Sudden Marriage! - BINHAO

900 50 17
                                    

"Hao-ya, bisakah kau membantuku mengantarkan kue pesanan ini?"

Hao yang sedang menyusun beberapa roti yang masih hangat di atas rak khusus untuk menaruh roti menolehkan wajah nya pada wanita paruh baya itu sembari menganggukan kepala nya.

"Terimakasih Hao-ya. Ah, kau harus berhati hati membawanya nanti sebab kue yang kali ini kau antar adalah kue bertingkat."

Hao lagi lagi tersenyum mengiyakan segala ucapan bibinya itu. Lagi pula selama ia bekerja paruh waktu di toko sang bibi, maka ia tak dapat menolak permintaan dari sang pemilik toko bukan?

***

Seorang pemuda tampak mengusak wajah nya kasar. Waktu terus berjalan, dan hanya menunggu satu jam lagi acara pernikahan yang sebelumnya telah di rencanakan dengan matang akan berlangsung.

Harus nya pemuda itu senang. Hanya saja bagaikan mimpi buruk pemuda itu tampak tak senang sedikit pun!

Hanya raut wajah gusar yang dapat terlihat dari wajah pemilik nama Sung Hanbin tersebut.

Ingin rasanya ia berteriak sekencang kencangnya, lantaran sang kekasih tak terlihat sama sekali batang hidung nya di hotel yang telah ia sewa, dimana seharusnya tempat tersebut dapat menjadi saksi bisu dari hari sakral mereka.

Namun semua itu seakan hanya menjadi angan angan belaka bagi pemuda itu.

Beberapa kali Hanbin tampak mencoba menghubungi sang kekasih, tetapi sayang nya tak satupun telefonnya diangkat oleh kekasih nya itu.

"Kemana dia sebenarnya?!" Keluh Hanbin dengan nafasnya yang mulai terasa sesak.

Tangan nya kini telah beralih menggulung tangan kemejanya, dan jangan lupakan ia juga telah melonggarkan dasinya yang semula ia kenakan.

Hanbin memejamkan kedua maniknya nya sembari mengambil nafasnya dalam dalam.

Kecewa?

Tentu saja ia kecewa pada kekasihnya!

Merasa ia tak dapat tenang menunggu di ruang tunggu pengantin pria, akhirnya ia memilih untuk keluar menuju toilet hendak membasuh wajah nya, lebih tepat nya ia hendak mendinginkan kepala nya sebentar.

.
.

"Aku tak menyangka bahwa toko kue Bibi bisa mendapatkan pesanan untuk acara pernikahan besar. Semoga saja mereka menyukai kue buatan Bibi," lirih Hao berbicara pada dirinya sendiri terlihat senang akan kesuksesan sang Bibi di matanya.

Pemuda manis itu kini berada di toilet, lantaran panggilan alam membuat nya berada di toilet setelah mengantar pesanan kue yang di minta oleh Bibinya.

Jujur saja ia tak menyangka bahwa kue buatan bibinya itu akan ada di pesta pernikahan yang besar.

Buktinya saja acara pernikahan tersebut di langsung kan di sebuah hotel bintang lima.

Suara isakan tertahan dengan wajah yang terlihat basah seperti baru saja di basuh menjadi perhatian Hao sesaat pemuda manis itu hendak membasuh tangannua di wastafel.

"Kau menangis?" lirih Hao mencoba mendekati pria itu.

Hao memang biasanya tak suka terlalu ikut campur dengan orang lain, hanya saja entah mengapa ia merasa tertarik untuk mendekat pada pria itu.

Isakan nya terdengar menyakitkan.

"Ha..-Hanbin?"

Kaget Hao setelah berhasil mendekat dan menyadari pria yang tengah terisak dengan raut dan wajah nya yang terlihat berantakan.

Oneshoot -ZB1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang