Aku memutuskan untuk memasak sop iga hari ini.
Sepertinya Sena sedang PMS makanya dari tadi dia selalu marah-marah bahkan untuk hal yang sepele. Sena mengabaikanku, bahkan saat ke dapur untuk mengambil air di kulkas dia tak menyapaku. Aku pun sama, aku tak menganggap kehadirannya. Aku memang salah karena tak memberitahunya saat aku pergi, tapi kan aku sudah minta maaf.
Sekarang seharusnya Sena yang meminta maaf kepadaku karena sudah menuduhku selingkuh.
Aroma sop igaku mulai tercium harum, aku pun mengaduk-aduknya sebentar dan akan menyiapkan nasi untuk Sena di meja makan. Namun saat aku sedang mengaduk sop di dalam panci, aku merasakan tangan kekar yang melingkari perutku. Akhirnya, Sena luluh juga.
"Maaf." Katanya, dia pun menenggelamkan wajahnya di ceruk leherku.
"Iya." Jawabku. Tak lama dari itu aku pun melepas pelukan Sena dan berbalik ke hadapannya. "Aku juga minta maaf ga izin sama kamu dulu tadi."
Sena mengerucutkan bibirnya, "aku khawatir." Katanya.
Aku terkekeh dan mengusap pelan pucuk kepala Sena, "makasih udah khawatirin aku. Sekarang kita makan ya? Sop iga kesukaan kamu udah matang."
Sena mengangguk semangat, astaga dia terlihat menggemaskan saat sedang begitu. Rasa kesalku padanya perlahan hilang melihat dia yang tersenyum manis sampai matanya menyipit membentuk bulan sabit.
Singkat cerita kami pun makan bersama di ruang makan, kami banyak bercerita tentang apapun. Aku tidak salah menilai Sena itu random, karena kenyataannya Sena memang serandom itu. Dia menceritakan hal-hal random seperti hubungan Spongebob dan Pearl yang terhalang restu Tuan Krab, tentang ibu kandung Pearl yang meninggal sehingga Pearl dirawat oleh Tuan Krab, dan banyak hal random lainnya yang dia ceritakan.
Aku hanya tertawa dan menanggapinya santai, ternyata Sena tak seburuk itu.
***
Seminggu telah berlalu dan hubunganku dengan Sena semakin membaik.
Walaupun kami disibukkan dengan kuliah, tapi Sena tak kehilangan akal mencuri waktu untuk berduaan denganku. Kadang kami ke mall hanya untuk berjalan-jalan atau membeli baju, menonton bioskop, atau jalan-jalan malam naik motor.
Mungkin karena padatnya jadwal kuliah dan skripsi yang membuatku kadang harus begadang sampai malam, membuat kondisi tubuhku mulai kurang fit. Aku sering kali masuk angin dengan gejala mual dan pusing. Aku selalu menahannya karena bila aku sakit, jadwal kuliahku akan terganggu.
"Kamu beneran gak apa-apa, Sel?" Tanya Vanes.
Saat ini aku dan Vanes berada di cafe dekat kampus untuk makan siang sambil mengerjakan skripsi. "Gak apa-apa, Nes." Jawabku yang masih fokus dengan laptopku, mengabaikan nasi goreng yang kupesan.
"Makan dulu, Sel. Muka kamu pucet banget. Jangan terlalu ambis ngerjain skripsinya, aku yakin kamu pasti begadang ya ngerjainnya?"
Aku tersenyum, "iya."
"Makan dulu! Keburu dingin. Kalo kamu sakit, kan jadi terhambat skripsinya. Kamu bawa obat? Apa yang kamu rasa? Mau aku beliin obat ke apotek?"
Aku menggeleng, "makasih, Nes. Aku gak apa-apa. Yaudah, nih aku makan." Kataku lalu menyingkirkan laptopku.
"Gitu dong! Kamu udah kayak mayat hidup tau gak!" Ujar Vanes sambil melanjutkan makanannya.
Aku meringis, memang benar kata Vanes aku seperti mayat hidup. Tadi pagi wajahku sudah pucat namun aku paksakan masuk kuliah karena ada bimbingan. Sebenarnya hari ini aku benar-benar tidak enak badan, perutku mual dan kepalaku rasanya pusing sekali. Setelah sarapan tadi, aku langsung meminum obat dna vitamin agar kondisiku tetap kuat setidaknya sampai pulang kampus nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautifully Bittersweet - OH SEHUN
Romance"Setelah kakek meninggal, aku akan menceraikanmu." Setidaknya itu yang dikatakan Sena pada Misel sebelum mereka menikah. Sena membenci Misel dan Misel terima itu. Namun ketika Sena mengetahui bahwa selama ini Misel tak pernah mencintainya, entah men...