𖣔Bab 20. Menghindar

607 57 19
                                    

Mari anggap kejadian kemarin adalah musibah yang menimpa Sarada, dan mulai berpikir untuk ke depannya agar lebih hati-hati saat Boruto berada di sekitarnya.

Kemarin benar-benar memalukan, bahkan jika harus mengingatnya lagi, itu membuat Sarada ingin menghilang saja dari bumi. Ini semua terjadi karena Boruto menciumnya dan berakhir ditegur oleh penjaga yang ada di sana untuk tidak berbuat hal tak senonoh.

Benar-benar memalukan!

Lebih baik kita lupakan. Dirinya harus segera berangkat sebelum lelaki yang berstatus tunangannya itu datang dan menjemputnya untuk berangkat bersama. Beberapa waktu ini, Boruto sering kali menjemputnya dan menurunkan dirinya di depan halte bus--atas permintaannya--agar tak diketahui oleh para siswa.

Sarada mengintip dari jendela, memeriksa apakah mobil merek Rolls-Royce Boat Tail dengan warna putih milik Boruto terparkir di halaman rumahnya atau tidak. Namun, harapan Sarada pupus saat melihat mobil tersebut sudah terparkir rapi di halamannya. Ia jadi tidak bisa membuat alasan kepada Sakura yang sudah pasti bertanya tentang calon menantunya itu, jika ia berangkat sendiri.

Dengan malas Sarada mengambil tasnya dan perlahan membuka pintu kamar. Matanya mengawasi sekitar. Tidak ada Boruto atau pun Sang Ibu yang biasanya sudah menunggu di ruang tamu dengan berbagai topik perbincangan. Sebuah ide terlintas di benak Sarada. Ia harus memanfaatkan momen ini untuk pergi secara diam-diam. Mungkin saja mereka berdua sedang ada di dapur lantaran Sakura sering kali menyuruh Boruto untuk membawa bekal buatannya.

Ia melangkah menuju pintu, tak lupa memakai sepatu secepatnya. Setelah itu, Sarada segera mengambil sepeda kesayangannya yang terparkir di samping mobil Boruto. Ia mengayuh sepedanya tergesa-gesa dan meninggalkan pekarangan rumah.

Sedangkan di sisi lain, Boruto dan Sakura tengah berbincang di dapur.

"Kau pasti kecewa, ya? Setelah lama tak bertemu dan saat kami kembali, justru Sarada tak mengingatmu," ujar Sakura.

Boruto hanya diam tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Ia hanya mendengarkan seraya memperhatikan gerakkan tangan Sakura yang lihai membungkus kotak makan.

"Yah, aku harap dia akan mengingatnya sendiri dan kalian bisa bersama kembali." Sakura menyerahkan kotak makan tersebut kepada Boruto, dan segera melepaskan celemeknya.

"Sudah waktunya memanggil Sarada, kau tunggu sebentar, ya." Sakura pergi meninggalkan Boruto. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan mengekor di belakang Sakura hingga di depan kamar Sarada.

"Ya ampun, anak itu jam segini masa belum bangun." Sakura tak melihat tanda-tanda Sarada keluar dari kamar. Ia meraih ganggang pintu dan membukanya, matanya turut menatap sekitar--mencari Sarada berada.

Wanita bersurai merah muda itu melangkah masuk dan memeriksa kamar mandi, dan tidak ada Sarada di sana. Ia kembali keluar kamar dan menemui Boruto yang menunggunya.

"Haa ... Boruto, Bibi rasa kau bisa berangkat sekarang. Sarada tidak ada dalam kamar, sepertinya anak itu sudah berangkat dari tadi," Jelas Sakura seraya memegang kepalanya yang terasa berdenyut akibat memikirkan kelakuan Sarada.

Boruto terdiam cukup lama, mencerna apa yang baru saja Bibi Sakura katakan. Tak lama seringaiannya terlukis di bibirnya. Ia menunduk dan pamit untuk pergi.

"Gadis nakal," gumamnya.

...

"Ada hal yang membuatmu bahagia?" Tanya Chocho setelah melihat Sarada datang dengan senyum di wajahnya. Tidak biasanya sahabatnya itu datang dengan wajah gembira.

"Tidak ada." Sarada kembali menormalkan wajahnya dan lekas duduk di samping Chocho yang kini asik menikmati keripik sambil memperhatikan dirinya.

"Ei, kau tak bisa berbohong. Katakan padaku!" Chocho menatap Sarada dengan mata memicing.

Ferocious (BoruSara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang