kita bikin." balas Arka ikut menikmati pemandangan yang tersaji, "Gue cuma nawarin, kalo lo mau." lanjutnya, menoleh kearah Shila yang juga menatapnya.

Shila tersenyum tipis, "Ayo kita buat harapan disini."

Arka ikut tersenyum manis kemudian meraih kedua tangan Shila yang berada di atas meja.

"Harapan lo, cukup lo sama Tuhan yang tau, begitu juga sebaliknya. Lo bisa kasih tau gue nanti kalo harapan lo bener - bener terwujud, kalo lo mau." mata tajam itu menatap dalam netra Shila yang indah.

"Berarti kalo nggak terwujud, gue nggak bisa kasih tau lo?" tanya Shila, nada suaranya mungkin terdengar biasa, namun tersirat sedikit rasa kecewa di dalamnya.

"Itu hak lo."

Setelahnya, Arka memejamkan matanya di ikuti oleh Shila. Berharap apa yang menjadi harapannya akan benar - benar terkabul meskipun tidak dalam waktu yang dekat.

🌻

Waktu berjalan dengan begitu cepat, setelah dua hari kemarin mereka habiskan untuk mengunjungi berbagai tempat wisata, kini di hari ketiga mereka akan mengunjungi Lawang Sewu.

Tempat ini sudah tidak asing lagi tentunya di telinga orang - orang, gedung kolonial satu ini lebih identik menjadi tempat wisata misteri. Gaya bangunannya masih memiliki gaya kolonial yang membuat gedung ini menarik untuk di kunjungi.

"Ih, ngeri juga ya ternyata." gumam Shila pelan.

"Apanya yang ngeri?" tanya Delfi yang berjalan di sampingnya.

"Ck, tempatnya." jawab Shila masih dengan memperhatikan arsitektur dari bangunan tersebut.

"Ini pintunya beneran ada seribu?" kini Delfi yang di buat penasaran.

"Hitung aja, Del." sahut Arka yang berjalan di belakang mereka, membuat Delfi langsung menoleh dengan tatapan sinis.

"Gue kira lo ikutan bangun, Del. Habis vibesnya sama kayak lo, serem." sahut Daniel ikut - ikutan.

"Lo pikir gue Bandung Bondowoso?!" tanyanya tidak terima.

"Bandung Bondowoso, mah bangun candi, bege!" ujar Revan tidak habis pikir.

"Ya, kan intinya sama - sama bangun tempat bersejarah!" balas Delfi tak mau kalah, sebenarnya gadis itu tahu, namun hanya asal ceplos saja.

Dear SMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang