𖣔10. Harapan yang tidak sesuai

642 54 8
                                    

Setelah menunggu satu jam lebih, akhirnya sosok yang ditunggu oleh Sarada masuk ke ruangan tempat ia dirawat. Kedua kakaknya terlihat sangat khawatir dengan wajah penuh rasa bersalah. Sarada tertawa pelan, tak menyangka aktingnya membuat seluruh orang percaya bahwa dirinya benar-benar terluka.

"Kau sungguh tidak melukai dirimu, 'kan?" Tanya Rei yang pertama kali mendekat lalu disusul oleh Kawaki.

"Ya, semuanya terkendali. Jadi, apa rencananya berhasil?" Sarada sangat penasaran dengan hasil akting yang ia lakukan.

"Yah ..., setidaknya Kakek membatalkan acara pertunangan tersebut saat mendengar kau pingsan dan masuk rumah sakit." Kawaki menjawab seraya mengambil buah yang ada di meja samping ranjang.

Sarada menghela nafas lega, untuk sementara ia tak perlu repot meladeni Boruto dengan tingkahnya yang sangat di luar nalar. "Setidaknya, pertunangan ditunda," tutur Sarada kemudian kembali tidur menarik selimutnya.

"Di mana Kak Ryu?" Tanya Sarada yang sadar bahwa tak ada Kakak sepupunya.

"Entahlah, dia bilang akan menyusul. Tapi Sarada, apa kau dulu pernah bertemu dengan Boruto sewaktu kecil?" Rei bertanya sambil menatap sang adik dengan senyuman.

"Tidak tau. Aku lupa kenangan saat kecil, kau tau itu,” jawab Sarada sambil memejamkan matanya, mumpung ia masih dianggap sakit lebih baik memanfaatkan waktu yang ada untuk beristirahat.

"Sarada tidak mungkin pernah bertemu dengan Boruto, karena aku selalu mengawasi pertemanannya," seloroh Kawaki membuat Rei menatap sepupunya.

"Kau yakin? Lantas bagaimana dia bisa seyakin itu saat di kantin tadi dan bagaimana bisa dia terlihat terobsesi dengan Salad? Tidak mungkin jika tak ada pemicunya," jelas Rei mengungkapkan pikirannya.

"Apa dia terobsesi saat pertama bertemu denganmu, Sarada?" Tanya Kawaki menghela nafas lelah. "Kenapa kau terus terlibat hal yang aneh?" Ia akui memang sejak kecil adiknya itu berbeda dari kebanyakan anak lainnya hingga terus terlibat hal-hal yang bahkan berbahaya.

"Jika kalian ingin berdiskusi silahkan keluar! Aku ingin istirahat," titah Sarada yang terganggu akan suara kedua kakaknya itu.

Kawaki dan Rei menurut. Mereka pergi dari ruangan tanpa berkata apa-apa, sedangkan Sarada memikirkan hal yang dikatakan oleh Rei tentang Boruto.

Apa yang membuat Boruto begitu menginginkan pertunangan ini dengan dirinya?

...

Sarada dapat merasakan sebuah usapan lembut pada kepalanya, hawa panas yang kini berada di depannya membuat dirinya merasa tidak nyaman. Ia mengubah posisi menghadap ke arah sebaliknya di mana hawa dingin menyapanya.

Tidak sampai di situ, rasa tak nyaman mengganggu Sarada yang kini setengah sadar dan ingin terlelap lagi, seakan tidak mengizinkan Sarada untuk tidur. Ada hembusan nafas menggelitik telinganya dari arah belakang, lalu sesuatu yang lembut menyentuh pelipisnya berulang kali hingga perlahan Sarada membuka kedua matanya.

Ia melihat ruang inapnya yang masih sama, tak ada yang aneh dari ruangannya. Kecuali beban yang ada di perutnya dan rasa hangat di belakangnya. Setelah mengumpulkan nyawa sejenak, Sarada melirik ke arah perutnya dan terdapat lengan kekar yang memeluk tubuhnya.

Sarada merasa waspada dan segera berbalik menghadap pelaku yang memeluknya dengan seenak jidat.

"Kau?! Apa yang kau lakukan di sini?!" Nada tak suka terdengar dari suara Sarada yang sedikit meninggi. Ia memberontak dari pelukan yang diberikan sosok tersebut.

Ferocious (BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang