Rumah Pohon

1 0 0
                                    

Hari ini Shila sudah bersiap dengan sweater hitamnya, juga celana jeans berwarna senada. Kemarin Arka menawarkan untuk pergi ke gramedia dan Shila menerimanya, entah sejak kapan keduanya menjadi semakin dekat. Gadis itu kini mematut dirinya sendiri di depan cermin, mencari apa yang kurang dari penampilannya. Tadi malam Arka mengiriminya pesan, memberitahu akan datang ke rumah gadis itu pukul 10.00 pagi. Entah darimana cowok itu mendapatkan nomor ponselnya, Shila bahkan tidak merasa Arka pernah memintanya secara langsung.

Sementara di tempat yang sama namun dalam keadaan yang berbeda, Arka mengetuk pintu rumah Shila beberapa kali, hingga tak lama setelah itu seorang wanita yang cukup berumur menyambut kedatangannya.

"Eh, Mas Arka. Cari den Dio ya? Dia sekarang tinggal di rumah neneknya, Mas." ujar bi Nem, seorang asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Shila.

"Eh, enggak kok, bi. Mau cari Shila." jawab Arka dengan sopan.

"Oh, cari non Shila, yaudah masuk, Mas biar bibi panggilkan." bi Nem mempersilakan lelaki itu untuk masuk.

Arka mengangguk kemudian melangkah masuk dan duduk di sofa ruang tamu setelah di persilakan. Sementara wanita itu memanggil Shila yang masih berada di kamarnya, Davin yang baru saja menuruni tangga sedikit mengernyit melihat kehadiran sosok lelaki yang dia yakini bukan temannya.

"Siapa lo?" tanyanya pelan membuat Arka menoleh.

"Temennya Dio? Apa Shila?" tanya Davin lagi sebelum Arka menjawab pertanyaan pertamanya. Meskipun agak ragu dengan opsi kedua.

"Iya." jawab Arka singkat.

Davin mengernyit, "Iya apa? Iya temennya Dio, atau Shila?"

"Dua - duanya," jawab Arka lagi, sedangkan Davin masih mengernyit bingung. Sejak kapan Shila berteman dengan temannya Dio, begitu pun sebaliknya.

Dengan santai Davin duduk di samping Arka, "Shila kayaknya masih lama, deh. Mau main game dulu sama gue?"

"Nggak usah sok tahu, dasar nggak punya temen!" sahutan dari arah tangga mengalihkan pandangan dua laki - laki itu.

Davin berdecak malas, "Nggak ngaca yang sok tau!" balas Davin kemudian berlalu dari ruang tamu.

"Rese lo!" balas Shila tak mau kalah, namun Davin hanya menganggapnya angin lalu.

Arka tersenyum tipis melihat pertengkaran dua orang itu, "Kakak lo?"

Shila mengangguk, "Maaf, ya emang suka gitu orangnya."

Arka terkekeh pelan kemudian mengangguk, ternyata tidak jauh berbeda dengan dirinya dan Deva. Apa semua kakak adik memang tercipta untuk saling mengejek satu sama lain kemudian bertengkar? Keduanya lantas berjalan keluar rumah, Shila tidak berpamitan pada Mamanya karena kebetulan beliau sedang keluar.

"Lo mau beli buku apa?" tanya Shila setelah keduanya masuk ke dalam mobil.

"Liat - liat aja," jawab Arka membuat Shila mengernyit.

"Kurang kerjaan banget, sih hidup lo."

"Biarin, daripada nggak ada kerjaan." balas Arka dengan raut menyebalkan.

Shila mendengus sebal, kenapa semua lelaki sangat menyebalkan. Sementara Arka melajukan mobilnya dengan santai, jalanan cukup ramai sebab sudah masuk hari libur. Tidak ada yang membuka suara selama perjalanan, sampai akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

"Serius nanya, lo mau beli buku apa? Ya, kali kita muterin gramed segede ini cuma buat liat - liat aja." celetuk Shila saat keduanya sudah masuk ke dalam.

Arka menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tidak tahu harus membalas apa. Jangankan membeli, mengetahui jenis - jenis buku saja tidak.

"Lo sendiri mau beli nggak?" akhirnya Arka balik bertanya.

Dear SMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang