AUTHOR'S NOTE

125 11 2
                                    

Hi, guys! It's Xapphire speaking. Pertama-tama aku mau ngucapin terima kasih buat semua yang udah nyempetin baca ceritaku. Jujur, rasanya susah banget pas balik nulis novel lagi setelah sembilan tahun hiatus. Tapi aku senang juga bisa bagiin cerita ini ke kalian. Dari novel-novel kecil yang pernah aku tulis dulu, Nirtunggal won a special place in my heart. Alasannya tak lain dan tak bukan adalah karena beberapa momen di Nirtunggal itu berdasarkan apa yang aku alamin sendiri. Tentunya dengan adjustment sana-sini biar masuk ke plot cerita.

Kedua, about mature badge and trigger warning chapter. Please read it first before you guys get into the story. Meskipun tidak ada adegan mature yang berhubungan dengan fungsi biologis manusia, Nirtunggal secara garis besar membawa topik seputar mental issues di kalangan anak muda, terutama yang tinggal di kota besar seperti Jakarta. Cerita ini banyak banget ngebahas soal kesepian, duka, hubungan orang tua-anak yang tidak sehat, hingga depresi yang berujung kematian. Isu-isu seperti ini menurutku sensitif, maka dari itu jika ada dari kalian yang sensitif terhadap isu tersebut, sebaiknya perhitungkan terlebih dahulu apakah sanggup atau tidak membaca Nirtunggal karena jujur aku sendiri khawatir😅

Ketiga, aku minta maaf in advanced jika ada plot, latar, atau bahkan character development yang kurang atau tidak masuk akal. Aku terbuka dengan kritik, tapi kumohon sampaikanlah kritik yang membangun dan jangan menjatuhkan. Sampaikan alasan berikut penjelasan yang komprehensif, akan lebih baik lagi jika kalian menawarkan solusi juga. Aku yakin pembaca ceritaku adalah orang-orang yang bijak dalam berkomentar dan menyampaikan kritik dan saran. Kita bisa membangun ekosistem yang baik di sini dengan berdiskusi bersama-sama sebagai author-reader.

Keempat, terima kasih yang sebesar-besarnya kuhaturkan pada dosenku yang telah memberikan izin untuk memakai karyanya, Ibu Dian Ekawati. Beliau menerjemahkan naskah monolog Jerman "Wenn du geredet hättest, Desdemona" karya Christine Brückner ke dalam bahasa Indonesia "Seandainya Kau Bicara, Desdemona". Naskah tersebut adalah salah satu naskah yang Keira bawakan dalam pentas teaternya, yang secara tidak sengaja menjadi simbol titik balik kehidupan Kenzo di Nirtunggal. Apresiasi yang sebesar-besarnya kuberikan pada beliau. Danke schön, Ibu Dian.

Terakhir, semangat untuk kalian yang sedang menjalani hidup! Aku sangat berharap karya comeback-ku setelah hiatus ini bisa memenangkan tempat spesial di hati kalian. Mungkin ada kalanya kita terpuruk, ada kalanya kita ingin menghilang saja dari muka Bumi ini. Namun, jika kita bisa menghadapi hari-hari buruk sebelumnya, kuyakin kita bisa menjalaninya lagi. Semangat untuk teman-teman yang sedang sekolah, kuliah, atau bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga. Semangat untuk para Kenzo dan Keira di luar sana. Kuharap kita bisa hidup untuk satu hari lagi. Atau satu bulan. Atau satu tahun. Atau satu dekade. Dan mungkin satu abad lagi.

Have a great day!

Laylaluna Xapphire
Penulis Nirtunggal

Nirtunggal [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang