Ada Apa?

1 0 0
                                    

"Duluan, ya guys." pamit Delfi dan Najwa setelah selesai membereskan barang - barang mereka.

Shila yang sedang menata rambutnya melalui kamera ponsel menoleh, "Dah! Hati - hati, ya."

"Lo nggak sama Najwa?" tanya Hani yang masih berada di bangku sebelahnya.

Shila menggeleng, "Gue pulang sama Arka."

Hani terdiam sebentar, "Oh, yaudah yuk."

Shila mengangguk kemudian bangkit dari duduknya, "Gue temenin di depan gerbang, ya. Belum di jemput, kan?"

"Nggak usah, lo langsung ke parkiran aja nggak papa." tolak Hani, takut - takut Arka akan bingung mencari keberadaan Shila nantinya.

"Nggak papa, nanti gua chat Arka biar langsung ke depan."

"Mama lo tumben telat jemput?" tanya Shila setelah keduanya sampai di depan gerbang.

"Iya, ada meeting katanya."

"Sama calon pengantin yang lo ceritain waktu itu?" tanya Shila penasaran. Beberapa waktu yang lalu Hani memang sempat bercerita tentang calon pengantin yang memesan baju di butik Mamanya.

"Kayaknya iya, deh."

"Jaman sekarang masih ada aja, ya perjodohan. Orangtua kayak seolah - olah nggak peduli sama pendapat anaknya." celetuk Shila tidak habis pikir.

Hani terkekeh pelan, "Namanya takdir bisa lewat mana aja, mungkin emang takdirnya mereka lewat perjodohan itu."

"Tapi, kan mereka masih muda banget, baru juga lulus SMA."

"Kayak Dinda sama Ghani, dong." Hani tertawa pelan di ujung kalimatnya, "Emangnya lo nggak mau ngerasain nikah muda juga?" tanya Hani bercanda.

"Nggak, deh. Gue masih pengen jadi dokter anak, biar nanti kalo anak lo periksa nggak usah bayar." ujar Shila, kemudian gadis itu tertawa.

Mendengar itu senyum Hani luntur seketika, perasaan gelisah itu kembali hadir tiba - tiba. Anak, ya? Hani bahkan tidak yakin apakah Shila mau menerima kehadiran anaknya nanti atau tidak.

"Eh, gue duluan, ya. Itu Arka udah keluar, lo nggak papa gue tinggal?" tanya Shila membuat Hani kembali pada kesadarannya.

"Nggak papa duluan aja, Mama bentar lagi sampai." ujar Hani sedikit canggung karena kini Arka tengah menatap kearah keduanya dari dalam mobil.

Shila mengangguk kemudian masuk ke dalam mobil, sementara Arka segera melajukan mobilnya setelah sebelumnya melemparkan tatapan canggungnya pada Hani.

"Kita ke minimarket dulu, ya beliin sesuatu buat Keana." ujar Shila di tengah perjalanan mereka.

"Nggak usah, dia nggak di rumah."

Gadis itu menoleh dengan kening berkerut, "Kemana?"

"Rumah neneknya."

"Neneknya siapa?"

"Orangtuanya Anna, lah."

Plakk

"Aww! Kenapa, sih main mukul aja?!" ujar Arka tak terima karena tiba - tiba saja Shila memukul lengannya.

"Mama Anna! Dia itu juga ibu lo tau." balas Shila dengan raut santai sementara Arka memutar bola matanya malas.

"Seenggaknya panggil dia yang sopan, lah, gimana pun juga dia tetep lebih tua dari kita. Kalo misal Keana denger terus ikutan manggil gitu gimana coba?"

"Ya, bagus lah."

Shila menatap tidak habis pikir lelaki di sampingnya itu, "Bagus apanya? Lo mau Bunda lo di panggil gitu juga?"

Dear SMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang