Cross the Line

1 0 0
                                    

Cahaya matahari pagi masuk melalui celah jendela kamar membuat seorang gadis mengerjapkan matanya. Netranya melirik ke samping dan mendapati seorang lelaki yang tertidur dengan posisi membelakanginya. Gadis itu bangkit dari posisinya kemudian berjalan menuju kamar mandi berniat untuk membersihkan diri.

Setelah 30 menit berlalu, Hani keluar dari kamar mandi dan mendapati Arka yang duduk di tepi ranjang dengan pakaian lengkap. Dapat gadis itu lihat raut wajah Arka yang sedikit terkejut melihat kehadirannya, namun dia abaikan dan terus melanjutkan langkahnya menuju nakas untuk mengambil barang - barangnya.

"Han," panggil Arka dengan suara pelan, namun gadis yang di panggil memilih untuk abai dan berjalan keluar kamar setelah urusannya selesai.

"Han, tunggu dulu! Dengerin gue dulu!" Arka mengikuti Hani yang sudah keluar dari kamarnya.

"Hani, gue minta maaf." ujar Arka setelah berhasil menghentikan gadis itu, kini posisi keduanya saling berhadapan.

"Gue bener - bener minta maaf."

"Nggak akan ada yang berubah."

Setelah mengatakan itu Hani berlalu dari hadapan Arka, tidak ingin berlama - lama membalas topik yang berujung mengingatkannya pada kejadian semalam. Terlebih melihat wajah Arka hanya membuat semuanya kembali terasa lebih menyakitkan.

Sementara Arka menghela napas kasar, kemudian mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu yang berada di apartemen milik Hani. Merutuki dirinya sendiri kenapa bisa melakukan hal bodoh seperti itu, kepalanya bahkan masih pusing karena efek alkohol.

Sebenarnya, semalam lelaki itu setengah sadar kalau gadis yang sedang bersamanya adalah Hani, namun wangi melon yang menguar dari tubuh Hani kembali mengingatkannya pada Shila dan membuatkan kalah dari gairahnya sendiri. Dan lagi, sejak kapan kedua gadis itu menyukai aroma yang sama?

Lelaki itu memilih untuk segera pulang dan sepanjang perjalanan terus di buat tak tenang, bagaimana jika perbuatannya semalam membuahkan hasil. Dirinya bahkan masih SMA, dan yang pasti Arka akan menuai banyak rasa kecewa dari orang - orang terdekatnya, terutama Bunda dan Shila.

🌻

"Arka!"

Arka yang baru saja hendak menaiki tangga terkejut mendengar teriakan Bundanya, "Darimana kamu? Masih inget rumah?!" semprot Bunda.

"Kemana aja kamu nggak pulang semalem?" tanya Bunda lagi.

Arka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung harus menjawab apa.

"Kenapa diem?"

"Nginep di rumah Natha, Bun." pada akhirnya itu yang keluar dari mulut Arka, jawaban yang menurutnya sudah paling aman.

"Minum - minum makanya nginep?" tanya Bunda dengan nada dingin.

Arka mendongak, menatap Bunda yang masih berkacak pinggang di depannya. Meskipun sudah beberapa tahun berlalu, Bunda tidak bodoh untuk menyadari bagaimana kondisi Arka setelah meminum minuman beralkohol itu.

"Diem lagi? Bunda tanya iya atau enggak?"

"Iya, Bun."

Bunda menghela napas kasar, "Berapa kali, sih Bunda bilang, Ka? Sejak pertama kalinya kamu nyentuh minuman itu Bunda selalu bilang buat jangan pernah nyentuh itu lagi. Nasihat Bunda emang nggak pernah kamu inget, ya kayaknya?" tanya Bunda dengan raut kecewa.

"Nggak gitu, Bun."

"Bunda tau kamu masih remaja, masih penasaran sama hal - hal yang menurut kamu menarik meskipun itu salah. Tapi kamu udah bisa bedain mana yang salah dan mana yang benar, terus kenapa kamu lebih milih jalan yang salah?"

Dear SMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang