𖣔Bab 22. Sedikit demi sedikit

611 58 4
                                    

Boruto menghela nafas saat melihat jalanan yang ia lewati macet akan banyaknya kendaraan yang berhenti di tengah hanya untuk melihat korban kecelakaan yang sepertinya barusan terjadi. Hal itu pula yang membuat Boruto tak bisa segera mengantarkan Sarada pulang.

Boruto melirik Sarada yang merasa tak nyaman tidur dengan posisi duduk, ia bahkan berulang kali mengubah posisinya untuk mencari kenyamanan. Gadis itu nampak terganggu. Boruto tergerak mengulurkan tangannya untuk menurunkan sandaran kursi yang ditempati oleh Sarada agar gadis itu bisa sedikit leluasa bergerak.

Namun, tampaknya pergerakan kursi mengganggu gadis itu hingga kedua matanya berkedip pelan menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.

"Ugh... Boruto, kenapa kau disini?" Tak lama Sarada membuka matanya yang terlihat memerah karena menahan ngantuk dan pengaruh alkohol.

"Tidurlah." Boruto menutup mata Sarada dengan tangannya yang segera ditepis oleh Sarada. Gadis itu lebih memilih untuk bangkit dari posisi tidurnya dan duduk seraya memegang kepalanya.

Matanya menatap Boruto dengan bingung. Kepalanya dimiringkan, memperhatikan wajah lelaki di depannya yang terlihat aneh di mata Sarada. "Kenapa kau ada dua?" Mata Sarada menyipit. Tak kunjung mendapatkan jawaban lantas Sarada sedikit berteriak. "Jawab aku!"

"Kau masih mabuk ternyata," gumam Boruto seraya menahan kepala Sarada yang oleng agar tak jatuh ke arahnya.

"Kenapa kau di sini?" Sarada mulai menangis seraya menggenggam tangan Boruto dan membawanya untuk mengelus pipi gembulnya. "Aku... jadi tak bisa bebas karenamu."

"K-kau tau, karenamu aku tak bisa dekat dengan Kagura. Hiks... padahal rencanaku ingin Kagura jadi pacarku dan membatalkan pertunangan--"

Boruto membekap mulut Sarada dengan tangannya. Padahal, Boruto tidak ingin memarahi ataupun menghukum gadis itu, tetapi Sarada terlalu memancing amarahnya dengan mengatakan rencananya sendiri.

"Gadis bodoh," kata Boruto, melepaskan tangannya dan memajukan wajahnya untuk menatap Sarada lebih dekat, yang sedang terlihat bingung. "Aku sudah bilang, jangan pernah menyebut nama sialan itu. Selain itu, dengan santainya kau mengatakan ingin menjadikan sialan itu sebagai seorang kekasih?!"

"Kau marah?" Sarada masih terisak. "Tapi aku tidak melakukan kesalahan apapun," tutur gadis itu seraya melepaskan tangan Boruto dan menjauh.

"Aku hanya ingin lepas--"

Boruto menarik tengkuk Sarada dan menatap gadis itu dengan tajam. Ibu jarinya menyusuri rahang Sarada dan berhenti tepat di bibir ranum itu. Boruto memaksa mulut Sarada terbuka dan segera memasuki ibu jarinya ke dalam sana. Ia menahan lidah Sarada untuk bergerak.

Sarada sendiri hanya terus meneteskan air mata dan menatap Boruto dengan takut. Wajah Boruto semakin mendekat dan berhenti di telinga Sarada. Lelaki itu berbisik, "Aku tak suka... Jika milikku berpikir untuk pergi dariku." Boruto tersenyum tipis. "Tapi, aku akan melihat sejauh apa kau bisa mewujudkan rencanamu... Tidak seru jika kau kalah duluan, 'kan."

Boruto melepaskan tangannya dari mulut Sarada dan mengambil obat dari dalam dashboard. Ia memasukan satu tablet obat tersebut ke mulutnya lantas kembali menarik tengkuk Sarada dan mencium gadis itu sambil memindahkan obat tersebut ke mulut gadis itu. Ia membantu Sarada untuk menelan obatnya dengan lidahnya yang terus mendesak masuk.
Sarada hanya bisa menangis dan mencengkram kaos yang dikenakan oleh Boruto sekuat tenaga. Ia bahkan hampir kehabisan nafas, jika saja Boruto tak melepaskannya setelah obat tersebut berhasil ditelan olehnya.

Tubuh Sarada terkulai lemas, ia bersandar pada Boruto yang mengelus rambutnya. "Apa... itu?" Tanya Sarada dengan nafas tersengal-sengal.

"Obat tidur." Boruto membawa tubuh Sarada untuk berbaring, membiarkan gadis itu perlahan terlelap.

Ferocious (BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang