𖣔18. Peraturan

589 55 11
                                    

"Kau yakin ini alamatnya?" Ryu mengecek ponsel dan memeriksa kembali nomor yang tertera di layar dengan pintu di depannya.

"Benar, kok." Ryu seraya menatap Kawaki dengan serius.

"Ya sudah, tinggal dobrak saja," ujar Kawaki yang langsung dilaksanakan oleh Ryu dengan senang hati, ia bahkan menendang pintu dengan kuat.

Setelah beberapa menit melakukan hal yang sama, sang tuan rumah akhirnya keluar dengan wajah bantal. Kawaki dan Ryu yang asik menendang kehilangan keseimbangannya saat pintu terbuka, mereka jatuh bersama di hadapan Boruto yang kini menatap dingin ke arah tamunya.

"Akh, gila! Kalau mau buka pintunya bilang dong, jangan tiba-tiba," ucap Kawaki seraya bangkit dari posisi tengkurapnya disusul oleh Ryu.

"Tidak ada sopannya sama yang lebih tua," ujar Ryu menatap tajam Boruto.

"Ada perlu apa?" tanya Boruto sambil melipat kedua tangannya di depan dada dan bersandar pada pintu di sampingnya.

"Di mana Sarada? Jangan berpikir bahwa aku tidak tau kau menyembunyikan adikku." Kawaki mendekat dan menarik kerah baju Boruto. Tatapan tajam ia layangkan pada lelaki bersurai pirang yang hanya menatapnya dengan datar.
"Lantas, kau mau apa?"

Kawaki menatap Boruto dengan marah. Tangannya mengepal berusaha meredam amarah yang menguar. "Kembalikan adikku, kau tau bagaimana keluarga Uchiha bermain saat musuh menyentuh miliknya," tutur Kawaki.

Boruto tersenyum, lalu menyingkirkan tangan Kawaki dari kerahnya dengan paksa. Ia melangkah mendekati Kawaki. "Sekarang, dia miliku. Jangan berbicara seolah-olah dia milikmu, I hate it." Senyumannya perlahan memudar.

"Kau hanya tunangannya, bukan berarti kau akan memilikinya untuk selamanya." Kini Ryu ikut bersuara sambil membalikkan tubuh Boruto dengan paksa.

"Kenapa aku tidak bisa memilikinya untuk selamanya? Sarada milikku.” Boruto menegaskan. “Kau ini sungguh lucu kakak ipar. “ Lelaki itu melayangkan satu pukulan pada wajah Ryu hingga lelaki itu terjatuh.
Boruto benci sekali mendengar pernyataan yang dilontarkan oleh kakak sepupunya Sarada.

"Sikap seperti itulah yang membuat Sarada tak akan tahan denganmu." Ryu berkata seraya berusaha bangkit dan membalas pukulannya Boruto tak kalah kuat. "Kau kasar, dude."

"Kau pikir aku peduli, hah? Persetan. Dia tetap milikku." Boruto kembali melayangkan pukulannya pada Ryu dan untuk kedua kalinya lelaki itu tersungkur.

Kawaki yang melihat hal itu pun tak tinggal diam, ia berlari dan menahan pergerakan Boruto agar tunangan dari adiknya tersebut tak bisa memukul Ryu lagi. Sedangkan Ryu yang melihat hal itu pun membalas serangan yang diterima olehnya, ia memukul pipi Boruto hingga wajahnya tertoleh ke samping.

"Katakan, di mana Sarada?! Kau tidak bisa terus menyembunyikannya, dia punya kehidupan sendiri, bodoh!" Ryu kembali melayangkan pukulan-pukulan hingga darah segar mengalir dari sudut bibir Boruto.

Boruto menunduk, ia terlalu banyak menerima luka. "Itulah kenapa aku membenci kalian, baik dulu maupun sekarang." Boruto memberontak, ia membanting tubuh Kawaki hingga tersungkur ke dapan. Tangannya menyingkirkan rambutnya yang sedikit lepek karena terkena keringat, matanya turut menatap tajam pada Ryu dan Kawaki.

"Baiklah, aku akan membebaskan Sarada dengan syarat kalian harus mendukung hubunganku dan Sarada, bagaimana? Penawaran yang bagus, kan?" Boruto tersenyum licik seraya menyingkirkan darah yang mengalir dari bibirnya menggunakan ibu jarinya.

"Kau berani—" Kawaki menahan tubuh Ryu yang hendak maju menghajar Boruto.

"Baiklah, kami akan mendukung hubungan kalian," jawab Kawaki seraya menatap Boruto dengan tajam.

Ferocious (BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang