The Ending

3 0 0
                                    

Dalam hidup hari esok akan selalu menjadi hari yang lebih berat dari kemarin, untuk sebagian orang dewasa. Akan ada saatnya manusia harus menghadapi ketegangan tanpa kepastian yang nyata dan hanya berujung kecewa. Mencari secuil kebahagiaan begitu penuh pengorbanan, fisik terlihat kacau dan batin tertekan.

Shila menggenggam tangan Najwa yang duduk di sebelahnya, keduanya kini sedang dalam perjalanan menuju salah satu kampus ternama di Indonesia, di antar oleh supir Mama. Kebetulan keduanya mendapatkan jadwal yang sama, baik hari, jam ujian maupun gedungnya, namun tidak dalam satu ruangan.

Sesampainya disana keduanya berpisah dan menuju ke ruangan masing - masing. Setelah melakukan pengecekan sesuai prosedur, mereka di persilakan masuk ke dalam ruang ujian. Beberapa kali Shila mengusap lengannya kedinginan, dalam hatinya mengutuk panitia yang mengatur suhu ruangan sedingin ini. Mencoba untuk tetap fokus dan mengabaikan rasa dingin yang akan menemaninya beberapa jam ke depan.

Setelah 3 jam lebih duduk dan berada dalam ruangan sedingin itu, akhirnya mereka di perbolehkan untuk keluar ruangan. Sebelumnya pengawas memberikan sedikit wejangan dan tentunya doa terbaik untuk para peserta semoga di beri kabar baik ketika hari pengumuman tiba nanti.

Shila berkali - kali menghela napas setelah keluar dari ruangan, sejujurnya selesai melakukan ujian gadis itu bukannya merasa lega namun malah semakin gelisah. Tidak pernah Shila bayangkan bahwa melakukan ujian dan bersaing dengan satu negara akan segugup ini.

"Gimana? Aman?" tanya Najwa yang lebih dulu sampai di parkiran.

Shila menggeleng pasrah, "No, komen, deh gue."

Najwa tertawa pelan namun juga ingin menangis dalam waktu bersamaan. Rasanya setelah melaksanakan ujian itu dirinya malah semakin di buat stress dan gelisah.

Hari demi hari mereka lalui dengan perasaan cemas, takut hasil yang mereka dapat tidak sesuai harapan dan perjuangan. Shila mengisi hari - hari kosongnya sebelum menjadi seorang mahasiswa dengan lebih banyak bersantai, sesekali menyicil belajar untuk ujian mandiri nanti. Takdir tidak ada yang tahu, meskipun Shila sudah berjuang keras tetap tidak menjamin dirinya lolos pada seleksi ini.

Gadis itu kini lebih sering hangout bersama teman - temannya, atau sekedar belajar membuat kue bersama Mama. Shila ingin menikmati hari - hari indahnya itu sebelum kembali berperang.

🌻

Satu bulan telah berlalu, waktu terasa begitu cepat berjalan ketika di nikmati dengan senang. Hingga tiba saatnya Shila kembali duduk di ranjang kamarnya dengan perasaan yang pernah gadis itu rasakan sebelumnya, dengan laptop di hadapannya juga Najwa, Mama dan Davin di sampingnya. Membuat Shila merasa deja vu.

Kedua gadis itu tidak hentinya berdoa dan sesekali memejamkan matanya, menatap laptop masing - masing, tangannya bergerak pelan untuk membuka pengumuman. Hingga akhirnya satu detik yang pernah hancur kala itu tergantikan dengan satu detik yang membahagiakan.

"AAA!!"

Ya, keduanya berhasil di terima di kampus impian mereka melalui seleksi kali ini. Sepasang sepupu itu saling berpelukan, menyalurkan kebahagiaan satu sama lain.

"Selamat, ya sayang. Akhirnya anak Mama jadi maba." Mama memeluk Shila dengan erat, mengecup kening dan pipi gadis itu dengan perasaan bangga. Lalu beralih memeluk Najwa dan melakukan hal yang sama.

"Mama, makasih udah selalu dukung Shila. Makasih buat doa - doanya, makasih udah selalu kasih nasihat dan semangatin Shila." gadis itu kembali memeluk erat sang Mama, menumpahkan tangisan haru dan bahagianya.

Shila semakin mengeratkan pelukan keduanya, rasa nyaman dan bahagia bercampur menjadi satu. Setidaknya Shila mulai percaya bahwa pelangi akan datang setelah hujan badai yang memporak porandakan hati dan hari harinya.

Dear SMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang