Bab 8 - Butterflies

15 1 0
                                    


Sejak pulang dari pusat perbelanjaan siang tadi, Sena masih saja menekuk wajahnya seperti dompet akhir bulan.

Dia masih kesal dengan perkataan pegawai itu tentang bulan madu, padahal itu hanya bercanda. Kak Seno tak menanggapinya dan tetap membeli baju pilihan pegawai itu. Sampai di rumah, kak Seno baru menghubungiku, katanya suasana menjadi alot saat ada Sena tadi.

"Tapi kamu suka kan sama bajunya?" Tanya kak Seno yang ada di seberang sana.

"Suka kok, suka banget malah. Aku lebih suka pakai baju seperti ini kalau ke pantai daripada pakai baju kurang bahan."

"Syukurlah kalau kamu suka. Nanti baju itu kita pakai kalau ke Bali ya?"

"Iya kak."

"Oh ya, gimana kondisi kakek?"

"Udah mulai stabil kak, katanya lusa boleh pulang?"

"Seriusan? Syukurlah! Aku senang mendengarnya. Dan kalau kondisi kakek sudah stabil, itu artinya kita bisa ke Bali."

Aku terkekeh, "iya kak, iya. Pasti."

"Eh tapi, kita jadi kayak orang honeymoon beneran."

"Hahaha, iya juga."

Terdengar helaan napas kak Seno di seberang sana, "andai kakek jodohin kamu sama aku, aku pasti senang banget."

Aku terdiam, aku pun berpikir begitu. Andai kakek menjodohkanku dengan kak Seno dan bukan dengan Sena, aku yakin aku akan dengan mudah menerimanya. Tapi, kenapa kak Seno ngomong kayak gitu? Apa dia juga ada rasa denganku?

Aku segera menggeleng, menepis semua pikiran gila itu. Kak Seno menganggap aku sebagai adik kecilnya, kalau pun kak Seno sayang padaku, paling sayangnya hanya sebatas kasih sayang kakak ke adik.

"Michie..." panggilnya yang menyadarkanku dari lamunan.

"Iya kak,"

"Kalau kamu dijodohkan dengan aku, kamu mau?"

DEG

Jantungku berdebar kencang, aku ingin teriak dan berkata "MAU BANGET LAH!" Tapi aku hanya berdehem, menetralkan jantungku yang hampir lompat dari tempatnya.

"Kenapa kakak nanya kayak gitu?"

"Entahlah, pertanyaan itu muncul begitu saja di benakku."

"O-ooh..."

"Michie,"

"Iya,"

"Kalau aku sayang kamu lebih dari sebatas kasih sayang adik dan kakak, apa itu boleh?"

Perutku rasanya geli karena digelitik oleh ratusan kupu-kupu yang terbang di dalamnya. Apakah kak Seno cenayang? Mengapa dia tahu bahwa aku baru saja memikirkan itu?!

"Michie,"

"I- iya kak," jawabku terbata.

"Kamu dengar kan kakak ngomong apa tadi?"

"D- dengar kak."

"Terus apa jawabannya?"

"Jawabannya?"

"Iya, jawaban dari pertanyaan boleh ga kakak sayang sama kamu lebih dari kasih sayang seorang kakak ke adiknya?"

"B- boleh, lagi pula kita kan bukan saudara kandung." Jawabku senormal mungkin.

Kak Seno terkekeh di seberang sana, "iya juga ya? Kenapa aku bertanya hal sebodoh itu?"

Aku mengulum senyum, dapat kurasakan pipiku memerah dan aku yakin sekarang aku berubah menjadi kepiting rebus saking merahnya wajahku.

Beautifully Bittersweet - OH SEHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang