"Siang Tuan Muda," ujar seseorang dengan pakaian maid datang ke dalam kamar Matthew.
Matthew yang sebelumnya meringkuk malas bergerak, perlahan mulai menatap ke arah sumber suara yang ia tahu kini telah berjalan mendekat ke arah nya.
"Ada apa?" tanya Matthew dengan suara serak nya.
"Ini peralatan yang sudah di siap kan Mr. J," ujar sang maid pada Matthew.
Matthew mengangguk kepala pelan. Jujur saja sebelumnya ia tak terlalu menanggapi perkataan maid tersebut.
Hingga ...
"Tunggu!" Pekik Matthew pada sang maid yang hendak keluar dari kamar nya setelah merapikan semua barang milik Matthew yang telah di siapkan dengan baik oleh Jiwoong, lebih tepat nya Jiwoong lah yang me-list kan tetapi para bawahannya lah yang membeli nya.
"Ada apa Tuan Muda?" tanya sang maid yang terlihat usianya masih berkisar akhir 20 tahunan.
"Mengapa kau memanggil ku Tuan Muda? dan siapa sebenarnya Mr. J? Mengapa ia membawa ku kemari?"
Pertanyaan bertubi tubi di lontarkan oleh Matthew.
Sang maid hanya tersenyum pada Matthew.
"Karena anda adalah orang penting untuk Mr.J, dan mengenai Mr. J anda dapat menanyakan langsung padanya kami tidak di perkenankan untuk membicarakan hal tersebut disini, begitupun dengan alasan Mr. J membawa anda kesini."
Matthew mengerucutkan bibirnya. Ia tak puas dengan perkataan gadis itu. Tak bisakah ia membantunya agar ia tak merasa pusing berada disana?
"Tuan Muda sebentar lagi ada teman saya yang akan mengantarkan makan siang anda kesini. Saya permisi dulu Tuan Muda," ujar maid tersebut keluar dari sana.
Matthew hanya menghela nafas kasar sembari membantingkan tubuhnya kembali ke ranjang tersebut.
Bosan?
Sudah pasti ia bosan!
Ia seperti seakan tak memiliki kehidupan hanya berada di dalam ruang kamar itu.
Ia tahu kamar itu tampak besar bahkan 3 kali lipat dari kamar nya dulu, hanya saja kamar tersebut terasa hampa untuknya.
"Mengapa ia tak membawa ku game konsol, buku atau laptop agar aku memiliki hiburan sih," lirih Matthew menatap ke arah langit langit.
***
"Ada apa Dad?" ujar Jiwoong yang kini tengah menatap ke arah ayah nya yang tengah duduk berhadapan dengannya.
"Duduk lah," ujar sang ayah yang terlihat tenang.
Mau tak mau Jiwoong menuruti perkataan sang ayah. Ia tak dapat mengelak jika Tuan Kim yang mengatakn demikian.
Aura begitu menakutkan untuknya, walaupun terkadang ia sendiri kerap kali melanggar peraturan sang ayah, tak terkecuali dengan keberadaan Matthew pun adalah sebuah pelanggaran baginya.
"Kau tak berniat ke mansion utama? Bukankah sudah ku katakan kau tak di perbolehkan keluar dari mansion utama?"
Jiwoong menyunggingkan senyumannya.
"Kurasa kau lupa janji mu Dad?"
Tuan Kim terdiam sesaat. Ia berusaha mengingat akan janji yang di maksud oleh Jiwoong.
"Apa maksudmu?"
"Aku pernah bernegosiasi padamu mengenai hal ini."