Trapped (4) - WOONGMATT

232 15 14
                                    

Jujur saja ia tak menyangka bahwa di dalam kediaman nya sendiri ada yang berkhianat dengannya.

Bukankah ia telah menyaring orang agar tak berkhianat dengannya? Tetapi yang terjadi mengapa sebaliknya?

Ingin rasanya ia merutuk dan memusnahkan orang orang yang berkhianat padanya, hanya saja dirinya sebisa mungkin menahannya.

Ia ingin tahu siapa dalangnya saat ini, apakah benar dugaannya bahwa sang ayah lah yang tengah meminta anak buah nya secara khusus memata matai dirinya, atau orang lain.

"Siap kan mobilku," ujar Jiwoong tenang pada salah satu bodyguard yang berada di sana.

Dengan cepat sang bodyguard menganggukan kepala nya menuju parkiran kediaman dari Jiwoong.

Sejenak Jiwoong mengedarkan pandangannya ke segala penjuru.

Tangan Jiwoong meraih handphone nya yang berada di saku memberikan sebuah pesan singkat pada Gunwook.

Entah mengapa ia merasa bahwa kediamannya seperti telah di kepung, hanya saja ia tak dapat memastikannya dengan baik.

Beberapa maid yang ada disana, terlihat maid baru yang belum dapat ia konfirmasi pada Gunwook, karena memang benar adanya bahwa maid dan beberapa orang yang menjaga di sana bukanlah rekrutan Jiwoong, melainkan Gunwook.

Hanya saja ia percaya pada Gunwook!

Tak mungkin Gunwook berkhianat darinya.

Selang beberapa menit, mobil yang memang di minta oleh nya sebelumnya sudah siap di area depan pintu rumah nya, oleh karena itu ia segera bergegas keluar, dengan harapan bahwa Gunwook dapat memanfaatkan waktu dengan baik.

Ia tak ingin ada hal yang memperburuk situasi yang ada.


Di lain sisi...


"Kita tak punya waktu, sebaik nya kita keluar sekarang sir," ujar Gunwook yang mengkode Matthew agar menghentikan tangisannya itu.

Mau tak mau Matthew pada akhirnya menghentikan tangisannya, dan beranjak dari posisinya.

Ia sudah berdiri saat ini tak seperti sebelumnya.

Melihat Matthew telah bediri, Gunwook segera menarik tangan Matthew agar mengikutinya.

"Maaf, saya menggenggam tangan anda," ujar Gunwook tetap sopan pada Matthew.

Matthew hanya menganggukan kepalanya dan mengikuti langkah kaki Gunwook yang sudah keluar dari ruang kamar yang sudah mengurungnya dalam beberapa waktu terakhir.

Manik Matthew tampak mengedar ke segala penjuru. Ia baru menyadari bahwa rumah yang selama ini mengurungnya terlihat tiga bahkan empat kali lebih besar dari pada rumah nya sendiri.

Gerakan Gunwook sangat lah lihai. Ia berusaha sebisa mungkin menghindar dari cctv dan juga para bodyguard dan maid yang berada di sana.

Hingga detik ini ia dapat melihat dengan jelas sudah ada lima orang penyusup yang tak ia kenal berada di sana.

'Sial! Kapan orang orang itu masuk ke kediaman Mr. J.'

Tanpa berfikir lama Gunwook kembali menarik tangan pemuda manis yang sebelumnya sempat terlepas.

Hingga ...

Manik Gunwook membulat sempurna saat tak sengaja menolehkan wajahnya ke arah Matthew.

Ada apa? Mengapa wajah Gunwook seketika tak bersahabat?

"Lepaskan."

Kata pertama yang keluar dari mulut Gunwook ketika berhasil menolehkan kepalanya itu.

Sebuah senyuman yang tampak jelas menyindir Gunwook, justru ia dapati dari pemuda yang ada di belakangnya.

Bukan Matthew!

Matthew dapat ia lihat bahwa kini tengah di tangkap oleh dua maid yang tak ia kenal memegangi tangan kanan dan kiri Matthew, sedangkan Gunwook tangannya kini sudah di cekal dengan seorang pemuda.

"Ck, mengapa kau sangat setia sekali dengan kakak ku huh?" lirih pemuda yang dengan santai memberi gestur dengan sebelah tangannya memanggil beberapa bodyguard untuk membawa Gunwook.

Gunwook dapat menyaksikan tangisan tertahan dari wajah Matthew.

"Kalian bawa saja aku, tetapi jangan bawa dia!" perintah Gunwook berusaha melepaskan diri dari cekalan beberapa pemuda yang melumpuhkan pergerakannya.

"Ugh, kau siapa berani memerintahku heum?" ujar pemuda itu sembari mengusap pipi Gunwook sebelum menamparnya dengan kuat.

"No!!" pekik Matthew ketika mendengar suara tamparan keras yang dapat ia saksikan secara live di hadapannya itu.

Darah mengalir dari bibir Gunwook. Pemuda itu tentu saja merasa bersalah lantaran tak bisa menjaga satu satunya orang yang harus ia jaga.

Gunwook memejamkan maniknya, dan dengan cepat menghempaskan orang orang yang sedari tadi memegangi tangannya membekukan pergerakannya.

Spontan beberapa orang yang terpelanting tak dapat menstabilkan dirinya secara langsung.

Tanpa aba aba Gunwook segera menghadang orang orang yang memegangi Matthew. Ia berusaha menjaga pesan dari Jiwoong sebelumnya.

"Sir," ujar Gunwook saat mendapati Matthew dengan tubuh yang melemah seakan anggota gerak nya tak dapat berfungsi.

"Bawa aku G, mereka menyuntikku barusan."

Hanya kalimat samar itu yang di berikan oleh Matthew.

'Shit!'

Dengan cepat Gunwook menggendong Matthew sembari menyalakan alarm pada kalung Matthew yang di berikan oleh Jiwoong tanpa sepengetahuan Matthew.

'Semoga kau mendapat pesan dari ku sir.'

"Tangkap mereka!!"

Suara lantang terdengar keras menggema di dalam rumah besar milik Jiwoong.

Samar samar Matthew yang lemah perlahan mulai memejamkan maniknya.

"Jangan tidur sir, kita akan bertemu dengan Mr. J," ujar Gunwook berusaha berbicara setengah berbisik di telinga Matthew yang berada di gendongan Gunwook.

Benar saja, baru saja ia berhasil menerobos melalui pintu khusus yang tak semua orang mengetahui atas rumah itu, Jiwoong dengan mobil miliknya sudah menunggu keduanya.

'Ah, Mr. J menangkap pesanku.' Monolog Gunwook dalam benak.

Dengan cekatan Jiwoong membukakan pintu belakang agar Gunwook dan juga Matthew masuk kesana.

"Biar aku yang menyetir sir," ujar Gunwook yang merasa tak enak jika harus di setiri oleh atasannya itu.

Jiwoong menggelengkan kepala nya.

"Jaga dia, kita harus bergerak cepat," ujar Jiwoong yang kembali memegangi kemudi mobilnya.

Jika sudah seperti itu maka Gunwook tak dapat membantah.

"Sir, sepertinya keadaan Tuan Matthew tak baik, terakhir Tuan Matthew mengatakan bahwa ia di suntik oleh mereka."

Jiwoong menggeram lemah.

"Siapa dalang nya?"

"Adik anda sir."

Tanpa sadar Jiwoong sempat mengerem mendadak sebentar tetapi kembali melanjutkannya.

'Adik? Gyuvin? Astaga mengapa bisa dia menjadi seperti itu?'

"Baik, aku akan membuat perhitungan dengan nya nantinya," ujar Jiwoong mempercepat mobil nya menuju tempat yang menurutnya akan aman untuk sementara waktu.

'Jika dia yang memulai nya lebih dahulu, maka aku juga akan memulai nya dengan caraku. Jangan fikir aku tak dapat bergerak.'

---

TBC

Tinggal 1 chapter terakhir yaa...

See you next chapter

Leave a comment and vote

.

.

Seya

Oneshoot -ZB1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang