Bab 35 - Olahraga Malam (20+)

49 0 0
                                    




BE AWARE 20+

Aku dan Sena pulang larut malam karena sepulang makan Sena mengajakku jalan-jalan keliling Jakarta saat malam. Badanku lengket karena seharian beraktivitas. Maka dari itu, sepulangnya kami ke rumah, aku langsung mandi. Aku kira Sena menungguku untuk mandi, tapi ternyata ketika aku membuka pintu kamar mandi, aku melihat Sena sudah segar dengan piyamanya yang senada dengan milikku. Mungkin dia mandi di kamar mandi tamu.

Rambutnya yang masih basah disugar asal ke belakang, sedangkan aku memilih untuk mengeringkan rambutku terlebih dahulu. Aku sekilas melirik Sena yang sibuk dengan remot dan televisinya, memilih-milih film yang akan dia tonton.

"Kamu gak tidur?"

"Nggaklah, baru makan masa langsung tidur. Kalau bisa olahraga dulu."

Katanya mau olahraga, tapi Sena malah duduk nyaman di atas kasur sambil mengutak-atik remotnya. Olahraga apa? Olahraga mata?

Tak lama kemudian, Sena sudah menjatuhkan pilihannya pada film Korea yang dibintangi Kim Go Eun. A Muse, kalau aku tidak salah judulnya. Aku belum pernah menontonnya, apalagi belakangan ini aku sangat sibuk. Kesibukanku yang menyita waktu banyak itu harus membuatku mengorbankan salah satu hobiku, yaitu menonton drakor.

Sena tampak anteng menonton film selama aku mengeringkan rambutku. Ketika rambutku sudah kering dengan sempurna, aku pun beranjak ke kasur. Perutku kenyang, sepertinya aku akan tidur nyenyak malam ini.

"Aku tidur duluan ya, jangan lupa matikan tivinya kalau kamu sudah selesai nonton." Ucapku yang mulai bergelung dalam selimut.

"Hm." Jawab pria itu sekenanya. Aku pun tak mengatakan apa-apa lagi, mataku rasanya sudah berat dan ingin segera terbang ke negeri mimpi.

Entah baru berapa lama aku tertidur, aku merasakan hal aneh pada tubuhku. Rasanya sesak sampai kesulitan bernapas, aku bergerak gelisah hingga akhirnya terbangun dan mendapati Sena yang meniban tubuhku dengan bibirnya yang membekap bibirku.

Aku terbelalak dan mencoba untuk mendorongnya tapi Sena langsung mencekal tanganku dengan satu tangannya. Sedangkan satu tangan lagi merogoh nakas di sampingku, membuka salah satu lacinya dan mengambil sebuah dasi di sana. Aku tak tahu kapan dia meletakkannya di sana. Ah! Tapi itu tidak penting karena ternyata dasi itu digunakan untuk mengikat kedua tangannku agar tangan Sena bisa bebas bergerilya menjamah tubuhku.

Demi apapun aku hampir kehabisan napas tapi Sena bahkan tak memedulikan itu. Dengan matanya yang terpejam menikmati permainan yang dia buat, Sena melahap bibirku lapar dengan amat kasar. Dia bahkan mengabsen barisan gigiku dan bergelut dengan lidahku yang mencoba menolak permainannya.

Belum lagi kedua tangannya yang membuka kasar kancing piyamaku dan menanggalkannya dari tubuhku. Bahkan dengan satu tangannya, Sena dengan mudahnya membuka pengait bra-ku. Aku sangsi Sena belum pernah melakukan hal ini sebelumnya, dia sangat pro kalau urusan ranjang.

"Mmmmmphhh!!!" Aku berusaha berontak karena aku bisa mati kehabisan oksigen kalau saja Sena terus meraup bibirku dengan ganas. Memukulnya pun aku tak bisa, kedua tanganku terikat di atas kepalaku.

Tubuhku menegang saat kedua tangan Sena mulai memainkan gundukan kembar milikku. Aku tak tahan lagi menahan geli dan kehabisan pasokan oksigen seperti ini. Namun akhirnya Sena beralih ke leherku, membuatku meraup semua oksigen yang ada dengan napasku yang tersegal.

Sena tampak menikmati leherku yang kini menjadi korbannya. Sepertinya besok aku harus memakai turtle neck karena Sena meninggalkan banyak bekas kepemilikannya di sana. Aku menggigit bibir bawahku menahan lenguh yang memaksa keluar karena kegelian akibat ulah Sena yang menjilati tulang selangkaku bak menjilati es krim yang meleleh.

Beautifully Bittersweet - OH SEHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang