Selamat (Tinggal)

1 0 0
                                    

"Kamu beneran mau datang?"

"Iya, Ma. Aku udah janji sama Hani bakalan datang." jawab Shila seraya membantu merapikan tatanan rambut Najwa yang duduk di sampingnya.

Mama menghela napas, hari ini adalah hari pernikahan Arka dan Hani. Shila dan Dio sepakat untuk menghadiri acara itu.

"Beneran mau datang? Bawa tisu tiha kotak kalo gitu."

Shila mendelik mendengar ucapan Davin, memang kurang ajar kakaknya yang satu itu. Waktu itu saja menjadi yang paling emosi ketika Shila di sakiti, sekarang menjadi yang paling semangat mengejek dirinya.

"Yaudah, sana berangkat." ujar Mama ketika melihat Dio menuruni tangga.

Setelah 30 menit perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah Hani. Menurut kesepakatan keluarga acara memang di laksanakan di rumah pihak perempuan dan hanya mengundang saudara dan kerabat dekat saja.

Shila menarik napasnya dalam - dalam ketika memasuki bangunan yang sangat familiar itu. Jemari kanan dan kirinya saling bertaut dengan Dio dan Najwa karena dirinya berada di tengah keduanya.

"Bang, gue mau sama temen - temen, lo mau ikut?" tanya Shila pada sang kakak.

Lelaki itu mengangguk, "Boleh."

Ketiganya berjalan menghampiri teman - teman Shila yang duduk melingkar di sebuah meja di dengannya.

"Mereka udah akad?" tanya Delfi pada teman - teman Arka.

"Belum kayaknya."

Beberapa orang terlihat merapikan meja dan bangku yang berbeda dari yang lain. Sepertinya akad baru akan di mulai. Shila menatap Arka yang memaki jas berwarna senada dengan kebaya yang Hani pakai. Sahabatnya terlihat begitu cantik dan anggun, riasannya pun tak terlalu tebal.

Shila menggigit bibir bawahnya pelan, perasaan tidak rela itu kembali datang. Harusnya dirinya yang berada di samping Arka suatu saat nanti, harusnya yang bersanding dengan lelaki itu adalah dirinya.

Gadis itu masih terus menatap Arka yang kini menjabat tangan ayah Hani dengan perasaan sesak. Bahkan untuk menelan ludah pun gadis itu kesulitan, tubuhnya terasa lemas dsn matanya memanas.

"Saya terima nikah dan kawinnya Raihani Pramudya binti Johan Pramudito dengan mas kawin yang di sebutkan di bayar tunai."

Tes

Air mata yang sejak tadi Shila tahan pada akhirnya turun juga. Hatinya sesak bukan main, Shila tidak berbohong ketika mengatakan bahwa dirinya ikhlas Arka bersama sahabatnya, gadis itu hanya belum rela melepas Arka secepat ini.

Shila menundukkan wajahnya membuat Delfi menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Dio yang semula duduk di samping Revan bangkit dan berjongkok di hadapan sang adik.

"Mau pulang aja?" tanya Dio, namun gadis itu menggeleng pelan.

Arka mengedarkan pandangannya sampai netra hitamnya menangkap Shila yang terlihat menunduk dengan Dio yang berjongkok di hadapannya. Hatinya sakit melihat Shila menangis karena dirinya.

"Shil, kita di sini aja, ya? Nggak perlu kesana buat nemuin mereka." bujuk Delfi ketika Shila sudah sedikit tenang.

Shila menggeleng pelan, "Nggak papa, gue mau ketemu Hani."

Hingga waktunya tiba, mereka berjalan mendekati sepasang pengantin yang aura wajahnya terlihat sendu. Terkecuali Dio, lelaki itu memilih untuk mengobrol sebentar dengan Deva, dirinya belum siap untuk menemui Hani di depan sana.

Shila mengepalkan tangannya erat ketika mereka semakin dekat. Jantungnya berdegup kencang, lututnya mendadak terasa lemas. Jadi, begini rasanya datang ke pernikahan mantan kekasih dengan masih membawa rasa cinta.

Dear SMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang