Aku terbangun karena merasa ada sesuatu yang berat menindih tubuhku. Aku menggeliat, namun pergerakanku terbatas dengan tubuhku yang berada di dalam kukungan. Ketika aku menoleh, aku dikejutkan dengan wajah Sena yang berada tepat di depanku. Saat aku ingin bangun, tangan dan kakinya menindih tubuhku.
Dengan susah payah aku menyingkirkan tangan berat Sena yang melintang di perutku juga kaki panjangnya yang menindih kakiku. Begitu aku sudah duduk di tepi kasur, aku mendengus kesal menatap Sena yang masih lelap dalam tidurnya. Astaga, seluruh badanku remuk rasanya ditiban tubuh bongsor Sena.
Waktu menunjukkan pukul 8 pagi, satu jam lagi kelas akan dimulai. Aku mandi dengan secepat kilat dan memakai bajuku yang semalam dibawakan bunda. Setelah mengeringkan rambutku sebentar, aku pun mengulas wajahku dengan bedak dan mengoleskan liptint tipis agar tidak terlalu terlihat pucat.
Mungkin karena suara bising dari alat pengering rambutku, Sena akhirnya terbangun dan duduk sambil bersandar di headboard kasur, menatapku memoles sedikit liptint sambil berdiri di cerminnya karena tidak ada meja rias di kamar Sena.
"Kamu mau kemana?" Tanyanya dengan suara parau khas orang bangun tidur sambil mengucak-ucak matanya.
"Ke kampuslah, kemana lagi?" Kataku sambil meratakan liptintku dengan jari. Merasa bahwa wajahku sudah cukup segar, aku pun segera bersiap berangkat dan mengambil tasku di meja.
"Hapus dandananmu." Katanya yang membuatku yang ingin membuka knop pintu jadi terhenti.
Aku berbalik menatapnya tak suka, "apa urusanmu?"
"Hapus dandananmu. Untuk apa ke kampus memakai makeup? Kau ingin memikat kakakku?"
Aku mendengus, "aku hanya memakai bedak dan liptint, biasanya juga seperti itu. Apa itu salah!"
Sena pun turun dari kasurnya, dia mengambil tisu basah yang ada di laci nakas. Dia mengambil sehelai tisu basah itu sambil berjalan ke arahku dan-
"SENA!!!! APA YANG KAU LAKUKAN!" Pekikku saat Sena menarik tengkukku dan menghapus liptint yang baru saja kupakai.
"SENA LEPASKAN!" Aku menarik tangan Sena yang menghapus liptint di bibirku, membuat wajahku malah berantakan.
"Aku tak suka kau keluar dengan makeup!" Ucapnya masih dengan suara yang parau.
"SENA KAU MENGHANCURKAN WAJAHKU! AKU SUDAH TELAT!"
Meskipun aku meronta dan berusaha menjauhkan tangannya dari wajahku, Sena tetap bersikeras menghapus makeup di wajahku. Mungkin karena mendengar suara keributan dari kamar Sena, tante Shany pun membuka pintu kamar yang sudah tak terkunci itu.
Dia terdiam saat melihat aku dan Sena yang memegang tengkukku. Menyadari ada orang lain di antara kami, aku dan Sena terkesiap.
"Ma- mama ganggu ya? Maaf ya..." ucapnya terbata setengah terkejut sambil mengulum senyum dan kembali menutup pintu.
Aku mendengus kesal, aku meraih tempat bedak di tasku dan membukanya untuk bercermin di cermin kecil yang ada di sana. Bibirku berantakan dengan noda merah yang kemana-mana. Pasti tante Shany salah paham dan berpikir yang tidak-tidak.
Liptin di bibirku jadi beleberan ke wajah karena Sena yang menghapusnya kasar. Aku menatap Sena marah dan merampas tisu basah di tangannya. Aku membersihkan sisa noda liptin di wajahku itu tanpa tersisa bahkan membuat bedak yang tadi aku pakai pun jadi terhapus.
Aku menghembuskan napas kasar, "puas kau?!" Kesalku yang dijawab anggukan dan senyuman dari wajah tanpa dosanya yang menyebalkan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautifully Bittersweet - OH SEHUN
Romance"Setelah kakek meninggal, aku akan menceraikanmu." Setidaknya itu yang dikatakan Sena pada Misel sebelum mereka menikah. Sena membenci Misel dan Misel terima itu. Namun ketika Sena mengetahui bahwa selama ini Misel tak pernah mencintainya, entah men...