BAB 7||LOVE Maze

340 174 45
                                    

Wanita cantik itu duduk di balkon, menatap langit yang sudah menggelap bertabur bintang hal yang amat ia sukai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita cantik itu duduk di balkon, menatap langit yang sudah menggelap bertabur bintang hal yang amat ia sukai. Setetes air mata luruh dari sudut matanya mengingat banyak hal yang tidak mudah hilang dari ingatan. Dia menggelengkan kepala berusaha mengenyahkan semua hal yang mengganggu benaknya.

Terasa nyeri di sudut hati. Namun, beberapa detik kemudian ia mencoba memukul dadanya yang sudah mulai terasa sesak, luka hati itu terbuka kembali seperti tertarik ke masalalu yang menyakitkan dan lukalah yang menyambutnya.

Dia tidak dapat melenyapkannya begitu saja, satu-satunya yang harus ia lakukan adalah berusaha menolak kenyataan, tidak bukan seperti itu yang seharusnya ia lakukan yang pasti ia hanya dapat memeluk lukanya sendiri, menekannya, dan menelannya mentah-mentah agar tidak ada orang yang dapat menemukan kelemahannya.

Dibelakang tubuhnya yang tengah menangis dengan bahu bergetar terlihat seseorang sejak awal memperhatikannya tanpa bersuara atau mendekat untuk sekedar menghiburnya tanpa pergerakan apapun darinya membiarkan tangisan sang wanita terhenti dengan sendirinya Sang pria memandangnya dengan tatapan pilu.

Susah payah pria ini menahan diri untuk tidak mempedulikannya, sepertinya tubuh, otak dan hatinya tidak sinkron dengan akal logikanya diseretnya langkah kaki yang bergerak dengan sendirinya, tetes air mata jatuh, satu persatu di atas kaos putih yang ia kenakan ketika secara tiba-tiba ia merengkuh tubuh sang wanita ke dalam dekapannya tangan sang wanita bertumpu pada dada bidang sang pria yang tengah memeluknya ia dapat merasakan kenyamanan dan perlindungan ketika hati dilanda rasa pilu. Dia menyandarkan tubuh padanya. Lalu menumpahkan tangisnya. Selanjutnya ia membenamkan kepala di dada bidang suaminya.

Pria dan wanita ini, pernah menanyakan pertanyaan yang nyaris serupa. Bagaimana caranya untuk mereka mengobati lukanya masing-masing? Bagaimana jika mereka tidak bertemu?Dan bagaimana jika sejak awal mereka menolak permintaan halmeoni untuk membangun biduk rumah tangga meski mereka mengiyakannya tanpa dasar rasa cinta. Mereka menikah tanpa adanya paksaan tetapi, sebuah kesepakatan bersama.

Mereka merupakan dua orang asing yang hanya dapat menjalaninya, dan sepertinya semesta sengaja mempertemukan mereka. Akankah mereka akan saling jatuh cinta?menyatukan hati dengan luka tak kasat mata pada diri masing-masing, luka akan rasa trauma masa lalu. Ia tak tampak tetapi dapat menggerogoti secara diam-diam, menjalar menghasilkan buliran air mata, luka tak berdarah yang sulit di sembuhkan.

Tidak ada alasan ketika sebuah pertanyaan muncul bagaimana bisa mereka menikah tanpa adanya rasa. Pertanyaan yang selalu sama. Cinta mereka sederhana, bisa timbul begitu saja, cinta dalam diam itu kembali mengendap disudut hati paling dalam tanpa berani muncul ke permukaan, hanya sekedar untuk menyapa, lewat senyuman dan sorot mata orang lain dapat melihat cinta mereka meski mereka tidak menyadarinya.

Penampilan sederhana sang wanita dan otak cerdas yang dimilikinya membuat sang pria terkesan dan kagum akan dirinya. Wanita yang ia nikahi ini bukanlah wanita sembarangan profesinya sebagai seorang dokter onkologi sudah menjawabnya.

LOVE IN SILENCE (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang