Entah mengapa, Jieun merasa tenang melihat ekspresi wajah Min Yoongi yang tersenyum lebar sambil menggendong Hyerin, sepertinya Hyerin tidak ingin lepas dari Min Yoongi semenjak Hyerin bangun dari tidurnya tak pernah sekalipun gadis cantik itu jauh dari Min Yoongi, ia sangat manja dan Min Yoongi tak keberatan akan itu. Yoongi terlihat sangat senang. Dan Jieun pun merasakan hal yang sama.
Min Jieun memejamkan mata perlahan. Ia hanya merasa sangat lega dan bahagia dapat melihat Hyerin sadar dan bocah cantik itu kini enggan lepas dari suaminya, Min Yoongi. Samar-samar Jieun merasa ada yang aneh, ada sesuatu yang berbeda dari dirinya.
Kelopak mata yang bergerak gelisah dengan matanya yang terpejam, perutnya yang sewaktu-waktu merasa mual di waktu-waktu tertentu, bibirnya yang terkatup rapat. Seperti pagi ini rasa mual itu kembali bergejolak dalam perutnya. Apa ini isyarat yang mengatakan bahwa... Tidak. Jieun tidak ingin berharap lebih. Jieun hanya ingin memastikannya lebih dahulu. Dia hanya takut merasa kecewa seperti sebelum-sebelumnya.
Hal itu membekas. Cukup membekas jika di urai satu persatu, sepertinya ia hanya akan merasakan sakit hati karena kecewa jika hal itu tidak sesuai dengan ekspektasi, sebelum hasilnya keluar dengan apa yang diharapkan, sebisa mungkin Jieun ingin menyembunyikan hal ini dari Min Yoongi, ia hanya takut mengecewakan suaminya lagi.
Disaat Jieun sibuk dengan lamunannya. Bibir Min Yoongi perlahan menghampirinya. Seketika itu juga tanpa dapat Jieun tolak selain menerima dan membalas ciuman lembut Min Yoongi, dengan Hyerin yang masih dalam gendongannya hanya terdiam saat tangan kanan Yoongi menutup kedua mata Hyerin untuk tidak melihat aksinya itu. Sontak membuat Jieun tertawa pelan setelah Yoongi melerai ciumannya, tak lupa Yoongi mengecup kening Jieun dengan tangan kanan Yoongi sudah beralih dibelakang kepala Jieun.
"Morning kiss pengisi daya di pagi hari," bisik Yoongi. Mendengar itu Jieun hanya tertawa.
Jieun dan Yoongi sudah melalui masa-masa sedih mereka setelah Hyerin bangun dari tidurnya. Jieun menempelkan hidung diatas hidung mungil Hyerin lalu mengecup pipi gembil Hyerin.
Jieun menyandarkan badan dibadan tegap dan kokoh Yoongi, sandaran ternyamannya saat ini bagi Jieun tak lupa Jieun menopangkan dagu diatas bahu lebarnya, kedua tangan Jieun tumpukan diatas pundak Yoongi.
Tangan kanan Yoongi memeluk erat pinggang ramping Jieun, sedangkan tangan kiri Yoongi menggendong Hyerin disisi sebelah kiri. Pagi hari yang membahagiakan bagi keluarga kecil Min Yoongi dan Jieun dengan kehadiran Hyerin ditengah-tengah mereka.
Semalam Yoongi menghubungi halmeoni, eoma dan juga appa, tak lupa Yoongi dan Jieun pun menghubungi Jung Woon dan Hajun mengabarkan kabar bahagia jika Hyerin sudah bangun dari tidurnya setelah mendapatkan izin dari dokter yang bertanggung jawab merawat Hyerin untuk pulang maka Jieun dan Yoongi memutuskan segera pulang ke Seoul dengan suka cita.
"Hyerin-a hari ini kita akan pulang ke Seoul," kata Jieun mengusap lembut pipi Hyerin, "Apa Hyerin senang?"tanya Jieun dengan senyum lebar. Hyerin mengangguk masih dalam posisi memeluk erat leher Yoongi.
"Apa Hyerin mau eoma gendong?"Jieun menawarkan diri. Hyerin hanya diam saja memilih merebahkan kepala diatas bahu Yoongi sepertinya Hyerin menolaknya secara halus.
Jieun menghela napas pasrah. "Baiklah sepertinya Hyerin tidak mau eoma gendong." Jieun tampak kecewa.
"Sayang sudah jam delapan, semalam kamu bilang ada pertemuan dengan salah satu klien kamu disini," kata Jieun mengingatkan.
Yoongi mengangguk. "Hm," responnya datar.
"Kamu kenapa?" Jieun mengusap lengan kanan Yoongi merasa Yoongi enggan pergi jika bukan karena pekerjaan dia lebih memilih tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IN SILENCE (HIATUS)
RandomLOVE IN SILENCE Kita adalah dua orang yang saling mencinta tanpa harus berucap. Sepasang hati yang saling memeluk luka satu sama lain. Writer ARRA RAHAYU