ENAM BELAS

61 11 0
                                    

SEMALAMAN Kenzo tidak bisa tidur. Sudah begadang kemarin malamnya karena Bu Hani memintanya datang pukul tiga, ditambah tidak tidur malam selanjutnya karena memikirkan orang yang baru saja memesan jasanya. Tahu dari mana Keira tentang Nirtunggal? Pasti divisi pemasaran bekerja giat untuk hal ini. Deon perlu menambah gaji mereka.

Tapi Kenzo tidak yakin. Nama Keira Kanaia pasti ada lebih dari satu. Belum tentu Keira Kanaia yang itu. Lagipula, memang Keira sendiri tahu yang baru saja ia kirimkan pesan adalah Kenzo yang memberinya mawar dan coklat saat pentas monolognya? Pasti ada banyak sekali nama Kenzo di dunia ini, lebih-lebih yang berkenalan dengan Keira dan memberikan Keira mawar dan coklat pada pentasnya.

Walaupun begitu, Kenzo tetap menerima tawaran itu. Keira memintanya untuk datang ke apartemennya, menyewanya selama empat jam untuk bersih-bersih apartemen. Baru kali ini Kenzo mendapatkan pelanggan yang memintanya bersih-bersih apartemen. Rupanya pekerjaan menjadi aktris teater sibuk juga sampai tidak sempat bersih-bersih.

Kenzo menarik napas panjang sebelum ia masuk ke gedung apartemen Keira di bilangan Menteng, Jakarta Pusat. Berdasarkan alamat yang Keira berikan, apartemennya berada di Menara A lantai sembilan. Ketuk saja pintu yang bernomor 909, nanti ia akan keluar.

Kenzo tidak yakin apa jadinya ia nanti ketika bertemu Keira. Apakah panik dan langsung kabur? Atau berdiri mematung di depan pintu seperti orang tersesat? Tidak tahu. Yang jelas, Kenzo tidak ingin hal yang aneh-aneh terjadi.

Kenzo sampai di depan unit bernomor 909. Ia beranikan diri untuk mengetuk pintu. Dari dalam, terdengar seseorang yang tergopoh-gopoh menghampiri pintu. Kenzo mendengar suara kunci dibuka, kemudian daun pintu diturunkan. Seorang gadis yang membuka pintu tersebut nyaris membuat Kenzo pingsan.

Keira di sana, dengan celana panjang dan kaus lengan panjang gombrong yang kusut, entah sudah berapa lama tidak disetrika. Rambutnya menjuntai panjang sampai ke punggung, kusut berantakan dengan kunciran asal-asalan. Yang membuat Kenzo ingin pingsan adalah rokok di tangannya yang masih menyala. Asap rokok keluar dari mulut gadis itu sedikit-sedikit. Kenzo tidak pernah suka orang yang merokok.

"Ya?" tanya gadis itu.

Kenzo buru-buru membuat dirinya waras kembali. "Saya Kenzo, dari Nirtunggal. Benar ini apartemennya Keira Kanaia yang memesan saya?"

"Oh! Iya, silakan masuk. Aduh, maaf sekali berantakan."

Kenzo mengekor Keira masuk ke dalam kamarnya. Dari belakang, Kenzo dapat melihat Keira mematikan rokoknya di asbak yang kini penuh rokok. Kamarnya benar-benar bau rokok, apalagi jendelanya juga tertutup. Bahkan gordennya juga tidak terbuka. Sprei di kasurnya kusut dan lepas di sudut-sudutnya. Selimutnya berantakan. Bantalnya terletak tidak di tempat seharusnya. Di meja kerja, kertas menumpuk tinggi sekali. Di tengah-tengahnya, laptop Keira menyala, menampilkan dokumen yang sedang ia buka. Kursinya kini penuh dengan baju-baju. Entah baju kotor atau bersih, Kenzo tidak tahu. Dan di bagian dapur, piring-piring kotor menumpuk. Beberapa bahkan sudah dikerubungi lalat.

Yang paling parah, sampah memenuhi seluruh lantai. Puntung rokok di mana-mana, sampah plastik dan kertas yang kusut tersebar di seluruh penjuru kamar. Kamarnya juga berbau, semacam bau tanaman busuk bercampur bau makanan dan bau rokok. Juga sedikit bau mawar. Sudah berapa lama kamar ini tidak dibersihkan? Apa benar ini kamar Keira Kanaia yang itu?

Apa yang Kenzo lihat sekarang sangat berbanding terbalik dengan apa yang Kenzo lihat di atas panggung. Ini jelas-jelas bukan Keira dari Teater Senandika. Keira dari Teater Senandika bukan seorang yang mempunyai hidup sama berantakannya dengan Kenzo.

"Kamu Kenzo yang waktu itu datang ke pertunjukan monologku, kan?"

Astaga, ia ingat. Kenzo sama sekali tidak terpikir bahwa gadis ini ingat. Jika benar ini adalah kehidupan Keira yang itu, lantas mengapa sangat berantakan?

Nirtunggal [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang