Pikiran Jieun kembali ketika ia mengingat hal yang baru saja ia alami pertemuannya dengan sang appa yang tak ia sangka-sangka, dan aksi Ha Jun ketika membawanya pergi dari tempat itu dan sikap suaminya, Min Yoongi yang lebih banyak diam dan kini ia tengah keluar bersama Jung Woon dan Hyunjin ke rumah sakit, sedangkan Jieun menunggunya di rumah bersama Hyerin gadis kecil itu sudah tertidur sejak tadi didalam kamarnya.
Jieun masih terus menunggu kepulangan suaminya, Min Yoongi. Senyumnya mengembang saat ia mendengar suara mobil sang suami. Ia lekas beranjak dari tempatnya menyambutnya dengan senyum merekah.
"Dimana Jung Woon dan Hyunjin?" tanya Jieun.
"Hyunjin meminta untuk tetap berada disamping tuan Dae Hyun sedangkan Jung Woon menemaninya disana," jawab Yoongi.
"Jieun-a, maafkan aku seharusnya aku yang membawamu pergi dari tempat itu tetapi, aku kalah cepat darinya," ucap pria Min ini membelakangi sang istri.
"Y-yoon, aku." Jieun hendak melangkah mendekat.
"Seharusnya aku, bukan pria itu!" Seru Yoongi ia tidak suka akan satu fakta itu.
Jieun mengangguk. "Iya seharusnya kamu bukan Ha Jun. Aku selalu berharap kamu yang membawaku pergi dari tempat yang menyesakkan itu." Bibir Jieun bergetar saat mengatakan itu.
"Seharusnya aku tidak membawamu kesana jika hanya menorehkan luka." Yoongi menimpali.
" Ini bukan salah kamu. Aku yang tidak dapat mengontrol emosiku." Jieun menyangkalnya ia tidak suka suaminya menyalahkan diri sendiri.
"Apakah mereka?" Yoongi menoleh menghadap Jieun.
"Hm," lirih Jieun. Ia menahan air matanya.
"Seharusnya kamu mengatakan itu dari awal. Begitu rupanya. Harusnya kita langsung pulang saja tadi." Mendengar itu mata Jieun berkaca-kaca.
"Aku merasa diremehkan dan tidak dihargai sebagai istri kamu ketika wanita itu mendekat dan menciummu tanpa kamu menolaknya," ungkap Jieun ia menunduk menahan genangan air mata yang sudah mulai menggenang membuat penglihatannya mengabur.
Yoongi mendekat. "Aku langsung menghindarinya tidak akan pernah aku biarkan wanita lain menyentuhku selain kamu." Mendengar itu Jieun mengangkat wajah menatap suaminya lekap.
Jieun tersenyum kecut."Aku bahkan tidak tahu perasaanmu kepadaku semua terasa abu-abu bagiku " Jieun mengatakan apa yang ia rasakan. "Sikapmu terlalu ambigu untuk aku mengartikan akan semua perlakuan kamu terhadapku. Aku takut jika semua harapanku kepadamu hanya semu." Satu bulir air mata luruh dari mata indah Jieun.
"Apakah aku harus mengumumkan akan perasaanku?" Min Yoongi bertanya dan kenapa ia mempertanyakan akan hal itu kepada istrinya ini, bukankah ia sendiri yang merasakannya. Apakah Yoongi membutuhkan izin untuk mengumumkan atau mengatakan akan perasaannya. Tidak Yoongi tidak perlu izin dari siapapun untuk mengungkapkan isi hati yang ia rasakan.
"Aku akan menunggumu sampai kamu siap menerimaku," ujar Jieun.
"Kamu tidak perlu menungguku karena sampai kapanpun aku akan tetap bersikap seperti ini." Balas Yoongi.
"Hm, perkataanmu itu sungguh sangat melukai harga diriku yang terus berharap akan kamu. Memupus harapan semu dan kamu semakin mempertegas vakan posisiku yang tidak ada artinya bagi hidupmu, Yoongi-ssi," Jieun berujar ia mencoba menekan perasaannya yang terasa nyeri.
Min Yoongi sama sekali tidak bereaksi mendengar ucapan istrinya. Ia bingung harus memulainya dari mana.
"Mereka ... Orang itu appaku ...," ucap Jieun mencoba menjelaskannya dengan suara tercekat di tenggorokan vterasa kering dan perih. "Dan wanita itu adalah penyebab dari semua luka yang aku rasakan, wanita muda yang hendak menciummu itu adalah putri mereka," ungkap Jieun mengatakan satu fakta yang ia sembunyikan selama ini.
Mata pria Min bergetar ia baru mengetahui satu fakta mengenai istri cantiknya ini.
"Aku membencinya! Aku dan Jung woon telah menghapus mereka dari hidup kami. Mereka telah menghancurkan kehidupan kami meninggalkan aku dan Jung Woon. Aku takut jika kamu melakukan hal yang sama meninggalkanku ketika aku berharap dan bergantung penuh kepadamu," ungkap Jieun tak dapat lagi menahan tangisnya.
Suasana hati wanitanya tidak begitu baik begitu juga dengan mentalnya ketika innerchildnya kembali menyeruak kepermukaan luka yang ia libur dalam-dalam kini terpaksa muncul kepermukaan menyisakan rasa trauma begitu dalam. Sepertinya semesta sengaja mempertemukan dan menyatukan mereka untuk merobek luka itu kembali.
Pria Min ini melangkah mendekat kearah Jieun ketika ia tertunduk saat tiba-tiba ia merasakan usapan lembut di pipinya seketika itu juga Jieun mengangkat kepala. Ternyata selama ini wanitanya menyimpan lukanya sendiri. Sama seperti dirinya yang juga menyimpan lukanya sendiri ingin rasanya pria ini mengatakannya tetapi, urungkan dan menunggu waktu yang tepat mengenai sisi lain dari dirinya yang ia sembunyikan darinya.
Jung Jieun merupakan wanita tegar dan kuat yang pernah Yoongi temui tanpa pernah sedikitpun menunjukkan akan lukanya. Ia terlihat baik-baik saja tapi nyatanya ia menyimpan banyak luka.
Jieun tersenyum kaku. Mereka berdua saling memandang selama beberapa saat seolah mereka mampu berkomunikasi melalui sorot mata, mereka seperti pasangan yang membutuhkan uluran tangan satu sama lain untuk mereka dapat bisa keluar dari ras trauma yang mengungkung mereka berdua. Mereka dua orang yang saling mencintai tetapi takut untuk memulainya.
"Yoongi-ssi, dapatkah kamu membuka hati dan mencintaiku sepenuh hati kamu? Maka aku akan menyerahkan semuanya kepadamu."Jieun menatap Yoongi penuh arti dan dalam mengenai permintaan akan perasaan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IN SILENCE (HIATUS)
RandomLOVE IN SILENCE Kita adalah dua orang yang saling mencinta tanpa harus berucap. Sepasang hati yang saling memeluk luka satu sama lain. Writer ARRA RAHAYU