Bab 30 - Rayuan Maladewa (18+)

49 3 0
                                    

BE AWARE 18+

Kami sampai di penginapan pada malam hari.

Menyusuri jalan setapak dari kayu yang di bawahnya terdapat pantai jernih yang memantulkan cahaya dari gemerlap lampu sekitar villa. Sena membawaku ke Pulau Alimatha, salah satu pulau terbaik di Maladewa. Perjalanan udara dan darat yang panjang, membuat kami lelah. Tapi untungnya, hari ini Sena sedang berbaik hati karena membawakan tas dan juga koper kami menuju villa.

Sena menyewa salah satu villa mewah di atas air Pulau Alimatha. Aku menaiki tangga menuju pintu utama dan ketika pintu itu terbuka, mulutku menganga dengan sempurna.

Tempat ini sangat nyaman, rasanya aku ingin tinggal di sini selamanya. Dan yang membuatku semakin terpukau adalah jendela besar yang langsung menghadap ke pantai. Pemandangan pantai di kala malam tak kalah indah, pantai selalu memukauku.

"Kamu suka?" Suara berat Sena mengejutkanku, dia sudah berada di belakangku entah sejak kapan. Sena tampak merenggangkan otot-ototnya yang kaku.

Aku tersenyum menatapnya dan langsung memeluknya erat, "terima kasih Sena." Ucapku.

"E-eh..." Sena tampak terkejut, namun tak lama dia membalas pelukanku dan membelai rambutku. "Syukurlah kalau kau senang."

Aku merenggangkan pelukanku dan menatapnya, tapi dia malah terkejut dan langsung membingkai wajahku. "Jangan menangis, kau selalu menangis karena aku. Aku tak mau lagi melihat air matamu itu."

"Kali ini aku menangis karena bahagia, Sena. Aku bahagia."

Sudut bibir Sena terangkat mengulas senyum, dia kembali membawaku ke dalam dekapan hangatnya. Setelah hampir sepuluh menit kami berpelukan, aku pun melepaskan dekapan hangat Sena itu.

"Kau mandi duluan saja, aku mau merapihkan pakaian kita." Kataku yang diangguki Sena.

Selama Sena di kamar mandi, aku merapihkan baju kami dan juga menyiapkan piyamanya. Setelah semua rapih, aku membersihkan wajahku yang kusam karena perjalanan panjang dan tak lama dari itu Sena keluar dari kamar mandi.

"Aku sudah siapkan air hangat untukmu." Kata Sena menghampiriku. Aku pun mengangguk dan bangkit dari dudukku setelah selesai membersihkan wajahku dengan kapas dan micellar water.

"Makasih Sena."

Dia tersenyum dan mengangguk, "my pleasure."

Saat aku masuk ke kamar mandi, bathub sudah terisi dengan air hangat seperti yang dikatakan Sena. Tanpa sadar, senyum terukir di bibirku saat mendapatkan perlakuan manis dari Sena yang akhir-akhir ini menjadi baik padaku.

Entah mengapa aku merasa seperti menjadi pasangan suami-istri sungguhan belakangan ini.

***

Setelah berendam selama hampir setengah jam, aku pun mengakhiri mandiku. Tubuhku sudah kembali segar. Aku pun mengeringkan rambutku dengan hairdryer yang tersedia di lemari dekat wastafel. Sudah pukul 1 malam, mungkin Sena sudah tidur.

Aku keluar dari kamar mandi dengan menggunakan gaun mandiku. Sempat terkejut saat mengetahui Sena tak ada di kasur. Namun kemudian tubuhku menegang saat tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang. Dari wangi maskulinnya aku tak salah lagi, siapa lagi kalau bukan Sena.

Sena mengendus ceruk leherku dengan hidung mancungnya, deru napas hangat mintnya membuatku bergidik. "Wangimu jadi canduku." Bisiknya tepat di telingaku.

Perutku rasanya bak digelitik ratusan kupu-kupu yang terbang di dalamnya, gelinyar aneh pun menyebar ke seluruh tubuhku hingga membuatku membeku bahkan lidahku pun menjadi kelu.

Sena membalik tubuhku menghadap dirinya yang masih memakai gaun mandi sama sepertiku. Remang lampu yang hampir temaram tidak mempengaruhi cahaya wajahnya yang bersinar. Pahatan wajah dengan rahang yang tegas dan matanya yang sayu membuat jantungku bergemuruh sampai hampir lompat dari tempatnya.

Kedua tangan kekarnya itu menangkup wajahku, mengangkatnya agar mataku bertubrukan dengan manik obsidian gelapnya. Dia memejamkan matanya perlahan dan semakin mendekatkan wajahnya denganku. Satu tangannya kini meraih tengkukku dan semakin mengikis jarak di antara kami.

Benda kenyal yang asing itu kini sudah menempel dengan bibirku lama. Seperti orang bodoh, aku masih terbelalak meskipun sudah pernah merasakan berciuman dengan Sena sebelumnya. Perlahan benda kenyal itu bergerak dan melumat bibirku lembut. Aku masih diam, terlebih detak jantungku yang berisik membuat tubuhku membeku tak berkutik.

Sena semakin memperdalam pagutannya dan secara tak sadar aku pun membuka mulutku, seakan memberi akses untuk Sena menjelajahi dan mengabsen barisan gigiku. Lidahnya bermain dengan lidahku yang hanya bisa mengikuti gerakannya dengan kaku. Sena tampak menikmatinya sedangkan aku masih seperti orang tolol yang menatap wajah Sena dengan mata tajamnya yang kini terpejam.

Namun semakin lama kurasakan pagutan Sena semakin kasar. Tangannya kini pun bergerak liar menyusuri tubuhku. Menerima sentuhan itu membuat aku terkejut dan refleks menahan tangan Sena namun berhasil ditepisnya.

Sena melepaskan pagutannya, mungkin dia marah karena aku menahan tangannya yang bergerilya di tubuhku. Tiba-tiba Sena menggendongku ala bridal style yang membuatku terpekik, membawaku menuju ranjang. Dia langsung menjatuhkanku ke atas ranjang kami yang besar dan empuk. Jantungku bergemuruh melihat Sena yang menatapku dengan tatapan lapar.

Dengan sekali hentakan, Sena berhasil melepas bathrobenya hingga tubuh atletisnya itu terlihat tanpa sehelai benang pun menutupinya. Aku terlonjak kaget dan spontan menutup mataku, astaga mataku sudah tidak suci lagi karena melihat 'adik Sena' yang bangun!

Kurasakan kasurku bergerak dan kedua tanganku yang menutup mataku itu dilepas oleh Sena yang kini sudah berada di atasku. Aku mau nangis saja rasanya, aku belum siap!

"Kau akan terbiasa, Michie..." ucapnya sensual yang semakin membuatku bergidik ngeri.

Tangan Sena dengan mudahnya membuka gaun mandiku dan membuangnya asal, membuat tubuh kami benar-benar polos. Sena kembali melumat bibirku lapar dan tak lama ciumannya itu turun ke leher jenjangku yang sialnya membuatku harus menahan lenguhanku.

"Senaaahhp-" sial, desahan itu keluar tanpa bisa kutahan saat Sena mengigit leherku dan membuat tanda kepemilikan di sana.

Sena terkekeh, "akhirnya itu keluar dari mulutmu juga, Michie."

"Sena- aku takut..." ucapku pelan dengan napas yang terengah-engah. Demi apapun 'adik Sena' yang mengeras dan menempel di perutku membuatku bergidik ngeri tiap merasakannya.

Sena kemudian membelai wajahku dan mengecup bibirku singkat, "jangan takut. Kau akan menikmatinya."

Dan malam itu menjadi malam yang panjang bagi kami berdua. Aku yang berharap bisa tidur karena lelah berjam-jam menempuh perjalanan jauh, harus mengurungkan niatku karena Sena tak main-main dengan ucapannya tentang melayaninya sampai pagi.




























***

Jangan lupa vote yaaa 💫
-Sena

Jangan lupa vote yaaa 💫-Sena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beautifully Bittersweet - OH SEHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang