Selamat Menikah!

1 0 0
                                    

"Yailah, cakep banget mbaknya."

Shila menatap sinis kearah Davin yang baru saja menuruni tangga. Entah sudah ke berapa kalinya Davin menggodanya hari ini, padahal dirinya hanya akan menghadiri sebuah acara bukan menjadi si pemilik acara.

Ya, hari ini Shila akan menghadiri pernikahan Dinda dan Ghani bersama dengan Arka. Dan kini gadis itu tengah menunggu Arka datang menjemputnya. Shila merasa gugup entah mengapa, mungkin karena ini adalah kali pertamanya pergi ke sebuah acara bersama dengan keluarga kekasihnya. Rupanya kedua orangtua lelaki itu ikut menjadi tamu undangan sebagai rekan kerja orangtua mempelai.

"Apaan, sih julid banget jadi orang!"

"Orang, mah di kata cakep berterima kasih, ini malah ngatain julid." balas Davin tak habis pikir seraya berjalan kearah dapur.

"Shila! Ini Arka-nya udah sampai, nih!" teriak Mama yang tengah mengurus tanaman bunganya bersama bi Nem.

Mendengar itu Shila cepat - cepat berjalan keluar rumah, "Shila berangkat, ya Ma." pamitnya kemudian menyalimi tangan Mama di ikuti oleh Arka.

"Berangkat, ya Tante."

"Hati - hati, ya."

"Lama banget, sih katanya 20 menit!" omel Shila ketika keduanya sudah masuk ke dalam mobil.

"Gue telat bangun tadi, terus sekalian nganterin Ayah sama Bunda ke tempat acara."

"Mereka duluan?"

Arka mengangguk pelan, "Iya. Akadnya, kan jam 8."

"Lah, berarti kita telat, dong?!" pekik Shila setelah melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 08.30 pagi.

"Y-ya iya."

"Ish! Lo, tuh kebiasaan banget tau nggak. Bisa nggak, sih kalo udah tau ada acara, ya jangan begadang! Kenapa, sih susah banget di kasih taunya?!" omel Shila, merasa kesal dengan kebiasaan Arka yang tidak pernah berubah.

Arka mengusap telinganya dengan malas, tadi pagi dirinya sudah di omeli oleh Bundanya habis - habisan. Dan sekarang Shila ikut mengomelinya juga, membuat telinganya terasa semakin panas. Lagipula mau tidur lebih awal atau tidak Arka tetap susah untuk di bangunkan.

"Yaudah, sih kan yang penting kita dateng."

Shila tidak menjawab, gadis itu memilih untuk mengalihkan pandangannya keluar jendela. Merasa kesal sekali dengan sikap Arka, sampai akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

"Ngeselin banget, sih! Tau gitu tadi aku berangkat sendiri aja!"

"Kan yang penting kita udah sampai sekarang."

"Iya, udah sampai. Tapi, kan aku jadi nggak bisa lihat akadnya Dinda!"

Arka dan Shila menoleh kearah sumber suara itu berada, mendapati Daniel dan Ersha yang sepertinya juga baru sampai. Dapat Shila lihat raut penuh kekesalan di wajah Ersha yang di poles dengan riasan sederhana namun terkesan elegan. Bibir gadis itu tak henti - hentinya menggerutu sebal seraya menolak genggaman tangan Daniel.

"Lo baru sampai juga?" tanya Daniel pada Arka yang masih berdiri di samping mobilnya.

"Ya, gara - gara siapa anjir!" sungut Arka kesal, pasalnya semalam Daniel lah yang menghasut dirinya juga Revan untuk bergabung bermain game.

"Siapa suruh mau!"

"Revan sama Rafa mana? Udah duluan apa belum dateng?" tanya Arka ketika tidak melihat keberadaan kedua temannya.

"Rafa, sih pasti udah dateng dari tadi sama Rima. Revan kayaknya belum dateng, deh."

Kedua gadis yang sejak tadi menyimak keduanya menghela napas kasar, pada akhirnya keduanya memilih untuk masuk lebih dulu tanpa mau repot - repot menunggu.

Dear SMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang