Jalanan tampak sepi ...
Langit terlihat gelap ...
Udara dingin musim salju bertiup kencang menusuk hingga ke dalam tulang.
Min Jieun merapatkan mantel tebal yang dikenakannya, namun tubuhnya tetap saja menggigil. Bukan karena angin maupun salju yang turun, karena saat ini ia tidak dapat merasakan apapun. Semuanya terasa membeku tertutup salju seperti jalanan yang ia pijak kini.
Tangan besar Min Yoongi meraih dan memberikan kehangatan disana. Jieun mengulas senyum, tapi tetap saja ia tidak dapat menyembunyikan rasa sakit di hatinya. Ia tidak dapat memungkiri itu. Perasaan yang menghujam tepat jantungnya. Sakit sekali...
Butuh tenaga dan keberanian untuk memantik langkah kakinya. Sebelah tangan kanan dalam genggaman erat tangan Min Yoongi, sedangkan tangan kiri terangkat ke dada, mencengkram bagian depan mantel.
Mereka berdua sama-sama baru tiba di Korea setelah melakukan penerbangan dari Indonesia, menuju Busan. Min Yoongi dengan setia menemani Jieun begitupun sebaliknya. Mereka tak dapat menyembunyikan rasa khawatir terlihat dari raut wajah mereka. Tujuan mereka terbang ke Busan hanya satu menemui gadis mungil nan cantik Hyerin.
"Hei, sayang. Masih mau menangis?"tangan kiri Yoongi menyeka air mata Jieun.
Jieun menggeleng pelan. "Aku juga tidak ingin menangis, tapi air mata ku tak ingin berhenti menetes," jawabnya.
Yoongi meraih tubuh sang istri ke dalam pelukannya. "Kalau begitu menangislah sepuasnya sebelum kita menemui Hyerin."
Jieun semakin mempererat pelukannya. Min Yoongi membiarkan sang istri menangis seperti ini. Jieun mendesah , ketika ia merasa sedikit membaik. Jieun mendongak menatap Yoongi perbedaan tinggi tubuh mereka kentara jika berdiri berhadapan seperti ini.
"Masih ingin menangis?"tanya Yoongi memastikan, "aku tidak akan masuk ke dalam sebelum kamu merasa lebih baik."
Min Yoongi mengusap pipi Jieun lembut dan menatapnya hangat. Jieun menyandarkan kepala di dada bidang Yoongi.
"Biarkan aku seperti ini sebentar saja sebelum kita masuk ke dalam menemui Hyerin." Jieun menenggelamkan wajah dan tersenyum muram.
Min Yoongi mengecup pucuk kepala Jieun, mengusap-usap punggung Jieun. Memberikan kehangatan dan kenyamanan.
"Ayo kita masuk." Min Yoongi memeluk pinggang Jieun menuntunnya untuk masuk ke dalam gedung rumah sakit.
Jieun menggigit bibir dan mengangguk lemah. Ia kembali melirik ke arah Min Yoongi. Lalu seakan membulatkan tekad, " Tenang , Hyerin pasti akan baik-baik saja,"katanya tegas, lebih meyakinkan kepada dirinya sendiri.
"Sayang, jangan lari." Yoongi memperingatkan.
Jieun bergegas menuju ruang intensif khusus rumah sakit, degup jantungnya bertalu, perasaan Jieun nyata untuk Hyerin. Gadis cantik nan mungil itu telah mencuri hatinya.
Min Jieun dan Min Yoongi bergegas menuju ruang instensif khusus dimana Hyerin kini berada. Jieun berlari menyusuri lorong rumah sakit saat ini Hyerin dirawat.
Kaki Jieun mendadak lemas. Ia memutar tubuh dan harus bersandar pada tubuh tegap Min Yoongi. Sandaran ternyamannya saat ini.
Min Yoongi menyadari suara Jieun bergetar ketika berkata. Menyaksikan pemandangan yang membuat hati mereka hancur. Dadanya berdesir. Bahunya bergetar. dadanya terasa berat sekali. Paru-parunya tidak mau berfungsi ia tidak dapat bernapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IN SILENCE (HIATUS)
RandomLOVE IN SILENCE Kita adalah dua orang yang saling mencinta tanpa harus berucap. Sepasang hati yang saling memeluk luka satu sama lain. Writer ARRA RAHAYU