'Sampai Jumpa' Penutup Luka

1 0 0
                                    

"Kamu baik - baik, ya di sana. Jangan telat makan, selalu kabarin Mama apapun keadaannya. Belajar yang rajin, kabarin kalau sudah sampai, ya."

Mama memberikan wejangan pada Dio yang hari ini akan berangkat ke Kalimantan. Wanita paruh baya itu berusaha menahan tangisannya, ini adalah pertama kalinya Mama jauh dari salah satu anaknya.

"Iya, Ma. Dio bakal sering - sering hubungin Mama." Dio memeluk Mama dengan erat sebelum beralih pada Davin.

"Jaga diri baik - baik, lo nggak ada siapa - siapa di sana. Jangan macem - macem." peringat Davin membuat Dio terkekeh pelan.

"Iya, bang. Doain gue lulus tepat waktu, ya." ujarnya setengah bercanda namun serius dengan kalimatnya.

"Jaga kesehatan kamu, ya. Sesibuk apapun itu, kamu harus makan tepat waktu. Aku selalu nunggu kamu di sini." kali ini giliran Hani yang menasihatinya.

Shila sedikit mengernyitkan dahinya, sepertinya kedua manusia ini sudah resmi menjalin hubungan, panggilan keduanya bahkan sudah berubah. Jauh lebih umum di banding Arka dan Shila yang masih seperti musuh.

"Kamu baik - baik, ya di sini. Maafin aku," singkat namun mampu membuat Hani menumpahkan tangisannya dalam pelukan lelaki itu. Jika boleh jujur, perasaan Hani begitu hancur saat ini. Baru saja mereka meresmikan hubungan keduanya, dan kini Dio akan meninggalkannya dan berakhir mereka harus menjalani hubungan jarak jauh.

Dio beralih menatap Shila yang terdiam sejak tadi, lelaki itu menghela napas panjang ketika berhadapan dengan adik satu - satunya.

"Hati - hati di sana, ya bang. Semoga semuanya lancar sampai lo pulang nanti." Shila memberanikan diri untuk membuka suara.

Dio masih diam, Shila berpikir lelaki itu pasti tidak butuh nasihat darinya, berpamitan pun pasti karena terpaksa. Namun, dirinya di buat terkejut saat tiba - tiba Dio memeluknya.

"Maafin gue."

"Maaf selalu bikin lo sakit hati, gue emang bukan kakak yang baik."

Satu tetes air mata turun begitu saja dari mata indah Shila. Tidak menyangka Dio akan bersikap seperti ini di hari perpisahan mereka. Shila bahagia, tentu saja. Mungkinkah ini awal yang baik untuk hubungannya dengan Dio?

"Bang.."

"Maafin gue, Shil. Gue pergi bukan karena benci sama lo, gue mau berusaha buat lupain rasa sakit itu. Gue pengen belajar buat nerima semuanya, gue juga nggak mau bersikap kayak gini sama lo terus - terusan, gue minta maaf." Dio menundukkan kepalanya, menahan air matanya yang siap menetes kapan saja.

"Gue juga minta maaf, bang, udah bikin lo sehancur ini." ucapan Shila semakin membuat Dio merasa bersalah.

"Lo nggak salah, Shil. Jangan kayak gini lagi." Hani sampai meneteskan air matanya melihat dua bersaudara itu.

"Baik - baik di sini, gue sayang sama lo." ujar Dio kemudian memeluk Shila sekali lagi.

Setelah itu Dio mengambil kopernya yang berada di dekat Mama, bersiap untuk masuk ke dalam pesawat karena sebentar lagi akan berangkat.

"Dio pergi, ya Ma." pamitnya untuk yang terakhir kali.

Sekali lagi Mama memeluk tubuh tegap itu, "Hati - hati, ya sayang."

Dio mengangguk kemudian berjalan menjauh seraya melambaikan tangannya. Rasanya begitu berat, melihat orang - orang yang dia sayangi menangis karena perpisahan ini. Namun, Dio harus tetap pergi untuk memperbaiki hatinya, untuk membuat semuanya kembali seperti semula.

Selalu ada yang harus di korbankan untuk hasil yang memuaskan. Proses itu memang menyakitkan, namun juga sebagai jalan. Karena tanpa proses kita tidak akan sampai di tempat tujuan.

Dear SMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang