Mari Saling Melepas

1 0 0
                                    

Shila menghentikan langkahnya ketika hendak kembali duduk ke tempatnya tadi, gadis itu berada di perpustakaan sekarang dan baru saja mencari buru referensi. Namun, ketika hendak kembali ke tempat duduknya sudah ada Arka yang duduk di sana.

Gadis itu menghela napasnya pelan kemudian kembali melangkah. Tanpa kata Shila kembali duduk dengan nyaman, mengabaikan Arka yang Shila tebak mempunyai tujuan tertentu.

"Shil,"

Gadis itu menoleh dengan raut wajah tenang, bibirnya terkatup rapat enggan bersuara. Shila rasa tatapan matanya cukup menjelaskan bahwa dirinya bertanya 'ada apa'.

"Gue mau jelasin semuanya." ujar Arka membuat Shila mengangguk paham, namun tetap sibuk dengan buku di hadapannya.

"Gue bener - bener nggak sengaja ngelakuin itu," Shila percaya, Arka memang tidak mungkin melakukan itu dengan sengaja di saat lelaki itu memiliki hubungan dengan dirinya.

"Gue mabuk."

Dua kata itu mampu membuat Shila menoleh dengan dahi mengerut, "Lo gila?"

"Gue minta maaf."

"Gue rasa waktu itu gue masih mampu buat nyetir sendiri, tapi waktu di jalan gue hampir nabrak orang dan ternyata itu Hani. Yang gue inget, setelah itu Hani bawa gue ke apartemennya. Gue nggak tau apa yang terjadi lagi setelah itu." Arka rasa penjelasan itu cukup untuk membuat Shila paham.

"Gue percaya lo ngelakuin itu karena nggak sengaja, tapi setelah lo bilang sebelum itu lo mabuk, secara nggak langsung emang lo sengaja cari - cari perkara."

Arka menggeleng tidak setuju, "Nggak git-"

"Terus apa?" Shila memotong ucapan Arka dengan cepat, "Bunda bahkan selalu ngingetin lo buat nggak nyentuh minuman itu. Tapi lo abai, Ka."

"Gue kecewa, sama lo atau pun Hani. Tapi mau semarah apa pun gue, nggak akan bisa ngerubah semuanya. Jagain Hani baik - baik, dan gue rasa hubungan kita sampai di sini aja. Gue ngerasa cukup bahagia selama kita jalin hubungan, gue pergi."

Setelah itu Shila membereskan buku - bukunya kemudian berlalu dari hadapan Arka. Tujuan utamanya adalah toilet, dadanya terasa sesak bukan main dan Shila merasa ingin menangis sekarang juga.

"Hiks."

Gadis itu berdiri di depan wastafel dengan menundukkan kepalanya. Apa hidupnya belum cukup kacau sampai Tuhan memberinya takdir seliku ini?

Ceklek

Shila menoleh dengan cepat, terlihat Hani tengah berdiri di ambang pintu dengan raut terkejut.

"Shil,"

Gadis itu berjalan menghampiri Shila yang masih terdiam dengan air mata yang terus mengalir. Tanpa sadar netra Shila terpaku pada perut Hani, pantas saja belakangan ini gadis itu terlihat lebih berisi, rupanya sahabatnya itu tengah mengandung anak dari kekasih- ah mantan kekasihnya. Tanpa aba - aba, Hani memeluk tubuh Shila meskipun tidak mendapat balasan.

"Gue minta maaf," entah itu kata maaf ke berapa yang telah Shila dengar.

"Gue bener - bener nggak bermaksud nyakitin hati lo, gue bakal jelasin semuanya sama lo,"

"Waktu itu gue pulang dari les malam, jadwal yang harusnya sore tapi di undur malam karena gurunya ada urusan mendadak. Kebetulan gue belum di jemput, jadi gue berniat buat nungguin supir gue di deket jalan raya. Tapi waktu gue mau nyebrang gue hampir ketabrak mobil, dan ternyata itu Arka, gue sempet kaget waktu tau dia mabuk."

"Gue udah berusaha buat hubungin temen - temennya tapi nggak ada yang aktif, gue bahkan udah coba telfon lo, Shil dan hasilnya sama. Karena gue nggak tau harus bawa dia kemana, akhirnya gue bawa dia ke apartemen gue."

Dear SMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang