Seorang pemuda dengan wajah nya yang terbilang manis kini tampak meringkukan tubuhnya seperti bayi yang masih membutuhkan kehangatan seorang Ibu di atas ranjang.
Jejak air matanya yang mengering tampak tercetak jelas di pipinya.
Ia tak mengerti mengapa hidup nya seakan sadis padanya.
Berulang kali ia mengatakan pada dirinya sendiri apa kesalahannya sehingga ia di culik dan di kurung pada sebuah ruang kamar yang temaram.
Pemuda manis berpipi chubby itu tampak masih memejamkan maniknya.
Ia lelah setelah beberapa jam lalu ia menangis cukup keras tetapi tangisan itu tak menghasilkan apa apa.
(Suara pintu terbuka)
Seorang pemuda tampan kini memasuki ruang kamar itu dengan senyuman nya yang mengembang sempurna.
Di lirik nya pemuda yang masih meringkuk di ranjang dengan seksama.
"Kau menggemaskan. Maaf aku terpaksa melakukan ini demi kebaikan mu," lirih pemuda itu sembari mendudukkan dirinya di tepi ranjang.
Tangannya yang bebas kini mulai membelai tubuh dari pemuda manis tersebut.
Hingga ...
Tubuh sang pemuda manis meremang ketika menyadari bahwa ada orang yang tengah mengusap punggung nya.
Manik nya yang sebelumnya terpejam mulai membelalak kaget.
"Ka...-kau," ujar pemuda manis itu sembari menolehkan wajah nya ke arah sosok pemuda yang masih pada posisi nya dimana ia duduk di tepi ranjang.
Pemuda itu tiba tiba saja berdiri dan kikuk saat menatap pemuda manis itu.
"Aku sudah menyuruh anak buah ku membeli semua kebutuhan mu, jika ada yang masih kurang kau dapat mengatakan padaku."
Hening ...
Manik pemuda manis itu perlahan menatap lekat pemuda yang ada di hadapannya.
Ada rasa takut ketika ia menatap wajah tegas dari pemuda itu, hanya saja ia berusaha menekan rasa takutnya.
"Mengapa kau menahan ku disini?"
Pertanyaan yang sudah ia tunggu tunggu akan jawaban nya.
Pemuda dengan nama lengkap Kim Jiwoong menatap wajah Matthew, berusaha mempertimbangkan lebih dahulu apakah ia akan menjawabnya, atau sekedar mengabaikannya.
"Ini yang terbaik untukmu."
Hanya kalimat itu yang pada akhirnya keluar dari belah bibir Jiwoong.
Ia masih enggan menjelaskan apapun pada pemuda manis itu.
Matthew mendudukkan dirinya berusaha mencerna kalimat yang baru saja di katakan oleh Jiwoong.
"Aku tak mengerti."
Jiwoong menaikkan ujung bibirnya sesaat pada Matthew yang menatap nya.
"Itu lebih baik, karena jika kau mengetahui semuanya ada hal buruk yang ku takutkan akan terjadi."
Matthew mengerjapkan maniknya beberapa kali. Sungguh ia semakin tak mengerti dengan kalimat yang baru saja di katakan oleh Jiwoong tersebut.
Mengapa pemuda itu terasa misterius untuknya?
Tak bisakah Jiwoong memberikan clue padanya?
Oh ayolah ia hanya ingin mengetahui situasi yang sebenarnya!
"Jadi siapa sebenarnya kau?" tanya Matthew sekali lagi bertanya tentang hal hal yang sebelumnya sempat memenuhi isi kepala nya.
"Panggil aku J(ay). Kau tak perlu tahu mengenai ku," ujar Jiwoong pada akhirnya sebelum ia benar benar keluar dari kamar itu.