Jieun sendiri tidak mengerti mengapa hanya membayangkan suaminya tersenyum kepadanya membuat hatinya senang. Membayangkan hal-hal yang tidak berani Jieun lakukan. Entah, kenapa dirinya merasa takut.
Sebenarnya tadi pagi saat dirinya menyiapkan sarapan sebelum Min Yoongi berangkat ke kantor ia juga memikirkan, bahkan Jieun membayangkan sang suami, Min Yoongi mengecup keningnya seperti pasangan suami istri pada umumnya.
Kehidupan pernikahan yang harmonis dan bahagia bersama suami tercinta.Rasanya hanya dengan membayangkannya membuat seulas senyum diparas cantiknya. Meskipun pada faktanya sang suami selalu bersikap dingin, terkadang ada perasaan nyeri Jieun rasakan meski Jieun sekuat tenaga mengabaikan perasaan semacam itu. Kini rasa itu semakin terasa jelas Jieun menyimpulkan cintanya bertepuk sebelah tangan jika dilihat dari sudut pandang Jung Jieun tanpa mencari tahu dari sudut pandang Min Yoongi.
Jieun tidak akan pernah tahu apa yang ada dibenak dan pikiran suaminya itu, Min Yoongi. Mereka memang hidup bersama dibawah atap yang sama, tetapi hubungan mereka tidak seperti yang orang tahu. Kehidupan mereka terasa hambar dan datar tanpa ada perasaan apa-apa hanya perasaan Jieun yang pasti disini.
Jieun tersadar dari lamunannya ketika terdengar ketukan keras di pagar pintu depan.
"Hallo, ada orang di rumah?" terdengar suara tak asing dirungu Jieun suara yang tampak familiar karena ini bukan pertama kalinya suara itu memanggilnya.
Benar apa yang Jieun pikirkan rupanya suara Hyunjin yang Jieun kenal ada didepan rumah. Padahal ia bisa menekan bel dan cukup berbicara melalui interkom. Awalnya Jieun terkejut mendengar suara ketukan keras dipagar pintu besi. Namun, kini Jieun terbiasa akan kelakukan Hyejin.
"Nona." Hal pertama yang Jieun lihat saat membuka pintu adalah senyuman Hyunjin yang memamerkan deretan gigi putih ratanya hal biasa yang selalu Hyujin lakukan bila bertemu Jieun.
"Nona, tolong jaga Hyerin seperti biasa aku menitipkan adikku karena aku harus pergi sekolah,"ujarnya dan dengan senang hati Jieun tidak pernah menolaknya karena Jieun tahu eoma mereka meninggal setelah berhasil melahirkan Hyerin, sedangkan mereka hanya hidup bertiga dengan appa yang juga harus bekerja.
Anak berusia 18 bulan di pelukan Hyunjin itu langsung tersenyum dan mengulurkan tangannya begitu bertatapan dengan manik indah Jieun.
Jieun gemas ingin menggigit tangan gemuk nan mungil itu yang bergerak-gerak tak sabaran. Anak-anak memang lucu nan menggemaskan, rasa tidak tega untuk menolak mereka.Tentu saja Jieun senang sekali dapat menjaga dan bermain dengan Hyerin.
"Hyerin, kamu mau kan bermain dengan bibi ... aniy, eoni disini?" Jieun mencoba mengajak bicara Hyerin. Begitu Hyerin berpindah dari pelukan oppanya itu dan memeluk Jieun erat dalam gendongannya. Hyerin langsung tertawa senang. Hm, wangi anak-anak yang segar membuat Jieun tenang.
"gomapseumnida, nona." Hyunjin membungkukkan badan sebelum ia bergegas pergi dengan setengah berlari.
Biasa Hyunjin akan kembali pukul 5 sore setelah ia selesai pulang sekolah, terkadang malam Hyunjin baru menjemput adiknya itu. Usia Hyunjin sekitar 12 tahun harus menjaga adiknya. Hal itu membuat Jieun mengingat masa kecil dulu saat dirinya harus menjaga Jung Woon.
Jieun hanya tersenyum saat melihat Hyujin sebelum kembali menutup pintu. Hari ini Jieun bisa puas bermain dengan Hyerin. Jieun meletakkan Hyerin yang belum bisa berjalan dan hanya bisa merangkak itu membuat hati Jieun menghangat. Hyerin menyentuh pipi Jieun dengan tangan mungilnya. Anak itu meronta-ronta ingin berdiri sendiri begitu Jieun turunkan ke lantai, ia berdiri terhuyung-huyung dengan berpegangan pada tangan Jieun, sementara Jieun tidak dapat mengalihkan pandangan melihat tingkahnya yang lucu seperti itu.
"Hyerin cantik. Apa Hyerin mau tinggal disini bersama eoni?" seolah mengerti akan perkataan Jieun. Hyerin mengangguk seraya tersenyum gemas. Jieun peluk dan gendong Hyerin sambil melompat-lompat senang di dalam rumah baik Jieun maupun Hyerin tampak bahagia.
"Eoma Hyerin beruntung sekali ya, dapat melahirkan anak cantik dan pintar seperti kamu, walau takdir berkata lain. Eoni sangat berterima kasih kepada eoma Hyerin maka Hyerin harus tumbuh menjadi anak baik dan sehat. Hyerin senang bermain bersama eoni?" Hyerin menggeliat dan menguap dalam gendongan Jieun. Hyerin tampak nyaman menggenggam erat baju Jieun seolah ia tidak ingin melepaskan diri dari gendongan Jieun.
Hyerin tipe anak yang cukup tenang tidak sedikitpun Hyerin menangis atau rewel seperti anak-anak pada umumnya. Jadi, Jieun tidak perlu repot untuk menenangkannya. Jieun dapat merasakan napas teratur Hyerin yang kini sudah terlelap tidur. Jieun mencoba membaringkan Hyerin dalam ranjang tempat tidur di dalam kamar Jieun.
Begitu Hyerin terlepas dari pelukannya rasanya satu sudut hatinya kosong dan dingin seketika, Jieun juga ingin memiliki anak cantik yang mirip dengan suaminya, Min Yoongi. Ada perasaan iri dalam benaknya setiap kali melihat pasangan mesra dengan suami dan anak-anaknya, tetapi Jieun mencoba menepis perasaan semacam itu. Jieun mengusap bulir bening yang menetes perlahan dari sudut mata.
Hal itu tidak akan pernah terjadi dalam hubungan rumah tangga mereka.
Terkadang ada rasa ego Jieun berharap Min Yoongi dapat memperhatikannya, meskipun ini adalah salah satu keinginan Jieun. Namun, belakang ini hal itu terus menerus memenuhi isi kepala dan rasanya kini hal semacam itu hanya keinginan sematanya saja. Jieun hanya ingin dicintai, Jieun ingin suaminya memperhatikannya bukan hanya status mereka saja sebagai pasangan suami istri.
"Aku ingin kamu mencintaiku. Apakah keinginanku dapat terwujud,Yoon?"
Jieun hanya menghela napas rongga dadanya terasa sesak pada akhirnya Jieun tertidur disamping hyerin.
*****
Min Yoongi membenarkan posisi tubuh Jieun sedangkan hyerin kini sudah berada dalam gendongannya tanpa Jieun sadari suaminya sudah pulang sejak tadi.Mata Jieun terbelalak saat menyadari hyunjin tidak ada disampingnya, Jieun melihat jam diatas nakas menunjukkan angka empat. Jieun mengikat rambutnya asal, berjalan keluar kamar mencari Hyerin.
Jieun merasa lega ketika melihat Hyerin tengah tersenyum. Hyerin tidak sendiri melainkan tengah bermain bersama lMin Yoongi.
Jieun menghampiri Hyerin. "Hyerin-a " lalu beralih menatap Yoongi yang juga memperhatikan dirinya.Jieun menggigit bibir dalam ketika ia merasa tidak nyaman atau merasa bersalah.
"Yoongi-ssi."
"Hm ..."
"Mianhae, aku ketiduran."
"Gwenchana, tampaknya kamu sangat lelah." Yoongi mengusap kepala hyerin lembut seraya berujar, "Cantik" Namun, tatapannya tertuju pada Jieun tanpa Jieun sadari.
Terlihat seulas senyum di wajah tampannya untuk pertama kalinya Jieun melihat sang suami tersenyum manis seperti itu tanpa sadar Jieun ikut tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IN SILENCE (HIATUS)
RandomLOVE IN SILENCE Kita adalah dua orang yang saling mencinta tanpa harus berucap. Sepasang hati yang saling memeluk luka satu sama lain. Writer ARRA RAHAYU